BI Kaji Penyesuaian Kebijakan Makroprudensial

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan sedang melakukan kajian tentang kemungkinan penyesuaian kebijakan makroprudensial. Penyesuaian ini diharapkan mampu meneruskan momen pertumbuhan ekonomi.

Menurut Gubernur BI Agus DW Martowardojo, salah satu kebijakan yang akan disesuaikan adalah kebijakan Loan To Value (LTV). Aturan ini siap dilakukan penyesuaian dengan tetap memperhatikan rasio kredit bermasalah (non performing loan-NPL) perbankan.

"Kita akan tawarkan dengan tetap menjaga kesehatan, misalnya bank yang mempunyai rasio NPL di bawah lima persen itu nanti akan diberikan kesempatan untuk menyesuaikan growth to value tetapi tentu kajiannya luas dan dalam," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.

Aturan lain yang akan dilakukan, adalah penyesuaian terhadap aturan Loan to Funding Ratio (LFR). Saat ini LFR yang ditetapkan BI adalah pada rentang 78%-92%. "Ini juga akan dikaji untuk juga memberikan pesan yang tepat kepada perbankan apabila mereka akan melakukan peningkatan sehingga nanti bisa memperoleh stimulus," ujar Agus.

Aturan makroprudensial lainnya yang sedang dalam tahap penyesuaian adalah rasio kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Namun, pembahasan aturan ini masih perlu dimatangkan.

"Kita tahu bahwa rasio UMKM itu ada minimum, nah itu perlu ditingkatkan. Mungkin memerlukan penyesuaian itu lingkupnya seperti apa sekarang kita sedang matangkan," ujarnya.

Di sisi lain, BI mencatat NPL perbankan nasional mencapai 2,8% (gross) atau 1,4%(net) pada bulan Maret 2016. Meski demikian, bank sentral menganggap kenaikan NPL yang dialami perbankan masih dalam batas aman.

"Dari sisi NPL memang ada peningkatan ke 2,8%. Itu masih jauh (dari batas maksimal) 5%,” ujar Deputi Gubernur BI Erwin Riyanto. Di samping itu, Erwin memandang perbankan sudah melakukan persiapan terhadap kenaikan NPL dengan melakukan pencadangan terhadap kredit-kredit yang diklasifikasikan sebagai kredit bermasalah.

"Net NPL masih 1,4%, itu jauh lebih rendah lagi (dari batas maksimal NPL 5 persen). Angka-angka itu sebenarnya masih jauh dari permasalahan," jelas Erwin.

Selain itu, Erwin juga melihat kondisi perbankan juga masih kokoh untuk menahan peningkatan NPL. Ini terlihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio-CAR) yang berada pada posisi 21,8%.

"NPL gross atau net dibanding periode sebelumnya memang naik. Ini lebih banyak karena pertumbuhan PDB yang turun maka NPL memburuk," ujar Erwin.

Dia mengatakan, bank sentral berharap pertumbuhan ekonomi dapat membaik. Sehingga, NPL perbankan pun dapat kembali normal. Bank Indonesia (BI) merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 lebih rendah menjadi 5% - 5,4%. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi 2016 diprediksi 5,2% - 5,6%.

Gubernur BI menyatakan, keputusan revisi ini didasarkan pada kondisi perekonomian global dan implikasinya terhadap Indonesia. Selain itu, bank sentral juga memantau kondisi ekonomi domestik Indonesia sendiri.

"Kita menyimak kondisi pertumbuhan ekonomi dunia kembali lebih lemah dibandingkan sebelumnya. Ini menjadi perhatian karena sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang lemah tidak hanya dari negara maju, tapi juga negara berkembang," ujar Agus.

Selain itu, berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap negara berkembang di dunia,  pada umumnya terjadi koreksi lebih rendah. Kondisi tersebut, kata Agus, berdampak ke negara berkembang seperti Indonesia.

"Kita juga memperhatikan bahwa harga komoditas andalan Indonesia sudah ada sedikit perbaikan, walau harga minyak masih rendah," ujarnya.

Meski masih cukup kuat, namun pertumbuhan ekonomi belum ditopang konsumsi domestik yang optimal. "Pertumbuhan konsumsi domestik belum terjadi penguatan. Kondisi investasi non pemerintah juga masih belum kuat," ujarnya.

Namun, BI masih mencermati beberapa pembahasan antara pemerintah dengan DPR yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. "Secara umum kita masih akan mengikuti proses yang dilalui pemerintah. Pertama adalah rencana pemerintah dan DPR tentang pembahasan tax amnesty dan revisi APBN 2016," ujar Agus.

Walau demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan surplus, ditopang perbaikan ekspor komoditas nonmigas.  Ini terlihat data surplus neraca perdagangan April 2016 mencapai US$670 juta, dibandingkan US$510 juta pada Maret 2016.

Peningkatan surplus neraca perdagangan tersebut didorong kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas yang melampaui peningkatan defisit neraca perdagangan migas.

"Ke depan, kinerja neraca perdagangan diperkirakan tetap positif dalam mendukung transaksi berjalan berada pada level yang berkesinambungan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, belum lama ini.

Tirta menyatakan, bank sentral akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik yang dapat memengaruhi kinerja neraca perdagangan. BI pun mengupayakan agar kegiatan ekonomi domestik terus berjalan dengan baik.

Surplus neraca perdagangan nonmigas terus berlanjut pada April 2016 dan tercatat sebesar US$1,14 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus pada Maret 2016 sebesar US$0,82 miliar. bari/mohar

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…