Setelah Sanksi Internasional Dicabut - Iran Siap Memasok 200 Ribu Barel Minyak Mentah

NERACA

Jakarta – Pemerintah Iran menyatakan kesiapan untuk memasok minyak mentah sebanyak 200.000 barel per hari ke Indonesia setelah pencabutan sanksi internasional pada negara ini. “Saya rasa kini Indonesia sudah dapat mengimpor minyak mentah dari Iran hingga 200.000 barel setiap harinya, bahkan lebih,” ujar Menteri Perekonomian dan Keuangan Iran Ali Taiebnia kepada Antara, di Jakarta, Rabu (18/5).

Menurut dia, setelah Iran dibebaskan dari sanksi ekonomi, pihaknya kemudian segera menargetkan peningkatan jumlah ekspor minyak mentah. “Sebelum sanksi dikenakan, kami ekspor minyak sebanyak 2,5 juta barel setiap harinya, ketika sanksi diberlakukan angka tersebut menurun menjadi satu juta barel per hari. Kami kini menginginkan volume yang sama seperti era sebelum sanksi,” katanya lagi.

Terkait dengan masalah itu, Ali Taiebnia mengemukakan negara-negara yang menggantikan peran Iran sebagai eksportir minyak mentah, ketika sanksi diberlakukan, harus mulai mengurangi pasokan minyak mereka ke luar negeri.

“Ini merupakan hak yang wajar untuk kami memiliki target seperti sebelum sanksi, karena negara-negara yang menggantikan kami mengekspor minyak telah banyak dapat keuntungan. Sekarang mereka yang harus menurunkan jumlahnya dan Iran yang menambah ekspornya,” kata Ali Taiebnia pula.

Karena itu, Pemerintah Iran sangat mendukung penguatan kerja sama ekonomi dengan Indonesia, dengan peningkatan jual-beli minyak mentah menjadi salah satu yang diincar. Apalagi, sebelum Iran dijatuhi sanksi, Indonesia memang kerap memenuhi kebutuhan minyak mentah dari negara di Kawasan Teluk Timur Tengah tersebut, sehingga potensi adanya kerja sama di sektor perdagangan lebih kuat.

“Dan saya mengetahui bahwa ada kilang di Indonesia yang dibangun sesuai dengan kualitas dan spesifikasi minyak mentah dari Iran, dengan kapasitas dari kilang minyak tersebut adalah sebanyak 120.000 barel per hari,” ujarnya.

Terkait dengan pencabutan sanksi internasional tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sudirman Said, pada Januari lalu, mengaku tengah menjajaki kerja sama dengan Iran terkait minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. Selain itu, Indonesia juga melihat peluang melibatkan Iran di sejumlah proyek kilang petrokimia dan listrik.

Sebelumnya, dikutip dari Antara, harga minyak melonjak ke tingkat tertinggi dalam enam setengah bulan terakhir pada Senin (16/5), setelah Goldman Sachs menyatakan pasar menghadapi defisit pasokan jangka pendek karena gangguan produksi.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juni naik 1,51 dolar AS menjadi berakhir pada 47,72 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.  Minyak Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 1,14 dolar AS menjadi menetap di 48,97 dolar AS per barel di perdagangan London.

Sebuah laporan menyatakan gangguan pasokan di Nigeria dan permintaan yang secara keseluruhan lebih baik telah menciptakan krisis pasokan mengejutkan dalam jangka pendek. “Karena perubahan-perubahan ini kekuatannya signifikan, pasar minyak telah pergi dari mendekati kejenuhan penyimpanan menjadi defisit jauh lebih awal dari yang kami perkirakan,” kata Goldman.

Selain Nigeria, pasar minyak juga memonitor gangguan produksi di Kanada karena kebakaran hutan dan krisis politik di Venezuela yang diperkirakan menahan produksi negara pengekspor minyak Amerika Selatan itu. “Sentimen ini tentu bullish,” kata Tim Evans, analis Citi Futures, menambahkan bahwa ia masih memandang pasar sebagai overbought dan rentan terhadap koreksi. Perkiraan Goldman adalah yang terbaru dalam serangkaian laporan yang menunjuk ke pasar yang lebih ketat.

Harga minyak mentah dunia melonjak setelah Goldman Sachs menyatakan pasar bakal mengakhiri hampir dua tahun kecenderungan turunnya harga minyak akibat kelebihan pasokan menyusul gangguan produksi yang mendorong rangkaian defisit pasar minyak.

Minyak acuan Brent diperdagangkan pada 48,50 dolar AS per barel atau naik 67 sen (1,4 persen) dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, sedangkan kontrak berjangka West Texas Intermediate naik 68 sen atau 1,5 persen pada 46,89 dolar AS per barel.

Gangguan pasokan dari Nigeria, Venezuela, AS dan China memicu pembalikan outlook minyak versi Goldman Sachs yang sejak lama sudah memperingatkan terjadinya kelebihan pasokan dan tidak jelasnya kejatuhan harga minyak.

“Pasar minyak telah menjauh dari hampir jenuhnya stok untuk menjadi defisit yang lebih cepat dari yang kami perkirakan sebelumnya,” kata Goldman seraya menambahkan pasar telah mengalami defisit mulai Mei lalu karena kuatnya permintaan dan jatuhnya volume produksi.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…