APP Kuasai Pasar Kertas Jepang Hingga 25%

 

NERACA

Jakarta - Chairman APP Asia Pulp & Paper Sinar Mas Jepang (APPJ), Tan Ui Sian mengatakan produk jenis kertas photo copy seperti HVS cetak, kertas tissue dan toilet APP saat ini  telah menjadi pilihan masyarakat Jepang. Pasalnya hingga kini telah merebut market di negeri sakura tersebut di atas 25 persen. "Ini menunjukkan kepercayaan konsumen Jepang, tidak hanya dari segi kualitas produk itu sendiri, tetapi juga melihat kami komitmen dalam pelaksanaan industri berbasis hutan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujar Tan di Jakarta, Selasa (3/5).

Menurut Tan, Jepang adalah negara yang terkenal dengan operasi standar tinggi, di mana konsumen Jepang sangat produk yang bersangkutan yang dihasilkan dari proses industri yang berkelanjutan, terutama produk yang dihasilkan dari hutan atau alam. "Perjuangan APP untuk menembus pasar jepang memerlukan waktu yang cukup lama. Pertama kami melakukan joint veture dengan perusahan kertas disana dan akhirnya di 1995 kami dapat membuka kantor disana dan memulai melakukan penjualan hingga kini telah mencapai 25 tahun dan mempunyai 300 karyawan," ungkap Tan.

Lebih lanjut Tan mengatakan, bulan lalu APP sangat beruntung bisa masuk Keidanren, salah Organisasi ekonomi terkemuka Jepang. Dari segi positifnya, Keidanren bisa memperkuat identitas APP sebagai produsen kertas yang memenuhi persyaratan pemerintah Jepang. Sehingga
Penjualan kita bisa berkembang.

"Dulu kami hanya berjualan kertas dengan sangat sederhana. Dari agen kertas ke wholeseller. Dari 25 tahun lalu kita hanya berjualan kertas fotokopi. Namun kini APP menjadi Pemegang pangsa pasar terbesar di Jepang.Karena kita terus mengikuti kemauan apa yang mereka inginkan dengan spesifikasi dan kulaitas tinggi," tukasnya.

Bidik Tisu Berbungkus Plastik

Tan mengatakan akan fokus menggarap pasar tisu berbungkus plastik (soft pack) di Jepang karena penetrasi pasar yang mudah. Pasalnya, saat ini belum ada kompetitor yang bersedia memasarkan tisu jenis tersebut di Negeri Sakura itu. "Tisu jenis soft pack memang tidak lazim digunakan oleh orang Jepang pada umumnya. Namun, ia optimistis pasarnya bisa terbentuk melihat karakteristik orang Jepang yang sangat adaptif dengan perubahan.Di Jepang memang dijual tisu jenis soft pack, tapi isinya paling hanya lima lembar, sangat sedikit. Kami berupaya akan jual dengan jumlah yang lebih banyak dari mulai 60, 80, hingga 150 lembar per bungkusnya. Kami mencoba ubah kebiasaan masyarakat Jepang," jelasnya.

Tisu jenis soft pack ini akan diekspor langsung dari pabrik perusahaan di dalam negeri dan volumenya akan meningkat setelah pabrik OKI Pulp and Paper rampung di akhir 2016 dengan produksi tisu mencapai 500 ribu ton per tahun. Kendati sudah ada perencanaan, perusahaan masih membutuhkan nilai tukar yen yang stabil agar harga tisu bisa lebih kompetitif."Karena rencananya produk China untuk tisu jenis soft pack juga akan masuk ke Jepang, jadi sebisa mungkin harga tisu kami bisa lebih murah. Selain itu kami juga coba jaga loyalitas konsumen Jepang agar mereka tak beralih menggunakan produk lain," jelasnya.

Tisu jenis soft pack, tambahnya, juga terbilang lebih bermanfaat di Jepang pada saat ini karena sifatnya yang lebih praktis dibandingkan tisu dalam bungkus kertas (hard pack). Karena sifatnya, ia menargetkan wisatawan mancanegara sebagai konsumen utama tisu ini. "Visitor ke Jepang kan bisa mencapai 20 juta, dua kali lipat lebih banyak dibanding Indonesia. Memang konsumsi tisu saat ini di Jepang menurun karena populasinya juga ikut turun, makanya kami bidik pasar di bidang pariwisata," paparnya.

Tan melanjutkan, sebenarnya bisa saja APP fokus menggarap penjualan ke Jepang karena pangsa pasarnya saat ini sudah mencapai angka 10 persen. Namun, harga tisu hard pack APP saat ini terbilang tidak kompetitif dan sebagian besar konsumen Jepang sudah punya merek langganan tersendiri."Orang Jepang itu kan senang akan penampilan produk, kalau desain produknya bagus mereka akan beli. Tapi untuk produksi penampilan bagus itu kan butuh biaya besar. Di Jepang saja tisu jenis hard pack itu persaingannya di harga. Meskipun harga sudah di bawah ongkos produksi, tetap saja mereka jualannya gencar," pungkasnya.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…