Gencarkan Perang Narkoba

Genderang perang melawan bandar Narkoba kini terus digencarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan TNI dan Polri.  Kendati mendapat perlawanan serius dari para bandar yang sekarang berada di penjara, bahaya narkoba sekarang sudah sangat mengancam nyawa generasi muda Indonesia. Karena itu, kita mendukung  segenap instansi di negeri ini harus serius dalam melawan narkoba, baik TNI, Polri ataupun instansi lainnya.  

Untuk mewujudkan pembangunan hukum nasional yang bermartabat maka dibutuhkan sinergitas antara aparatur negara yang bersih, berwibawa, tanggung jawab, serta peran serta masyarakat yang memiliki kesadaran hukum nan tinggi. Beberapa waktu lalu mungkin kita masih teringat  dengan adanya penangkapan publik sempat digemparkan dengan penangkapan BNN terhadap seorang bupati di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Adalah tersangka Ahmad Wazir Noviadi,pada 13 Maret 2016 lalu, dia ditangkap di rumah pribadinya saat bersama 18 orang lainnya. Pada saat itu, BNN sempat kesulitan menangkap sang bupati karena mendapatkan perlawanan dari beberapa penghuni rumah. Ketika ditangkap, memang tidak ditemukan barang bukti sedikitpun  di rumah bupati muda ini.

Parahnya, dari penyidikan BNN ternyata sang bupati itu bukan hanya sebagai korban narkoba, dia juga termasuk dalam jaringan peredaran narkoba di wilayah kekuasaannya. Ironis, seorang pemimpin daerah yang dipilih oleh rakyatnya sendiri justru menjadi panutan buruk bagi rakyat yang telah memilihnya.

Ulah sang bupati membuahkan hasil pemecatan terhadap dirinya oleh penerbitan SK Kemendagri No 131.16-3020 Tahun 2016. Selain bupati yang terjerat kasus narkoba, publik juga sempat dikagetkan dengan penangkapan Pomdam VII/ Wirabuana terhadap salah satu perwira TNI AD yang bertugas di Makassar.

Saat itu, Komandan Kodim1408/BSMakassar Letkol  Inf Jefri Oktavian Rotty ditangkap saat pesta sabu di sebuah kamar hotel pada Rabu, 6 April 2016, sempat membuat heboh masyarakat seantero Kota Makassar. Tak hanya dandimnya yang ditangkap, saat itu petugas Pomdam VII/ Wirabuana ikut mengamankan lima warga sipil yang sedang bersama Dandim, dua perempuan dan tiga laki-laki.

Penangkapan Dandim Makassar saat itu merupakan perintah langsung dari panglima TNI, yang mana panglima TNI juga gencar dalam menghalau serangan narkoba di tubuh jajarannya. Ironis, menurut berita portal lokal, bahwa sehari sebelum ditangkap, sang Letkol menyampaikan kepada seluruh anak buahnya untuk tidak terjerumus dalam bahaya narkoba dan dia tidak segansegan akan memecatnya jika terbukti terlibat dalam jaringan narkoba, namun parahnya dia sendiri terbukti secara tes urine positif memakai narkoba jenis sabu.

Kemudian berita terbaru, Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Pelabuhan Belawan AKP  Ichwan Lubis ditangkap BNN di rumahnya dengan diketemukan uang Rp 2,3 miliar. Yang bersangkutan disebut-sebut terlibat tindak pidana pencucian uang (TPPU) hasil penjualan narkoba dari salah seorang bandar besar sabu.

Ini tentu saja menjadi kabar tak sedap dan sungguh ironis dilakukan seorang aparat kepolisian yang bertugas melakukan pemberantasan narkoba, selain kasus seorang brigadir polisi yang diduga sebagai bandar narkoba jenis sabu di wilayah Pinrang, Sulawesi Barat. Tiga contoh kasus narkoba yang menjerat seorang bupati, dandim dan polisi sudah seharusnya membuat nalar pikir kita bahwa narkoba tidak memandang manusia untuk mencari korbannya.

Apakah suatu preseden buruk untuk negeri ini?  Benar.  Karena bagaimana mungkin genderang perang yang selalu didengungkan oleh para pemimpin malah menyerang pemimpin itu sendiri. Meski demikian, Indonesia belum terlambat dalam menghalau serangan gencar narkoba terhadap generasi bangsa ini.

Dalam hal ini, peran serta masyarakat harus dijadikan garda terdepan dalam menghadapi bahaya narkoba. Selain masyarakat, sudah barang tentu seluruh instansi di negeri ini juga harus semangat memberantas narkoba, terutama Polri dan BNN karena kedua instansi inilah yang menjadi legitimasi negeri dalam memberantas narkoba di Indonesia secara tuntas.

Para pemimpin hendaknya sadar, bahwa semangat pakta integritas yang termaktub dalam program tersebut harus juga dibarengi dengan konsistensi  pribadi diri sendiri dalam menghadapi ancaman narkoba yang begitu dahsyat. Memang bukan persoalan yang mudah dalam memberantas narkoba, karena narkoba tampaknya sudah seakan akrab dengan generasi bangsa ini. Karena itu, kinerja BNN terus kita dorong hingga ruang gerak bandar Narkoba semakin terjepit di masa depan.  Semoga!

 

BERITA TERKAIT

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…