Pasokan Bahan Baku Industri - Pemerintah Ingin Kurangi Impor dan Serap Garam Domestik

NERACA

Gresik – Kebutuhan garam untuk industri pangan baik makanan dan minuman terus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Garam merupakan unsur penting bagi industri olahan pangan yang memberi banyak manfaat bagi penyerapan tenaga kerja, menciptakan nilai tambah dan nilai ekspor tinggi. Menurutnya, produksi garam ini sejalan dengan program pemenuhan kebutuhan bahan baku industri nasional.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan hal itu saat mengunjungi pabrik garam industri milik PT UNIChemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/4), dilansir dalam keterangan resmi. Kunjungan ini dilakukan sebelum Menperin hadir pada Indonesian Aquaculture (Indoaqua) 2016 di Surabaya. “Tentu saja, Kemenperin mendukung industri pengolahan garam karena kemampuan produksi sendiri ini juga demi mengamankan salah satu industri pemakai garam yaitu industri makanan minuman. Jika bisa memproduksi garam sendiri, ketergantungan berkurang dan kontinuitas produksi lebih terjamin,” katanya sembari menyebut produksi garam juga berkontribusi pada penyerapan garam lokal.

Pabrik refinery Unichem ini berada di kawasan industri Java Integrated Industrial Port and Estate (JIIPE) di Manyar, Gresik, Jawa Timur, Minggu (14/2). Kawasan industri ini merupakan kerja sama antara PT AKR Corporindo Tbk dan PT Pelindo III. Industri pengolahan makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang membutuhkan garam selain industri kertas, kaca, kimia, farmasi hingga pengeboran minyak.

UNIChemCandi Indonesia telah melakukan investasi pengolahan garam dengan proses washing dan proses refinery, serta merupakan satu-satunya industri pengolah garam yang menggunakan teknologi Pure Vacum Dry (PVD) dengan kapasitas terpasang 250.000 ton per tahun. Pabrik yang ditargetkan mulai berproduksi pada Juli mendatang ini dapat ditingkatkan kapasitas produksinya hingga 450 ribu ton per tahun.

“Investasi kami lebih dari Rp 600 miliar dan rencana commissioning pada Juli,” kata Presiden Direkur PT UNIChemCandi Indonesia Unn Haris. Proses produksi meliputi refinery dan washing dengan teknologi terkini. Produksi Unichem terdiri dari refine salt 70 ribu ton per tahun dan washing salt 180 ribu ton per ton.

Keberadaan pabrik ini, lanjutnya, turut menyerap garam lokal karena bahan baku refine salt merupakan 100 persen garam lokal bahkan berkualitas terendah. Sedangkan washing salt menggunakan campuran garam lokal dan garam impor. “Secara bertahap, bahan baku impor akan disubstitusi dengan bahan baku lokal,” ujar Vice President Unichem Ryan Harris.

Pihaknya juga menghitung, potensi penyerapan bahan baku garam lokal mencapai 200-250 ribu ton. “Angka itu hanya untuk pabrik kami. Bisa dibayangkan jika industri pengolahan garam di Indonesia berkembang pesat, maka garam produksi para petani lebih optimal terserap. Maka kami mengapresiasi dukungan yang tadi disampaikan Menperin karena hal ini turut memperkuat industri nasional,” imbuh Ryan.

Turut mendampingi Menperin ialah Direktur Industri Kimia Hulu Ditjen IKTA Kemenperin Muhammad Khayam, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Ditjen ILMATE Zakiyudin serta turut hadir CEO PT Meratus Line Charles Menaro.

Secara umum, Kementerian Perindustrian menghitung, kebutuhan garam nasional diperkirakan sekitar 2,6 juta ton dan sektor industri yang paling banyak menggunakan garam adalah industri chlor alkali plant (soda kostik), aneka pangan dan farmasi.

“Satu hal yang perlu diinformasikan adalah industri membutuhkan garam yang kualifikasinya memang berbeda dengan garam konsumsi. Garam industri mensyaratkan NaCL di atas 97 persen sedangkan garam konsumsi hanya 94 persen,” terang Menperin.

Dia juga meluruskan persepsi umum. Meski Indonesia memiliki laut luas dan garis pantai yang panjang, namun secara alami garam yang dihasilkan tidak memenuhi kebutuhan garam industri. “Hanya daerah tertentu saja yang punya potensi mampu menghasilkan garam dengan NaCL di atas 97 persen dan ini faktor alam. Begitu juga dengan negara lain. Jadi perlu dipahami, tidak semua daerah atau negara yang memiliki wilayah laut luas bisa menghasilkan garam industri,” katanya.

Apalagi, kualitas garam yang dibutuhkan oleh industri tidak hanya terbatas pada NaCl yang tinggi tersebut. Demi keamanan produk pangan, industri membutuhkan batas maksimal kandungan logam berat seperti kalsium dan magnesium yang tidak boleh melebihi 400 ppm untuk industri aneka pangan.

Sedangkan untuk industri chlor alkali plan (soda kostik) menetapkan ambang batas maksimal 200 ppm serta kadar air yang rendah, sementara itu garam untnk industri farmasi yang digunakan untuk memproduksi infuse dan cairan pembersih darah harus mengandung NaCl 99,9-100 persen.

Saleh juga menegaskan nilai manfaat dari garam bagi industri pangan. Perhitungannya, dengan merujuk data tahun 2013, total impor garam industri untuk industri makanan minuman hanya sekitar USD 17 juta namun nilai ekspor produk industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku garam mencapai USD 4,83 miliar, belum termasuk produk PVC dan kertas.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…