Black Town Vs Green Town

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Masalah Ekonomi dan Industri

 

Kemajuan ekonomi dan perkembangan peradaban memang telah memberikan berkah bagi kehidupan ekonomi suatu negara. Secara ekonomi dan sosial, masyarakatnya berevolusi mengalami perubahan akibat kemajuan ekonomi. Berbarengan dengan itu, muncul fenomena lingkungan yang sekaligus menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan dan pertumbuhan ekonomi.

Kerusakan lingkungan yang hampir tak terkendalikan menjadi bersifat distorsif dan destruktif. Nilai aset produktif akan susut begitu masif jika faktor kerusakan lingkungan diperhitungkan. Kawasan sebagai magnitude pertumbuhan ekonomi dan menjadi pusat peradaban menjadi sangat polutif. Tiongkok dewasa ini mengalami ancaman itu sejak industri manufakturnya tumbuh mengesankan.

Polusi udara di Tiongkok pernah dilaporkan mencapai sekitar 13% dari PDB-nya. Muncul kawasan “black town” akibat banyaknya kawasan-kawasan industri yang kotor, sangat polutif di berbagai pinggiran kota. Tampil sebagai “black town” tentu meresahkan dan menakutkan penduduknya, bagi negara manapun. Perkembangan industri manufaktur harus direm terutama yang sangat polutif. Ekonomi jasanya mulai di dorong, dan nampaknya pergeseran ini sengaja diarahkan agar wajah kawasan kotornya berubah menjadi “green town”.

Pergeseran dari “black town” menuju “green town” menjadi sebuah keniscayaan. Pergeseran ini di kehendaki oleh semua negara di dunia. Muncul paradigma “green economy”, dan “green industry”. Tujuannya supaya kemajuan ekonomi dan industri lebih berwawasan lingkungan dan lebih bersahabat dengan alam. Harus ada keseimbangan baru yang  dihasilkan.

Kapatalisasi aset dan pasar harus tunduk pada kaidah lingkungan. Oleh sebab itu, hasilnya mau tidak mau sebagian harus dikonversi ke dalam biaya untuk pemeliharaan lingkungan demi menjaga keberlanjutan pertumbuhan. Artinya, nilai PDB harus dikurangi dengan nilai kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pertumbuhan.

Penduduk di dunia manapun pasti tidak mau hidup di lingkungan “black town”. Mereka pasti mendambakan hidup di kawasan “green town”. Menuju perubahan ke arah terbentuknya “green town” tidak mudah karena banyak faktor yang dikalkulasikan karena bersifat multi dimensional.

Kepemimpinan yang kuat, kebijakan yang kredibel dan konsisten menjadi salah satu kondisi lingkungan yang harus dibentuk. Golongan kelas menengah yang gaya hidupnya tengah berevolosi untuk menjadikan mereka sebagai pelopor yang lebih mengutamakan gaya hidup lebih rasional, dan kualitas kehidupan yang lebih sehat bisa menjadi kekuatan penyeimbang menuju terbentuknya “green town” pada skala mikro, dan terwujudnya “green industry” pada level meso, dan “green economy” pada level makro.

Mengikuti per kembangan akhir-akhir ini, penulis melihat ada tiga arah baru di bidang ekonomi yang perlu menjadi perhatian para pengambil kebijakan, yakni pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan; sharing economy dan networking economy; serta green economy dan green industry menuju terbentuknya “green town” pada skala mikro di negeri kita.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…