Tingkatkan Kandungan Lokal - Industri Kosmetik Dipacu Gunakan Bahan Herbal

NERACA

Jakarta – Industri kosmetika didorong memperbanyak penggunaan bahan baku herbal asal dari Indonesia. Hal ini guna meningkatkan kandungan dalam negeri dan memperkuat keunggulan kosmetik nasional dalam bersaing dengan produk serupa dari luar negeri.

“Selama ini industri kita sudah banyak menggunakan bahan herbal dan ini terus kita dorong untuk meningkatkannya. Komponen kosmetik herbal juga menjadi nilai lebih produk mengingat Indonesia kaya akan tanaman dan mineral yang menjadi bahan produksi,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat menerima Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Nurhayati Subakat di Jakarta, dikutip dari keterangan pers.

Kekayaan flora Indonesia, imbuhnya, perlu dieksplorasi oleh pelaku usaha kosmetika dan didukung oleh Pemerintah. Budidaya tanaman herbal juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani serta industri kecil dan menengah yang berperan sebagai pengolah bahan baku melalui pola kemitraan.

Kementerian Perindustrian melalui UPT dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di berbagai daerah juga melakukan penelitian dan sosialisasi pemanfaatan bahan herbal. Misalnya, Baristan Padang di Sumatera Barat mengembangkan pemanfaatan gambir untuk beragam keperluan sedangkan fasilitas serupa di Samarinda, Kalimantan Timur juga melakukan penelitian minyak atsiri. Jenis minyak ini dikenal sebagai bahan baku parfum dan pewangi.

“Kosmetik, terutama produk industri kecil dan menengah juga dapat memanfaatkan layanan klinik desain dan kemasan Kemenperin untuk mengoptimalkan pemasaran,” ujar Saleh sembari mengatakan kemasan mampu menampilkan citra produk, segmentasi pasar, dan juga pelindung produk kosmetik.

Ketua Umum Perkosmi Nurbayati Subakat mengatakan pihaknya aktif meningkatkan penggunaan bahan baku aktif dan bahan pembantu yang berkualitas, termasuk herbal. Tahun ini, Perkosmi berencana menggelar pameran Indonesian Cosmetic Ingredients (ICI) pada 11-13 Mei di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.

“Pameran ini dilakukan seiring perkembangan teknologi industri yang berimbas pada bidang kosmetik dan turut meningkatkan mutu dan penggunaan bahan baku. Proses produksi yang lebih inovatif dan efisien serta desain kemasan juga membantu meningkatkan image produk,” kata dia yang merupakan pula CEO PT Paragon Technology Innovation (PTI) pemilik merek kosmetik muslimah Wardah.

Ajang dua tahunan ini menyiapkan 242 booth dengan peserta meliputi produsen dan suplier dari dalam serta luar negeri. Pameran ini juga menjadi kesempatan pelaku usaha dan konsumen mengetahui tren produk kosmetik  serta inovasi industri ini, termasuk produk kosmetik yang aman.

“Kami juga menyediakan booth untuk Kementerian Perindustrian guna menyosialisasikan program, hasil riset dan aplikasinya kepada para produsen seperti kami dan juga masyarakat,” kata Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Humas Perkosmi, Palupi Candra yang juga Head of Corporate Communication & CSR Martha Tilaar Group.

Terkait produk kosmetik, Pensil alis, eyeliner dan BB cream adalah beberapa produk kosmetika dari Korea Selatan yang digemari di Indonesia. Directress Etude House Indonesia Yenny Maria mengatakan tiga produk itu merupakan barang yang laris dibeli oleh konsumen di Indonesia. "Perbandingannya bisa 5:1 ketimbang produk lain," kata Yenny, dilansir Antara.

Yenny mengatakan, ada beberapa penyesuaian produk di Indonesia dibandingkan Korea Selatan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan warna kulit Indonesia yang lebih gelap ketimbang Korea Selatan. Hal senada diutarakan oleh beauty blogger Frankie Wu. Menurut dia, kosmetika dari Korea pun dapat sesuai dengan perempuan Indonesia asal disesuaikan dengan warna kulit.  "Pilih foundation yang sesuai dengan warna asli," ujar dia.

Industri kosmetik mencari peluang pasar baru guna mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan perlambatan perekonomian di beberapa negara di dunia. "Ini juga merupakan suatu kesempatan bagi industri nasional untuk bisa lebih bersaing, baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Terutama untuk ekspor," kata Ketua Umum DPP Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI) Putri Kusuma Wardani, dikutip dari Antara.

Putri mengatakan, industri tengah mencari potensi pasar ekspor yang tidak terkena dampak terlalu besar terhadap perlambatan perekonomian melambat. "Mungkin ASEAN, Eropa sudah terlalu banyak mengalami masalah sendiri sehingga kesempatan produk luar untuk masuk ke sana menjadi sulit juga," ujarnya.

Beberapa negara yang mungkin disasar untuk tujuan ekspor industri kosmetik dalam negeri antara lain Amerika, Timur Tengah, Afrika.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…