Dukung Industri, Menhut Dorong Perluasan Hutan Tanaman

NERACA

Jakarta – Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan industri pulp dan kertas merupakan industri strategis yang bisa menarik investasi hingga US$ 16 miliar, serta menyumbang devisa sedikitnya US$ 4 miliar per tahun.

“Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja langsung sedikitnya 242.800 orang,” kata Menhut di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, untuk mendukung industri pulp dan industri kehutanan lainnya, Kemenhut akan mendorong perluasan hutan tanaman di areal yang sudah tidak berhutan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, Nanang Roffandi menuturkan, Indonesia perlu menambah lahan hutan tanaman seluas 10 juta hektare lagi untuk mendukung pertumbuhan industri pulp.

Saat ini, lahan hutan tanaman berdasarkan izin seluas 9 juta hektare dengan realisasi penanaman mencapai 4,5 juta hektare. "Dengan tambahan izin 10 juta hektare lagi, hutan tanaman bukan hanya mendukung industri pulp tapi industri berbasis kayu lainnya,” jelasnya.

Nanang menyebut, saat ini Kemenhut bersama stakeholder kehutanan sedang menyusun "grand strategy" pengembangan industri kehutanan. Dengan "grand strategy" ini diharapkan nilai ekspor produk kayu Indonesia yang saat ini berkisar US$ 7 miliar per tahun bisa meningkat menjadi US$ 70 miliar per tahun pada 2030.

Di tempat yang sama, Direktur Jendral Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi mengungkap, pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang memadai dan masa panen yang pendek, bisa mendorong Indonesia merajai produksi pulp serat pendek terbesar di dunia. Pulp serat pendek yang diproduksi dari serat pohon akasia dan ekaliptus yang bisa tumbuh dengan cepat di kawasan hutan Indonesia. Sementara itu, pulp serat panjang umumnya berasal dari serat pohon pinus.

Dia mengatakan, Indonesia saat ini berada di posisi ke sembilan produsen pulp dunia dengan produksi sekitar 6,5 juta ton per tahun. "Indonesia berpeluang naik keposisi lima besar produsen pulp dunia secara keseluruhan," ujar dia.

Menurut Dedi untuk menaikan peringkat industri pulp Indonesia diperlukan bahan baku yang memadai. "Hal itu bisa diperoleh dari HTI dengan luas cukup dan dikelola secara lestari," kata keduanya.

Dedi menegaskan, pulp adalah industri berbasis kayu yang potensial. Bahkan, industri pulp terus tumbuh positif di saat industri barang kayu lainnya mengalami pertumbuhan negatif.

Saat industri barang kayu mengalami pertumbuhan minus 3,5 persen pada 2010, turun dibanding pertumbuhan pada 2009 yang minus 1,4 persen, INdustri pulp dan kertas justru tumbuh positif.

Dedi juga menyatakan, produsen pulp perlu melakukan pengembangan produknya dengan menggunakan pemutih pulp dari enzim nabati yang lebih ramah lingkungan. “Ini untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar yang kini menghendaki produk ramah lingkungan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M Mansyur, mengatakan, harga bubur kertas serat panjang di pasar internasional pada 2010 mencapai US$ 900 per ton, sedangkan serat pendek US$ 850 per ton. "Harga pulp sangat kompetitif, bahkan cukup menjanjikan kenaikan dalam beberapa tahun ke depan,” terang Mansyur.

Berdasarkan data Poyry 2025 Fibre Outlook, Indonesia tahun 2009 berada pada peringkat 9 dalam jajaran produsen Pulp dan Kertas dunia setelah Amerika Serikat diikuti oleh Kanada, Brasil, Jepang, Swedia, Finlandia, Rusia, dan China.

Indonesia memberi kontribusi sekitar 3,6% dari total kapasitas global dan memiliki potensi kuat untuk berkembang lebih besar dan masuk peringkat lima besar.

Sementara itu, Direktur Riaupulp & Paper Kusnan Ramin menambahkan, produsen pulp dan kertas di Indonesia juga harus bisa memberikan nilai tambah dari segi kualitas produk dengan tetap menerapkan kebijakan pro-lingkungan.

Kebijakan itu bisa ditempuh melalui pengelolaan hutan berkelanjutan, pengelolaan lingkungan, dan memetakan kembali HTI dengan tetap mengutamakan pengelolaan hutan yang lestari, termasuk melindungi hutan yang bernilai konservasi tinggi (High Conservation Values/HCV). “Pada tahun 2011, Riaupulp menargetkan produksi pulp 2,3 juta ton, sedangkan untuk produksi kertas sekitar 750.000 ton,” jelasnya. Kam

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…