Banjir Thailand dan Stok Beras RI

Oleh: Kamsari

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Banjir besar yang melanda Thailand tak hanya menyusahkan masyarakat negeri gajah putih itu saja. Tapi juga bakal memicu muncul nya berbagai dampak bagi negara tetangganya. Baik yang positif maupun negatif.

Setidaknya, Indonesia sudah terkena dampak positif dan negatif. Bagi industri otomotif dan pariwisata, melorotnya kinerja industri di Thailand membuka peluang keuntungan bagi Indonesia. Tetapi sebaliknya, sektor pangan tanah air bakal kelimpungan akibat kekurangan stok beras.

Sepanjang tahun 2011, Badan Urusan Logistik (Bulog) kesulitan menggenjot pengadaan beras akibat seretnya pasokan dari petani. Padahal, Indonesia mengalami masa panen yang cukup bagus. Sampai menjelang berakhirnya panen kedua

Setiap tahun, rata-rata produksi beras nasional sekitar 37 juta ton. Sementara konsumsi beras nasional hanya sebanyak 33 juta ton. Namun, seretnya pasokan padi dari petani ke Bulog membuat cadangan beras yang tersedia di gudang-gudang Bulog tidak lagi melimpah seperti tahun 1985 atau 2008. Saat itu harga beras stabil dan sangat terkendali.

Sepinya ketersediaan beras di gudang Bulog menyusul seretnya pengadaan, membuat kalangan spekulan berani bermain. Itu sebabnya harga beras cenderung fluktuatif sejak tahun 2010, sampai saat ini.

Banjir besar di Thailand, seolah memberi peluang bagi kalangan spekulan untuk kembali memainkan harga beras. Lantaran, Bulog batal melakukan impor beras dari Thailand dalam jumlah cukup besar.

Semula, pemerintah berencana melakukan impor beras sebesar 1,6 juta ton dalam tahun ini. Pasokan impor itu akan dipenuhi dari Vietnam dan Thailand. Namun Hingga awal Oktober, Bulog menyatakan baru merealisasikan impor beras sebanyak 536.000 ton beras. Impor beras tersebut berasal dari Vietnam dari kontrak impor beras dengan Vietnam sebanyak 1,2 juta ton. Sementara kontrak impor beras dari Thailand sebanyak 300.000 ton akhirnya dibatalkan.

Batalnya impor dari Thailand memang tidak bakal menyebabkan krisis pangan di Indonesia. Tapi kenyataan itu bisa memicu para spekulan memainkan harga jual beras. Beberapa waktu lalu, harga beras sempat melonjak lumayan tinggi. Saat itu Bulog tak berdaya menggelar operasi pasar dalam jumlah besar untuk meredam kenaikan harga beras. Pasalnya, stok beras yang tersedia di gudang Bulog tak bisa dilepas secara jor-joran. Akibatnya, lonjakan harga beras sempat sulit diturunkan.

Setelah masuknya beras impor, barulah Bulog bisa menggebrak operasi pasar dan harga beras bisa dipaksa turun.

Dengan kondisi pasar beras nasional yang sangat terbuka dari terjangan para spekulan, mau tidak mau Bulog harus segera melakukan impor beras dari negara lain. Langkah impor ini bukan sekedar untuk mencukupi stok beras nasional agar berada pada posisi aman yaitu di level 1,6 juta ton. Tapi juga untuk memberi sinyal ancaman pada para spekulan agar jangan berani mengganggu stabilitas harga pasar. Dengan memiliki stok beras sampai 1,6 juta ton, maka Bulog bukan hanya menjadi bumper penahan lonjakan harga beras, tapi juga menjadi pedagang beras terbesar yang bisa menjadi senjata pemerintah untuk menghancurkan ulah spekulan beras.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…