Objek Cukai Baru, Menutup Lubang Penerimaan Negara?

 

 

NERACA

 

Jakarta - Realisasi penerimaan perpajakan dan cukai yang jauh dari target mendorong pemerintah untuk mencari sumber pendapatan lain. Sampai akhir Februari 2016, penerimaan pajak hanya mencapai Rp122,4 triliun atau setara dengan 9 persen target penerimaan pajak 2016 sebesar Rp 1.360 triliun. Setali tiga uang dengan penerimaan pajak, penerimaan cukai juga tidak menunjukkan hasil menggembirakan. Realisasi penerimaan bea dan cukai per 29 Februari hanya mencapai Rp.8,1 triliun, anjlok Rp.14,4 triliun dibanding pencapaian pada periode yang sama tahun lalu.

Hal ini disebabkan oleh jatuhnya penerimaan cukai yang hanya mencapai Rp.2,3 triliun, lebih rendah 86,7 persen dibanding pencapaian tahun lalu. Masalah ini, menurut Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Heru Pambudi dikarenakan oleh kenaikan tarif cukai rokok di tahun 2016. “Pabrikan menarik pembelian ke akhir tahun 2015, sehingga pendapatan Januari – Februari 2016 kecil,” katanya di Jakarta, kemarin.

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara, pihaknya tengah mengkaji dua barang sebagai tambahan objek cukai, yakni plastik dan bahan bakar minyak (BBM). Dasar pengenaan cukai adalah dampak terhadap lingkungan, sesuai dengan Undang-Undang No 37 tahun 2009 yang menyatakan suatu barang bisa dikenakan cukai apabila konsumsinya perlu dikendalikan dan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan dan lingkungan.

Sebelum kebijakan ini dilaksanakan, pemerintah terlebih dahulu akan melakukan konsultasi ke DPR. “Walaupun bentuknya bukan Undang – Undang, penambahan objek cukai tentunya harus melewati persetujuan DPR. Kami akan mengajukan opsi ini di masa sidang DPR berikutnya di bulan April ini. Kami juga akan bahas dengan industri terkait.” paparnya.

Sebelum wacana plastik dan BBM mengemuka, sudah ada deretan komoditas lain yang menjadi pertimbangan pemerintah seperti minuman berpemanis dan bersoda dan monosodium glutamate (MSG) yang dikemukakan di tahun 2012. Indah Kurnia, anggota DPR Komisi XI mengaku mendukung pemerintah untuk memperluas basis pajak agar mendapatkan tambahan penerimaan dan meringankan beban pembayar pajak saat ini. "Segala bentuk untuk penambahan pendapatan negara, tentu akan kami dukung," katanya.

Ia mengaku saat ini penerimaan cukai hanya bergantung pada tiga produk. Sebagian besar penerimaannya mengandalkan cukai rokok, hingga mencapai 96 persen. Sudah saatnya pemerintah mencari objek cukai lain untuk menambah pendapatan dan tidak lagi bergantung pada komoditas kena cukai yang ada saat ini. Menurut Indah, perluasan penambahan cukai tak hanya berfungsi sebagai pemasukan baru bagi pemerintah, tapi juga menekan perilaku yang tak baik di masyarakat. "Misalnya produk tertentu yang dikenakan cukai, tentu akan berdampak terhadap konsumsinya di masyarakat," lanjutnya.

Saat ini penerimaan cukai hanya ditopang oleh tiga komoditas saja, produk hasil tembakau (HT), minuman mengandung etil alkohol (MMEA), dan etil alkohol. Dalam APBN 2016, cukai ditarget untuk menyumbang Rp.146,4 triliun atau setara dengan 9,5% penerimaan pajak secara keseluruhan. Dari keseluruhan target penerimaan cukai, produk hasil tembakau ditargetkan menyumbang Rp.139,8 triliun atau setara dengan 95% target cukai. “Kami terbuka untuk diskusi apabila pemerintah akan mengajukan opsi barang kena cukai lain untuk memperluas objek cukai. Semoga dalam waktu dekat Komisi XI bisa bertemu dengan pemerintah," tutup Indah Kurnia.

 

 

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…