KOTA SUKABUMI
Pemkot Miliki 5 Ribu Lubang Biopori
NERACA
Sukabumi - Pemkot Sukabumi memiliki sekitar 5 ribu lubang biopori yang tersebar di tujuh kecamatan di kota Sukabumi. Keberadaan lubang biopori tersebut diharapkan bisa mengurangi resiko potensi banjir bersamaan tingginya curah hujan saat ini.
"Target kita bisa membuat sebanyak 1 juta lubang biopori. Tapi sampai sekarang baru tercapai 5 ribu lubang biopori. Kalau melihat penghitungan curah hujan dan luas wilayah, jumlah lubang biopori yang ada saat ini masih jauh dari kebutuhan," ujar Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Kantor Lingkungan Hidup Kota Sukabumi, Frendy Yuwono, kepada wartawan, kemarin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi di Stasiun Ciaul, pada 2014 curah hujan maksimum mencapai 96 milimeter per tahun, jumlah curah hujan mencapai 2.373 milimeter per tahun, dan jumlah hari hujan 241 kali. Sedangkan di Stasiun Cimandiri, curah hujan maksimum mencapai 71 milimeter per tahun, jumlah curah hujan mencapai 2.758 milimeter per tahun, dan jumlah hari hujan 205 kali. Sementara di Stasiun Situmekar, curah hujan maksimum 102 milimeter per tahun, jumlah curah hujan sebanyak 2.634 milimeter per tahun, dan jumlah hari hujan 158 kali. Kota Sukabumi memiliki luas wilayah 48,25 kilometer persegi atau sekitar 18,63 mil persegi."Curah hujan di Kota Sukabumi bisa dibilang relatif tinggi," kata dia.
Secara teknis, lanjut Frendy, keberadaan lubang biopori mampu menyerap sekitar 40%-50% air hujan. Jika saja target 1 juta lubang biopori itu bisa terealisasi, Frendy optimistis, potensi banjir bisa diminimalkan."Apalagi dengan tingginya musim hujan saat ini, banyak kejadian (banjir). Kami sih berharap target 1 juta lubang biopori itu secepatnya terwujud. Kalau secara hitung-hitungan, butuh waktu lima tahun untuk merealisasikan target itu," tutur dia.
Frendy berharap peran aktif pihak kelurahan dan kecamatan untuk mendorong cepatnya target pembuatan lubang biopori itu. Pasalnya, Kantor Lingkungan Hidup sudah menyerahkan sepenuhnya kewenangan pembuatan lubang biopori itu ke pihak kelurahan dan kecamatan."Tapi dari hasil pantauan di lapangan, banyak kelurahan dan kecamatan yang masih eksis membuat lubang biopori. Seperti di Kecamatan Citamiang, hampir dua minggu sekali camat dan lurah aktif membuat lubang biopori. Sekarang masyarakat sudah sadar adanya lubang biopori. Selain bisa membantu menyerap air hujan, juga pembuatannya mudah," tandas dia. Arya
NERACA Jakarta - Berbelanja sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan…
NERACA Jakarta - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menerjunkan bantuan kemanusiaan untuk…
NERACA Jakarta – Di acara halalbihalal pada hari Senin (16/4) yang lalu, Muhammad Iqbal Irsyad, calon Ketua PWI DKI Jakarta,…
NERACA Jakarta - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menerjunkan bantuan kemanusiaan untuk…
NERACA Jakarta – Di acara halalbihalal pada hari Senin (16/4) yang lalu, Muhammad Iqbal Irsyad, calon Ketua PWI DKI Jakarta,…
NERACA Serang - Pemerintah Kota (Pemkot) Serang memprioritaskan pembangunan fisik pada rencana kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2025. Pejabat…