Tanto Darmawan Sutjipto Pemilik, PT Metro Taruna Agency - Menuai Sukses Dimulai Dari Tukang Antar Koran

Sejatinya hiruk pikuk dan branding sebuah media tidak lepas dari jasa para pengecer, loper, hingga agen sebuah surat kabar. Oleh karenanya, setidaknya media-media besar harusnya menaruh hormat dan menghargai jasa mereka yang sudah membawa medianya banyak dikenal oleh elemen masyarakat.
Iyah, tengok saja salah seorang tukang antar koran yang kenyang akan pahit manisnya menjadi tukang Koran yang kini sudah memiliki sebuah Agency ternama di Jakarta. Dia adalah  Tanto Darmawan Sutjipto, Pemilik PT. Metro Taruna Agency, yang bercerita saat disambangi oleh Neraca dirumahnya dibilangan Karet, Jakarta Pusat. Berikut  kiat suksesnya muali dari perjalanannya menjadi tukang antar Koran menggunakan sepeda otel hingga kini menjadi pemilik Metro Taruna Agency.
 
Darmawan bercerita, tanpa terasa 80 tahun sudah, aku mendapatkan nikmat dan kesempatan hidup, dan diberkati oleh Tuhan yang Maha Kasih, Puji Tuhan, dengan rasa syukur atas kurnia Allah, yang tak ternilai ini, aku ingin berbagi perjalanan hidup, terutama untuk anak dan cucuku, penerbit, dan teman-teman di keagenan media cetak, biro iklan, sahabat-sahabat yang sangat aku sayangi dan cintai. “Menurut beberapa sahabat dan rekan-rekan, bila seseorang telah mencapai usia 80, sesungguhnya dia sudah mendapat bonus, perpanjangan usia dari Tuhan Yang Maha Kasih,  bagiku perpanjangan waktu yang diberikan-Nya untuk menjadi perenungan, intropeksi diri, dan tentunya kekurangan yang ada pada setiap insan manusia,” kata pria kelahiran 15 Maret 1936 ini.
Menurutnya, sejak kecil, dia sudah terbiasa di bawa orang tuanya berdagang, dan saat itu baginya tak terpikir untuk mencari pekerjaan lain, selain berdagang seperti yang dilakukan orang tuanya, dengan berbekal ilmu pengetahuan berdagang dari orang tuanya, seorang Darmawan berjualan keliling “ Mie Ayam “ di wilayah Karet dan sekitarnya, untuk membantu orang tuanya. “Dari dulu saya sudah diajarkan hidup kerja keras, makanya itu saya bawa hingga kini,” ujarnya.
Dirinya bercerita sejak muda, terus mencari jati diri untuk menemukan masa depannya, Darmawan muda mencoba membuka usaha “ Warung Makan “ di pinggir Jalan Karet Gusuran yang sekarang dikenal sebagai jalan Jenderal Sudirman sekarang jadi lokasi R.S. Jakarta , tapi hasil jerih payah itu belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidup dan masa depannya.
Dengan semangat pantang menyerah, dia pun terus berusaha mencari jalan untuk memperbaiki kehidupan dan masa depannya, akhirnya Tuhan Yang Maha Kasih, memberikan jalan, dengan ketulusan, kesabaran, dan kegigihannya, di usia 18 tahun, tahun 1956, dia menjadi “ Tukang Koran “ saat itu banyak sekali terbit media cetak yang berbahasa Mandarin dan Indonesia, dan Darmawan muda diberi kepercayaan untuk memasarkan beberapa Koran, baik yang berbahasa Mandarin, maupun Indonesia, seperti koran : Chung Hwa, Siang Po, Seng Ho Po, Sin Po,  Warta Bhakti, Panca Warna, Suluh Indonesia dan lain-lain. “Dari situlah saya, mulai menjajakan Koran dengan sepeda ontel saya kurang lebih 60 km perhari,” ujarnya.
Perjuangannya pun berbuah manis, dalam  waktu 10 tahun, akhirnya dia mendapat kepercayaan dari management Harian Kompas saat itu, untuk memasarkan dan mencari pelanggan Harian Kompas, awal dari usahanya itu dia mendapat 17 pelanggan Kompas, dan sampai saat ini dia tak pernah lupa akan hal itu, karena salah satu dari pelanggannya itu adalan seorang pendiri Harian Kompas dan Gramedia, yakni Bapak Jacob Oetama. “Disitulah mulai ada kepercayaan dari Kompas untuk menjual
Kemudian, sejalan dengan perkembangan Politik, dinamika perkembangan surat kabar pun mengalami pasang surut, pada peristiwa 30 September 1965, sebagian besar surat kabar ditutup, tidak terkecuali surat kabar Sin Po, selanjutnya secara berangsur-angsur terbitlah surat kabar baru, seperti koran Angkatan Bersenjata, Kompas, Sinar Harapan, Berita Buana, dan lain-lain. “Saat peristiwa G 30 S PKI, disitu masa media massa mulai tumbang, tapi setelah itu kebangkitan media masa mulai terlihat,” ungkap Darmawan.
Bagi pria yang menikahi Taty Kurniaty Arief, 20 Maret 1966, Keberadaan Agen Koran sesungguhnya bukan sekedar membantu dan menjadi Ujung Tombak Penerbit, tapi juga membantu Pemerintah dalam mengatasi penganguran yang melanda Negeri ini, karena pada umumnya para pengantar koran ( Loper ) adalah mereka yang tidak berhasil untuk bersaing mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, atau anak-anak yang putus sekolah, atau mereka yang terpaksa harus membiayai pendidikannya sendiri, karena orang tuanya kurang mampu untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Apalagi menurut dia, menjadi agen Koran, banyak mengalami suka-dukanya,  terlebih lagi dalam dekade 3 tahun terakhir ini,  kemajuan teknologi, media online,  menjadi tantangan terberat agen media cetak, beberapa rekan agen koran bahkan terpaksa harus rela menyerahkan pelanggannya kepada penerbit, karena tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada penerbit yang bersangkutan. Kehilangan asset yang paling berharga yang telah dihimpunnya satu demi satu selama bertahun-tahun tentu sangat menyakitkan, tapi itulah fakta yang harus diterimanya. “Sekarang ini, di tengah kemajuan Tekhnologi untuk seorang agen bisa bertahan saja sudah bersyukur,” tuturnya.
Tengok saja di akhir tahun 2015 yang baru saja berlalu, terdapat beberapa penerbit surat kabar dan majalah yang telah menutup peredaran media cetaknya, antara lain harian Indonesia Finance Today,  The Jakarta Globe,  Sinar Harapan, dan  lain2, tapi kami Metro Taruna, akan terus berjuang, berupaya untuk tetap eksis mempertahankan usaha ini, walaupun tutupnya beberapa media cetak tersebut diatas, tetunya menambah berat beban kami dalam mempertahankan usaha ini. “Buat saya,  saya teringat dengan ucapan Bapak SBY pada hari Peluncuran Buku Manusia Ide di hotel Arya Duta pada tanggal 27 Januari 2016 Bapak Mochtar Riady, beliau mengatakan “ Manusia Ide adalah manusia Sukses, mereka adalah pekerja keras”. Makanya itu saya campakan terus selama mau berusaha disitu ada jalan. Itulah prisnisp hidup yang akan terus saya pegang, selama napas ini masih ada,” tukas pria yang berkeinginan besar untuk membuat biografi dirinya untuk berbagi kepada masyarakat luas.

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…