BPS : Emas Picu Deflasi 0,12% Oktober

NERACA

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan deflasi pada Oktober 2011 mencapai sebesar 0,12%. Tekanan deflasi ini banyak yang disumbang dari  penurunan sejumlah harga komoditas, termasuk emas yang  turun hingga 0,11%. Selain Emas, komoditas yang menjadi penyumbang deflasi adalah ikan segar 0,07%, daging ayam deflasi 0,04%, tarif angkutan udara deflasi 0,04%. "Secara nasional terjadi deflasi 0,12%," ujar Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Djamal kepada wartawan di Jakarta,1/11

 

Berdasarkan catatan, laju inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2011 mencapai sebesar 2,85%, lebih rendah daripada inflasi tahun kalender pada September yang sebesar 2,97%. Laju inflasi year on year tercatat sebesar 4,42%. Disisi lain, terungkap pula terjadi deflasi pada komponen inti inflasi Oktober 2011 sebesar -0.12%. Inflasi inti year on year sebesar 4,43%. Kemudian, BPS juga mencatat tarif angkutan udara naik 0,04%, sementara harga ayam ras turun 0,03%, tarif angkutan kota naik 0,02%, harga kentang turun 0,2%, harga bawang merah turun 0,02%, dan minyak goreng 0,02%.

 

Lebih jauh kata Jamal, kemungkinan besar inflasi pada akhir 2011 bisa dibawah 4%. Namun dengan syarat pemerintah bisa menjaga kondisi harga. “Kalau pemerintah bisa menjaga harga sama dengan oktober saja inflasi (beras bisa terkontrol). Kalau inflasinya terkontrol saya kira naiknya inflasi sedikit-sedikit," terangnya

 

Jamal menjelaskan, pada 2010 lalu tekanan inflasi November hanya sebesar 0,6% dan inflasi Desember 0,92%. "Kalau inflasi 0,92% pada Desember 2011, maka inflasi kita pada  2011 kemungkinan berada sekitar 4,42%," tukasnya.

 

Namun, kata Jamal, jika Nopember 2011 lebih rendah dari 0,6%. Maka tak tertutup kemungkinan deflasi bisa mencapai 4,42%. "Tetapi kalau nanti inflasi di November 2011 lebih rendah dari 0,6% atau inflasi di Desember 2011 lebih rendah dari 0,92% mungkin bisa saja di bawah 4,42%. Kalau terjadi deflasi bisa di bawah 4%," imbuhnya.

 

Meskipun ada kemungkinan sumbangan inflasi dari beras, kata Jaman, ada kemungkinan  faktor penurunnya, yakni turunnya harga emas. "Kalau beras naik kalau komponen lain turun, misalnya emas. Oktober ini saja dengan harga beras seperti saat ini saya hampir yakin jelas di bawah 4,42%," tutupnya.

 

Sementara itu, pengamat ekonomi Anton Gunawan engan angka inflasi inti Oktober yang minus -0,12%, maka Bank Indonesia (BI) sebaiknya menurunkan tingkat suku bunga acuan bank (BI Rate). "Didorong dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) ini, dan ekspektasi positif BI, saya pikir besar kemungkinan BI rate diturunkan 0,25%," ujarnya

 

Anton melihat, angka volatilitas makanan masih cukup rendah didorong dengan stok bahan makanan yang masih cukup sampai akhir tahun, meski analis Danamon ini juga menyatakan bahwa ada peluang angka inflasi Desember mendatang. "Selain itu, ada juga sentimen lain adalah harga-harga komoditas di luar negeri sudah mulai turun, sehingga tekanan importir inflation tidak akan terlalu tinggi,” tuturnya

 

Lebih jauh kata Anton, ditambah lagi dengan situasi dalam negeri yang sedang jor-joran dalam penyaluran kredit. “elum lagi kondisi di dalam negeri dimana angka investasi dan angka penyaluran kredit investasi yang juga masih tinggi," imbuhnya

 

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan bahwa inflasi inti Oktober berada di angka -0,12% (deflasi), dengan inflasi year on year di 4,42% dan inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) di 2,85%. **sahlan/cahyo

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…