IMPOR CBU DAN KOMPONEN DARI THAILAND MACET - Industri Otomotif RI Bakal Untung Atau Buntung?

Jakarta – Banjir besar di Thailand yang berkepanjangan cukup memukul pasar otomotif Indonesia. Pasalnya, sejak banjir terjadi, penjualan produk mobil di Indonesia mengalami penurunan cukup tajam. Banjir di Negeri Gajah Putih tersebut telah melumpuhkan kegiatan produksi dan penjualan mobil, infrastruktur dasar serta pelabuhan utama yang biasa mengangkut kendaraan utuh atau Completely Built Up (CBU) dan komponen ke Indonesia. Hingga apabila industri perakitan di dalam negeri tak mendapatkan pasokan komponen memadai, bakal menghambat produksi dan penjualan di dalam negeri.

NERACA

Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi, penjualan mobil pada kuartal IV/2011 akan terkoreksi sekitar 25,61% dibandingkan dengan realisasi pada kuartal III/2011. Artinya, dari angka penjualan sebesar 242.170 unit, akan turun menjadi 180.143 unit. Kondisi ini merupakan buntut dari penurunan pasok kendaraan dan komponen dari Thailand.

Menurut Sekretaris Jendral Gaikindo, Sudirman, dampak banjir Thailand dapat menurunkan tingkat penjualan bulanan kendaraan roda empat di pasar domestik hingga sebesar 10.000 unit per bulan. “Itu bisa terjadi mulai bulan Oktober,” tegasnya saat dihubungi Neraca, Senin (31/10).

Dia menambahkan, penurunan itu terjadi karena hampir semua merek mobil di Indonesia bergantung pada pasokan mobil utuh (CBU) dan komponen dari Thailand. “Sekitar 60% dari total impor CBU atau rata-rata mencapai 7.100 unit per bulan,” jelas Sudirman.

Menurut dia, penurunan penjualan 10.000 unit yang diprediksi terjadi pada Oktober, ternyata berlanjut ke November dan kemungkinan Desember karena banjir Thailand kian meluas hingga menerjang sebagian kota Bangkok.

“Banjir Thailand diprediksi mereda pada November. Namun pemulihan kondisi ke titik normal membutuhkan waktu cukup lama, atau paling cepat hingga awal tahun depan. Oleh karena itu jika Indonesia mau mengambil alih Industri otomotif dari Thailand, pemerintah harus segera mempersiapkan kemudahan investasi dan infrastruktur yang mendukung,” papar Sudirman.

Di tempat terpisah, Ketua III Gaikindo Johnny Darmawan menyebut, akibat banjir di Thailand, penjualan mobil kita bisa turun mulai Oktober dengan kisaran 10.000 unit (per bulan). Penurunan paling parah mungkin terjadi pada November yang bisa mencapai di atas 10.000 unit.

Dengan kondisi tersebut, potensi penurunan penjualan pada Oktober - Desember 2011 paling sedikit bisa mencapai 30.000 unit, sehingga target optimisme Gaikindo sebesar 870.000 unit pada tahun ini berpotensi hanya mencapai 840.000 unit.

“Artinya, jika penjualan mobil pada 9 bulan pertama 2011 telah mencapai 659.857 unit, penjualan pada kuartal IV diprediksi hanya mencapai 180.143 unit atau rerata 60.048 unit per bulan,” ujar Jhonny.

Peluang Buat RI

Bagi Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif INDEF, banjir yang melanda Thailand hanya mempengaruhi beberapa bagian ekonomi Indonesia saja. Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah industri otomotif. “Kita sedikit terpengaruh, tapi tidak signifikan,” katanya.

Menurut Erani, sebetulnya banjir yang terjadi di Thailand bisa menjadi anugerah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Alasannya, dengan tutupnya pabrik otomotif serta komponen otomotif, maka peluang Indonesia untuk menggantikan Thailand cukup terbuka. Hanya saja, pemerintah kita harus pandai-pandai cari cara yang tepat agar mereka mau investasi di Indonesia. “Selama kita membaca situasi dengan baik, serta mencari solusinya, ini pasti akan menjadi peluang untuk kita,” jelasnya.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemperin) Budi Darmadi mengungkap, banjir di Thailand bisa menjadi keuntungan tersendiri buat Indonesia.

Selain karena kapasitas produksi Indonesia yang  bertambah, momentum lain adalah kemungkinan penurunan produksi Thailand akibat musibah tersebut. Terlebih lagi, saat ini Kemenperin juga tengah membujuk para produsen otomotif kelas dunia untuk mengembangkan pabrik mobil model baru di Indonesia.

Produsen mobil merek Nissan, Toyota, Suzuki, Honda, dan Mitsubishi, misalnya, diharapkan bisa memproduksi kendaraan model baru mereka menggantikan produk jenis lama yang siklus umurnya telah mencapai delapan tahun. “Model-model sudah mulai habis di negara lain. Ketimbang meneruskan model lama, saya sarankan supaya mereka investasi model baru,” papar Budi.

Budi mengaku telah menawarkan pasar domestik untuk menjadi lahan pengembangan produk model baru keluaran prinsipal tersebut.

Menurut dia, kebanyakan produsen otomotif itu menyambut positif. Apalagi, pasar otomotif dalam negeri yang tumbuh relatif stabil dengan permintaan yang masih meningkat. Selain itu, kondisi geografis dan situasi keamanan Indonesia saat ini menjadi jaminan bagi para calon investor otomotif itu untuk menanamkan modal.

“Sekali bangun pabrik itu butuh 2 tahun. Artinya, mereka sudah lihat potensialnya pasar domestik pada dua tahun mendatang,” tuturnya.

Dari segi nilai pun sebenarnya produsen otomotif tidak perlu mendirikan pabrik baru. Cukup berinvestasi cetakan kendaraan (mold and dies) senilai Rp 300 miliar-Rp 500 miliar maka pasar domestik siap menerima kendaraan model baru.

Nantinya, investasi model baru itu diarahkan untuk pembuatan kendaraan penumpang jenis MPV (multi purpose vehicle) atau SUV (sport utility vehicle). Menurut Budi, produksi kendaraan jenis ini sesuai dengan sistem perpajakan nasional.

Di tahap awal produksi nantinya, perusahaan otomotif hanya akan memproduksi model baru dalam jumlah yang tidak besar misalnya sekitar ratusan unit per bulan. Apabila pasar merespon baik, maka pabrik bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga ribuan unit per bulan. iwan/ahmad/kam

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…