Musim Suku Bunga Rendah (Bakal) Tiba

Suka atau tidak suka, Indonesia  sudah berada dalam kancah persaingan global, dalam hal ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Oleh karena itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa  penurunan suku bunga bank memang harus dilakukan karena tidak ada cara lain agar bisa bersaing dengan negara ASEAN lainnya. "Tidak ada cara lain untuk bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan ekonomi kita harus efisien tanpa itu," kata Wapres.

Wapres mengakui bahwa kebijakan penurunan suku bunga memang membawa pengaruh terhadap fluktuasi pasar keuangan. "Ekonomi keseluruhan pasti cukup baik, bahwa ada sektor-sektor yang harus menyesuaikan ya pasti," tambah dia.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia RDG BI memutuskan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen dari sebelumnya 7,25 persen. RDG BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar lima persen dan Lending Facility pada level 7,5 persen, serta menurunkan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen. "Keputusan ini sejalan dengan pernyataan Bank Indonesia sebelumnya, bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, serta mempertimbangkan pula inflasi yang rendah pada 2016," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

Sebelumnya di Kantor Wakil Presiden, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan tingkat bunga deposito yang diminta oleh bank-bank BUMN masih di atas tingkat inflasi. Apabila suku bunga diturunkan, lanjut Darmin, hal itu juga tidak akan menyebabkan bank-bank tersebut menjadi rugi.

Di akhir 2016, Darmin berharap tingkat suku bunga kembali ke "single digit" (digit satuan) untuk pinjaman korporat. Sementara untuk tingkat pinjaman untuk UKM dan yang lain-lain yang masih di atas jumlah tersebut, maka peranan pemerintah antara lain dalam bentuk kredit usaha rakyat (KUR).

Yang jelas, Darmin Nasution mengatakan pemerintah sedang mematangkan sejumlah langkah untuk menurunkan tingkat bunga yang saat ini dirasakan masih tinggi dan memberatkan masyarakat. "Kita persiapkan semua langkah-langkahnya agar dalam sebulan akan jalan, dan pada akhir tahun kita akan mewujudkan suku bunga pinjaman (lending rate) 9 persen," kata Darmin.

Darmin mengatakan berbagai langkah ini akan saling terkait dan tidak berdiri sendiri, karena membutuhkan koordinasi antara pemerintah dengan instansi terkait seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan.

Ia menjelaskan langkah pertama adalah dengan menjaga laju inflasi pada kisaran empat persen, karena apabila inflasi lebih tinggi dari perkiraan, maka hal itu bisa berpengaruh pada peningkatan bunga tabungan masyarakat.

Langkah kedua, kata dia, adalah berkomunikasi dengan kementerian terkait serta BUMN agar ketika menyimpan deposito di perbankan tidak menggunakan "special rate" yang bisa mendorong kenaikan tingkat suku bunga. "Kalau mau menaruh deposito di perbankan, masuk akal (bunganya) 5 persen, atau 1 persen diatas inflasi, jadi tingkat bunga riilnya masih positif. Tidak ada alasan mengatakan rugi menaruh uang di bank, kalau mau bunga tinggi, masih ada SUN," kata Darmin.

Langkah ketiga adalah, dengan inflasi terjaga dan BUMN tidak menggunakan "special rate" untuk depositonya, maka Bank Indonesia bisa melakukan kajian maupun menimbang agar kebijakan tingkat bunga bisa mendekati kisaran empat persen atau lima persen.

Langkah keempat adalah Otoritas Jasa Keuangan akan mengambil langkah agar biaya operasional (overhead) sektor perbankan, diluar SDM, lebih efisien serta menahan peningkatan "special rate" agar tidak melebihi 100 basis poin dari tingkat bunga rata-rata. "Special rate" atau bunga khusus, merupakan perlakuan spesial yang diberikan perbankan terhadap nasabah prioritas yang memiliki dana besar agar mau menyimpan deposito dan angkanya lebih tinggi dari tingkat bunga yang telah ditetapkan.

Dengan empat langkah yang berfungsi secara efektif dalam sebulan mendatang, Darmin optimistis tingkat bunga akan mulai turun secara perlahan, dan akan menyesuaikan dengan upaya yang telah dilakukan pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan.

 

Bunga KPR Turun?

 

Turunnya "BI rate" atau suku bunga acuan harus bisa memicu penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) untuk menggairahkan sektor properti di Tanah Air, kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda. "Turunnya BI Rate ke level 7 persen seharusnya dapat memicu penurunan suku bunga KPR," kata Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Menurut dia, setiap penurunan 1 persen suku bunga KPR dinilai akan meningkatkan potensi pasar KPR sebesar 4 persen hingga 5 persen. Sedangkan dengan penurunan yang ada dari 7,5 persen menjadi saat ini 7 persen, lanjutnya, dimungkinkan suku bunga KPR juga bisa turun menjadi hanya satu digit. "Berdasarkan pantauan Indonesia Property Watch, saat ini Suku Bunga Dasar (SBDK) masing-masing Bank masih berada di dua digit," ucapnya.

Ia memperkirakan jika suku bunga KPR menjadi satu digit maka berarti akan ada potensi peningkatan pangsa pasar KPR 10 - 25 persen pada tahun 2016.

Sebagaimana diwartakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) merupakan salah satu langkah strategis dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi serta investasi di dalam negeri. "BI sudah melakukan langkah-langkah strategis dan mendengar harapan pasar. Pemangkasan suku bunga sudah sepantasnya dilakukan untuk menyesuaikan dengan inflasi, dan itu akan positif bagi industri pasar modal dan emiten ke depannya," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya di Jakarta, Jumat (19/2).

Menurut dia, dengan pemangkasan suku bunga maka beban biaya pinjaman menjadi ringan sehingga membuka peluang dan lebih leluasa bagi emiten untuk mengembangkan bisnisnya.

Sedangkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil mendukung rencana pembentukkan tim dari pemerintah untuk menurukan suku bunga kredit, salah satu tujuannya untuk menggairahkan kegiatan ekonomi, terutama sektor riil.

BERITA TERKAIT

Di Tengah Ancaman Boikot, Danone Terus Disoal

Nama perusahaan multinasional asal Prancis, Danone terus bikin geger. Danone dan banyak perusahaan multinasional lainnya  dikecam di seluruh dunia karena aktif…

Khong Guan Luncurkan Biscuits House di KidZania

Memperkenalkan lebih dekat lagi biskuit Khong Guan kepada anak-anak sejak dini sebagai biscuit legendaris di Indonesia, Khong Guan Group Indonesia…

KUR, Energi Baru Bagi UKM di Sulsel

Semangat kewirausahaan tampaknya semakin membara di Sulawesi Selatan. Tengok saja, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulsel,…

BERITA LAINNYA DI Peluang Usaha

Di Tengah Ancaman Boikot, Danone Terus Disoal

Nama perusahaan multinasional asal Prancis, Danone terus bikin geger. Danone dan banyak perusahaan multinasional lainnya  dikecam di seluruh dunia karena aktif…

Khong Guan Luncurkan Biscuits House di KidZania

Memperkenalkan lebih dekat lagi biskuit Khong Guan kepada anak-anak sejak dini sebagai biscuit legendaris di Indonesia, Khong Guan Group Indonesia…

KUR, Energi Baru Bagi UKM di Sulsel

Semangat kewirausahaan tampaknya semakin membara di Sulawesi Selatan. Tengok saja, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulsel,…