Industri Elektronik Nasional - Tiongkok dan Korea Menggerus Pasar

Mengutip World Bank 2015 Gobel memaparkan, hanya Singapura dan Malaysia yang menikmati surplus neraca perdagangan elektronik, baik dengan negara-negara Asean yang lain maupun ke pasar dunia. Sementara itu, Indonesia bersama Thailand, Kamboja, dan Brunei Darussalam masih mengalami defisit.

 

NERACA

 

Indonesia hingga kini masih menjadi pasar potensial produk-produk elektronik rumah tangga. Banyak produsen dari manca negara terus membidik Indonesia sebagai pusat penjualan produk-produknya yang beragam dengan harapan dapat meraih keuntungan besar.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar mengatakan produk elektronika asal Tiongkok dan Korea Selatan mulai menggerus produk asal Jepang di Indonesia. "Kalau bicara kualitas, Jepang memang jagonya. Tapi buat orang Indonesia, harga menjadi pertimbangan utama saat membeli barang-barang elektronik," kata Haris saat dihubungi Neraca, Selasa.

Lebih lanjut Haris mengatakan, Tiongkok semakin masif memproduksi berbagai macam kebutuhan elektronika dengan variasi produk yang bahkan menyerupai Jepang. Produk yang diproduksi Tiongkok, dijual dengan wajah menyerupai produk dari negara lain, namun dijajakan dengan harga yang jauh lebih murah.

Haris mengungkap saat ini ada beberapa industri Jepang sedang diakuisisi oleh perusahaan asal Tiongkok, salah satunya adalah Toshiba yang dikabarkan akan diakuisisi oleh perusahaan asal Tiongkok Skyworth Corp. "Toshiba akan diakuisisi oleh perusahaan asal China Skyworth Corp dengan nilai investasi sebesar 3 miliar yen," ungkap Haris.

Namun, Haris meyakini bahwa pihak Jepang akan melakukan strategi bisnis lain untuk merajai kembali pasar elektronika di Indonesia.

Di tempat yang sama, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE),Kementerian Perindustrian,I Gusti Putu Suryawirawan  mengatakan industri elektronika merupakan salah satu sektor prioritas karena masih dalam industri dengan pertumbuhan tinggi. Untuk itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri elektronika di dalam negeri.“Kami optimistis perkembangan industri elektronika di Indonesia akan terus prospektif. Hal ini berdasarkan peluang pasar dalam negeri masih cukup besar dan berpeluang untuk ekspor.”

Data Litbang Kemenperin nilai investasi pada industri elektronika dan telematika terus tumbuh, dimana pada tahun 2015 mencapai USD 6,6 miliar atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 5,9 miliar. Peningkatan tersebut berasal dari kontribusi besar produk elektronika konsumsi sebesar USD 2,4 miliar, disusul produk telematika USD 5,5 juta dan produk komponen sebesar USD 3,6 miliar. Di sisi lain, industri elektronika dan telematika mampu menambah tenaga kerja sebanyak 499 orang pada tahun 2015 atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 488 orang.

Di sisi lain, Ketua Umum Federasi Gabungan Elektronik (Gabel) Rachmat Gobel mengatakan kalau saat ini saja, pasar elektronik Indonesia dikuasai produk impor, termasuk yang berkualitas rendah. Memanfaatkan kemudahan impor, sebagian industriawan sudah beralih menjadi pedagang. Ini semua terjadi karena pemerintah tidak memiliki visi dan industri elektronik tidak mendapatkan dukungan yang memadai.“Selama ini pemerintah selalu mengatakan siap menghadapi MEA dan saya bertanya dalam hati, apanya yang siap,” keluhnya saat dihubungi Neraca, beberapa waktu lalu.

Ketidaksiapan industri elektronik Indonesia terlihat jelas pada serbuan produk elektronik impor yang terus meningkat, kontribusi ekspor elektronik Indonesia yang terus menurun, dan lambatnya pertumbuhan serbuan elektronik dari dalam negeri. Banyak produk hukum yang mengganjal pertumbuhan industri. Kebijakan fiskal cenderung mematikan industri elektronik.

“Masalah itulah yang membuat struktur industri elektronik dan elektrik di dalam negeri masih lemah. Padahal, industri ke depan semakin menghadapi tantangan kenaikan biaya produksi ketika subsidi BBM dihapus sepenuhnya. Untuk itu, dua bulan ke depan menjadi waktu maksimal yang harus dimanfaatkan pelaku usaha di dalam negeri, untuk mengevaluasi persoalan yang menjadi tantangan industri kita,” tegas Gobel.

Mantan Menteri Perdagangan itu mengatakan, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan peluang yang besar dari pelaksanaan MEA. Apalagi, RI memiliki pasar yang besar. Namun, hingga kini, pemerintah belum memiliki rancangan yang nyata. Pemerintah juga masih setengah hati dalam menarik investasi dan tidak mengetahui apa yang diinginkan.“Dalam setahun ini, kita juga sibuk dengan pemilu, baik legislatif maupun presiden. Praktis, pemerintah tidak fokus bagaimana upaya menghadapi MEA. Industri kita secara umum saya yakin tidak siap,” katanya.

Negara Asean yang lain sudah sejak awal menyiapkan diri dengan baik. Misalnya Thailand yang ingin mengembangkan industri otomotif, mereka secara komprehensif mempersiapkan dan konsisten membangun industrinya sehingga kini menjadi besar. Investasi di industri komponen otomotifnya juga kuat. Sementara itu, meski penjualan otomotif Indonesia yang berpenduduk banyak bisa menyamai Thailand, dari sisi kekuatan industri RI jauh tertinggal.

“Awalnya, Pemerintah Thailand menyadari industri otomotif di Amerika Serikat mengalami kesulitan. Mereka lalu berinisiatif ingin menjadi Detroitnya Asia. Semua kebijakan yang diterbitkan kemudian mengarah ke sana, untuk mendukung mereka menjadi negara dengan industri otomotif terkuat di Asean. Ini berbeda dengan cara pandang kita di sini, yang katanya pasarnya besar, tapi kekuatan industrinya ada di luar. Tidak ada kebijakan yang mendukung kita jadi negara industri yang kuat dan maju,” kata Gobel.

 

Bea Masuk

 

Gobel mengatakan, banyak kebijakan pemerintah justru keliru, seperti bea masuk (BM) atas impor barang yang lebih murah dibandingkan komponen. Akibatnya, barang-barang yang dijual di pasar domestik banyak produk impor.

Pemerintah juga mengklaim mendorong pertumbuhan dan pengembangan industri manufaktur di dalam negeri melalui transfer teknologi, namun kenyataannya, tidak ada kebijakan-kebijakan insentif yang mendorong tumbuhnya industri dan transfer teknologi tersebut.

Akibatnya, sambung Gobel sebagian besar produk-produk di pasar domestik adalah hasil assembling (perakitan). Meski ada juga yang manufaktur, lanjut dia, tetap saja sebagian komponennya masih impor. Misalnya kulkas, komponen intinya adalah kompresor, tapi sampai saat ini masih diimpor. Televisi (TV) dengan aplikasi teknologi canggih juga masih tergantung pada pasokan komponen impor hingga 70-80%.“Ini berarti struktur industrinya kuat di luar negeri, bukan di sini, meski pasar terbesarnya ada di Indonesia. Pemerintah seharusnya bisa membaca kondisi tersebut,” kata Gobel.

Untuk industri elektronik dan elektrik di Indonesia, lanjut Gobel, pihaknya akhirnya mengambil inisiatif dengan berencana merancang roadmap industri tersebut. Hal ini juga bertujuan menyempurnakan road map yang sudah ada dengan Visi 2030 yang menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang kuat dan maju. (iwan)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…