BEI Klaim Transaksi Harian Tumbuh 13,30%

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, rata-rata nilai transaksi harian di pasar modal selama periode 1-5 Februari 2016 mengalami kenaikan 13,30% menjadi Rp6,30 triliun dari Rp5,56 triliun di pekan lalu sebelumnya.”Rata-rata nilai transaksi harian meningkat 13,30% dari pekan sebelumnya," kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio di Jakarta, Selasa (9/2).

Adapun selama pekan pertama di Februari 2016, investor asing mencatatkan beli bersih di pasar saham mencapai Rp2,73 triliun. Secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham tercatat beli bersih sebesar Rp410 miliar. Seiring hal tersebut Bursa Indonesia mengalami penguatan tertinggi di seluruh dunia jika dibandingkan dengan beberapa indeks saham unggulan lainnya selama sepekan, dimana telah tumbuh 3,98% atau 183,78 poin atau menjadi 4.798,95.

Tercatat dari 10 besar bursa saham dunia, hanya bursa Thailand melalui Indeks SET yang mampu tumbuh baik secara mingguan (0,30% atau 3,88 poin) maupun secara tahunann (1,31% atau 16,84 poin). Sedangkan 11 bursa lainnya masih mencatatkan kinerja negatif secara tahunan seperti Bursa Malaysia, Indeks KOSPI Korea Selatan, PSE Philipina, FTSE 100 Inggris Raya, S&P Sensex India, bursa saham Australia, Dow Jones Industrial Average Amerika Serikat, Straight Times Singapura, Nikkei 225 Japan, Hang Seng Hongkong dan Shanghai China.

Kenaikan IHSG turut membuat kapitalisasi pasar mencapai Rp5.094,26 triliun atau tumbuh 4,54% dibandingkan di akhir 2015 lalu yang tercatat Rp4.872,70 triliun. Sementara tahun monyet api, dinilai Direktur Utama PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) sebagai tahun yang penuh tantangan jika ingin menerbitkan obligasi karena gejolak pasar keuangan yang masih fluktuatif.

Stephanus Turangan membeberkan, surat utang negara (SUN) dan surat utang swasta atau obligasi yang jatuh tempo masing-masing mencapai Rp138,65 triliun dan Rp48,34 triliun disepanjang 2016."Ada pengaruh ke likuiditas. Tadinya mau investasi ke SUN, sehingga akan bergeser dikit ke obligasi," jelasnya.

Dia melihat, tahun ini akan ada tambahan surat utang baru, baik yang dikeluarkan pemerintah maupun swasta. Tak ayal, hal ini bisa mempengaruhi likuiditas negara. Menurut dia, tantangan besar tersebut akan dialami oleh para penerbit obligasi di tahun ini. Bahkan, ujar dia, tingkat imbal hasil di obligasi jadi lebih menarik untuk pelaku pasar."Kita tahu suku bunga sudah turun, sehingga turun yield, namun dengan kompetisi di atas maka yield akan lebih bagus dari tahun lalu," ungkap Stephanus.

Meski demikian, obligasi masih akan mendapatkan porsi yang baik di mata investor, kendati sedikit lebih berkurang. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…