2016, Potensi Bisnis E-Commerce Capai US$20 Miliar

Jakarta – Indonesia merupakan populasi selular dan digital terbesar di dunia. Bahkan, penetrasi penggunaan selular di Indonesia mencapi 121%, yang artinya melebihi rata-rata dunia dan Asia Tenggara. Tak pelak, tingginya akses ke internet tersebut membuat potensi bisnis E-Commerce demikian pesat. “Potensi bisnis E-Commerce sepanjang 2016 ini bakal mencapai US$20 miliar. Apalagi, pada 2020 mendatang, Indonesia  bakal memasuki masa keemasan dengan jumlah penduduk produktifnya yang banyak. China sudah memasuki masa keemasan itu pada 1990 lalu”, jelas Kun Arief Cahyantoro, pengamat E-Commerce, dalam sebuah diskusi ‘Peluang dan Tantangan Koperasi dan UKM Dalam Bisnis E-Commerce’, di Jakarta, Selasa.

Menurut Kun, ke depan, bisnis E-Commerce terkait pada, pertama,  tren seperti fokus pasar dalam negeri. “Indonesia itu merupakan incaran dari pelaku E-Commerce luar negeri untuk menggarap pasar disini. Lihat saja, sudah banyak pebisnis online asing yang melakukan penetrasi pasar di sini”, tukas dia.

Kedua, target produk pasar seharusnya membidik kalangan muda. Potensi ini akan terus meningkat hingga 2020, dan mencapai puncaknya pada 2035. Ketiga, penggunaan Omni Channel (bukan Multi Channel) yaitu peningkatan penggunaan data (internet). Ketiga, M-Commerce (bukan E-Commerce), dimana peningkatan penggunaan selular sebagai alat transaksi mengubah sistem dan strategi jual beli di masyarakat.

Tantangannya pun tidak mudah. Diantaranya, budaya beli di masyarakat dalam E-Commerce 80 persen masih sekadar untuk perbandingan harga. Begitu juga dengan sistem pembayaran yang baru 57 persen melalui transfer bank, sisanya cash on delivery order (COD). “Terkait tingkat kepercayaan terhadap pelaku E-Commerce juga belum tinggi. Termasuk keamanan data si konsumen karena saat ini terbilang meningkat penyalahgunaan data pribadi”, jelas Kun.

Pembicara lain, Fadjrin Rasyid, salah seorang pendiri Bukalapak.com, mengakui bahwa potensi bisnis E-Commerce masih besar dan terbuka lebar, terutama untuk pelaku UKM di Indonesia. “Karena, bisnis melalui E-Commerce berarti menghilangkan syarat modal dan distribusi. Pasalnya, lewat E-Commerce produk UKM Indonesia bias dipasarkan ke seluruh dunia. Terlebih lagi, sekarang pun mulai marak orang berjualan lewat social media seperti Facebook, Instragram, dan sebagainya”, kata Fadjrin.

Fadjrin pun sependapat bahwa factor kepercayaan merupakan segalanya di E-Commerce. Ketika orang Indonesia mulai getol bertransaksi di E-Commerce, lantas siapa yang menjamin keamanan dari transaksi tersebut? “Nah, berkaitan dengan itu, maka MarketPlace seperti Bukalapak ini hadir, untuk kenyamanan dan keamanan konsumen bertransaksi E-Commerce”, imbuh dia.

Di Bukalapak, misalnya, kata Fadjrin, transaksi antara pedagang dan pembeli tidak langsung, melainkan lewat Bukalapak. “Kalau sudah transfer, maka kami akan kontak penjual untuk kirim barang. Setelah barang diterima konsumen dengan baik sesuai pesanan, uang baru kita kirim ke penjual. Oleh karena itu, kami menjamin transaksi aman dan nyaman”, tandas Fadjrin.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, I Wayan Dipta mengakui, ada beberapa tantangan yang masih dihadapi oleh pelaku usaha UKM dalam perdagangan elektronik tersebut. Salah satunya, pelaku UKM masih terkendala bahasa dan teknologi.

Menurut Wayan, tidak semua pelaku UKM di Indonesia paham teknologi dan bahasa internasional, misalnya Bahasa Inggris. "Mereka belum semuanya melek terhadap internet, terutama language (bahasa). Pelaku UKM minimal menguasai satu bahasa internasional," kata Wayan.

Dia mengatakan, tantangan selanjutnya adalah infrastruktur jaringan. Kemudian, masalah keamanan pun menjadi tantangan bagi pelaku UKM di perdagangan elektronik. "Ini penting sekali. Kalau tidak ada safety (keselamatan), kedua belah pihak--pembeli dan penjual--bisa bermasalah," kata Wayan.

Wayan melanjutkan, pihak kementerian mendampingi pelaku UKM untuk memasarkan produk mereka. Hal itu bertujuan, agar pelaku UKM tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produk mereka. "Kami tetap mendampingi dalam rangka supaya mereka bisa mempromosikan produk merek, misalnya kalau ada buyer, bagaimana transaksi ke depan, bagaimana sertifikasinya. Jangan sampai mereka ada buyer, terus terjadi rejection (penolakan)," kata dia.

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…