PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2015 HANYA 4,7% - IMF Ingatkan Pelambatan Ekonomi

Jakarta - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memperingatkan bahwa pelambatan di negara-negara berkembang bisa menyebabkan meningkatnya ketidaksetaraan dalam ekonomi global. Sementara BPS mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 hanya sebesar 4,79%.

NERACA

Segera setelah pendinginan ekonomi China dan penurunan tajam harga-harga komoditas, negara-negara berkembang akan melihat pertumbuhan yang goyah dan menghadapi "kenyataan pahit baru," kata Lagarde dalam sebuah pidato di Universitas Maryland seperti dikutip Antara.

"Tingkat pertumbuhan turun, arus modal telah berbalik, dan prospek jangka menengah telah memburuk tajam," Ketua IMF mengatakan kepada forum, menurut teks yang sudah disiapkan untuk pidatonya pekan lalu.

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, mencatat pertumbuhan terlemah dalam seperempat abad pada 2015, dan Brasil serta Rusia berada dalam resesi.

IMF sekarang memproyeksikan bahwa tingkat pendapatan negara-negara berkembang dan negara bertumbuh pesat akan konvergen ke tingkat ekonomi maju pada kurang dari dua pertiga kecepatan yang diperkirakan satu dekade lalu, kata Lagarde.

"Ini berarti bahwa jutaan orang miskin akan menemukan mereka lebih sulit untuk maju. Dan anggota kelas menengah baru menemukan harapan mereka tak terpenuhi," katanya.

Konsekuensi dari pelambatan global yang saling berhubungan tidak akan hanya ekonomi, dia menunjukkan: "Ini juga disertai dengan risiko kenaikan ketidaksetaraan, proteksionisme, dan populisme."

Untuk mengatasi pelemahan global yang terus meningkat, ketua IMF merekomendasikan bahwa negara-negara berkembang, terutama mereka yang mengekspor komoditas, meningkatkan kebijakan belanja mereka dan meningkatkan pendapatan non-komoditas guna membuat penyesuaian anggaran mereka "kurang menyakitkan."

Dan untuk meningkatkan pertumbuhan, Lagarde meminta negara maju dan negara berkembang untuk meningkatkan upaya-upaya membuka sistem perdagangan global "serta mendorong integrasi perdagangan melalui perjanjian regional dan multilateral."

Meski demikian, perekonomian Indonesia diperkirakan mampu tumbuh sekitar 5,2% di 2016, walau tidak ditampik akan tetap ada risiko yang memengaruhi pertumbuhan tersebut. Salah satu kunci yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi itu adalah memperkuat belanja fiskal agar lebih efektif.

"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB 5,2 persen di 2016, tapi kami mengakuidownside risiko tetap ada. Salah satu asumsi kunci yang telah kita buat dalam menentukan perkiraan kami adalah belanja fiskal yang lebih efektif dari pemerintah di tahun ini," ujar ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, pekan lalu.

Selain itu, Gundy meyakini, Bank Indonesia (BI) akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya, termasuk menurunkan tingkat Giro Wajib Minimum (GWM). Lebih dari itu, diyakininya bahwa BI cukup optimistis mampu mencapai target inflasi di kisaran 3%-5% pada 2016 ini.

"Ke depan, diharapkan BI tetap berhati-hati. Dengan latar belakang semacam ini maka mengelola stabilitas rupiah diduga tugas kebijakan yang paling penting," kata Gundy.

Lebih lanjut, dia tidak menampik bila risiko ekonomi dunia tetap ada dan hal itu jangan sampai diabaikan oleh pemerintah, mengingat risiko itu memunculkan ketidakpastian dalam ekonomi global. Namun, tidak dipungkiri bila ada kekecewaan jika BI lebih konservatif dalam siklus melonggarkan kebijakan di kondisi seperti ini.

"Tapi kami rasa itu mungkin menjadi hal terbaik untuk dilakukan. Tentu diharapkan BI Rate dipangkas kembali sebanyak 25 bps dan stabil di tujuh persen sampai akhir tahun," pungkasnya.

Situasi Dalam Negeri

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi RI selama tahun 2015 mencapai 4,79%. Adapun untuk kuartal IV-2015, ekonomi tumbuh 5,04% lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya 4,73%.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, nilai produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 2.270,4 triliun. Sedangkan PDB atas dasar harga berlaku (ADBH) mencapai Rp 2.945 triliun. 

Suryamin menuturkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2015 dipengaruhi faktor situasi dalam negeri.  Pertama, inflasi Desember 2015 yang mencapai 3,35% yoy. Kedua, nilai tukar rupiah terhadap US$ yang menguat 5,88point to point pada akhir kuartal IV dibandingkan kuartal III-2015.

Selain itu, realisasi belanja pemerintah meningkat sebesar 6,37% secara yoy. 

“Ini karena ada belanja infrastruktur yang cukup besar (di kuartal IV),” ujar Suryamin dalam paparannya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Faktor lain yaitu realisasi penerimaan pajak yang mencapai Rp 439,39 triliun pada kuartal IV-2015, dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 336,30 triliun. 

Selain itu, BPS merilis, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada kuartal IV-2015 mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Meski meningkat, optimisme pelaku bisnis pada kuartal IV-2015 justru mengalami penurunan.

"Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada kuartal IV-2015 sebesar 105,22, berarti kondisi bisnis meningkat dari kuartal sebelumnya. Namun demikian tingkat optimisme pelaku bisnis menurun jika dibandingkan dengan kuartal III-2015, nilai ITB sebesar 106,04," ujar Kepala BPS Suryamin di kantornya, Jumat (5/2).

Dia mengingatkan, peningkatan kondisi bisnis pada kuartal IV-2015 terjadi pada sebagian besar lapangan dan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (nilai ITB sebesar 90,18) serta Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar 94,74). Peningkatan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Waijb (nilai ITB sebesar 117,84), sedangkan peningkatan kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha Industri Pengolahan (nilai ITB sebesar 101,03).

"Kondisi bisnis pada kuartal IV-2015 meningkat karena adanya peningkatan pendapatan usaha dengan nilai indeks sebesar 107,49, kapasitas produksi usaha dengan nilai indeks sebesar 103,95 dan rata-rata jumlah jam kerja dengan nilai indeks sebesar 103,86," jelas dia.

Sementara itu, lanjut Suryamin, nilai ITB pada kuartal I-2016 diprediksi sebesar 104,28. Artinya kondisi bisnis diperkirakan akan meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Sedangkan tingkat optimisme pelaku bisnis diperkirakan lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal IV-2015 dengan nilai ITB sebesar 105,22.

"Kondisi bisnis di semua lapangan usaha pada kuartal I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan, kecuali lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar 92,03). Peningkatan kondisi bisnis tertinggi diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (nila ITB sebesar 110,00), dan peningkatan terendah diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (nilai ITB sebesar 102,04)," ujarnya.

BPS juga mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 sebesar 5,04%. Capaian ini sebenarnya naik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dari kuartal I-2015 hingga kuartal IV-2015, namun melempem 1,83% bila dibandingkan secara quartal to quartal(Q to Q). bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…