Cerdas Berinvestasi Masa Depan - Agar Di Usia Senja Tidak Lagi Sengsara

NERACA

Jakarta – Bila hidup di ibaratkan sebagai sebuah perjalanan, maka pensiun adalah titik berhenti untuk kembali melanjutkan perjalanan. Maksud berhenti bukan berarti berhenti untuk berkarya, tetapi menset up perjalanan yang lebih baik untuk menuju tujuan hidup yang lebih bernilai. Ya, seseorang bisa saja pensiun karena memang usianya sudah masuk dalam kriteria tersebut. Ataupun karena dia memutuskan untuk pensiun.

Menurut Head of Training and Development BNI Life Insurance, Alviko Ibnugroho, pada dasarnya berkarir di perusahaan lain atau berbisnis lewat perusahaan sendiri, perlu berhenti sejenak untuk  menata ulang tujuan hidup. Namun hal yang paling penting dan multak dilakukan adalah persiapan matang dalam menyambut pensiun. Ironisnya, tidak banyak eksekutif muda yang masuk masa pensiun hidupnya terjamin lantaran belum memperhatikan pentingnya perencanaan keuangan sejak awal kerja hingga memasuki masa pensiun. Sebuah survei menunjukkan bahwa 80% eksekutif terancam miskin di hari tua.

Survei lain menunjukkan bahwa dari 100 orang yang berusia 25 tahun, pada usia 65 tahun hanya 5% yang bisa pensiun dengan memadai. Sebanyak 95% lainnya harus bekerja keras atau mengandalkan anak dan sumbangan orang lain untuk hidup. Hal yang diinginkan orang-orang yang merencanakan jaminan masa tua mereka adalah bisa menghadapi masa tua dengan bahagia atau lebih dikenal istilah Golden Age, yaitu masa pensiun adalah masa-masa emas yang menyenangkan untuk dinikmati.

Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang untuk masa depan lebih melihat fase pensiun sebagai bencana, karena merasa semakin tua, tidak berdaya dan tidak berguna. Hal ini sangat beralasan, karena hilangnya 80 sampai dengan 90% penghasilan tetap sebagai pegawai, lalu habisnya dana pensiun yang telah dipersiapkan hanya dalam beberapa tahun saja atau tidak cukup dan kedua hal ini akan mengakibatkan menurunnya standar atau gaya hidup seseorang.

Oleh karena itu, perencanaan keuangan dan investasi untuk masa depan adalah kebutuhan. Menurut Bagi Prita Ghozie, Finacial & Business Planer (CFP), sebagai perempuan dirinya menyerukan kaum hawa harus bisa berinvestasi dan menyisihkan dana sebesar 20% di luar pendapatan dari suami. Artinya, mau bekerja atau tidak, sebaiknya perempuan tetap melakukan investasi secara madiri. Namun dirinya mengingatkan, agar ketika menentukan investasi, carilah sebuah badan investasi yang memiliki lisensi yang jelas.

Asal tahu saja, kurangnya perencanaan dan investasi untuk masa pensiun punya konsekuensi serius. Setidaknya ada empat hal yang memengaruhi keamanan finansial seseorang ketika pensiun yaitu inflasi, harapan hidup, biaya pengobatan, dan tata kelola keuangan. Kata Chief of Employee Benefits Manulife Indonesia, Nur Hasan Kurniawan, dari segi prioritas tabungan, perencanaan masa pensiun menempati urutan ketiga setelah membayar pendidikan anak dan memulai bisnis sendiri. “Selama ini banyak orang menganggap biaya pensiun sebagai kebutuhan yang tidak popular atau tidak sepenting cita-cita membiayai anak sekolah,”ujarnya.

Padahal mempersiapkan dana pensiun artinya tidak hanya membiayai hidup kita pasca usia pensiun (masa tidak produktif) tetapi juga menghitung biaya untuk kesehatan, yang tidak kalah besar, mengingat di usia senja biasanya diiringi dengan berkurangnya fungsi anggota tubuh dan tentunya memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan saat usia muda umumya. Dirinya mengakui, belum banyak orang Indonesia merencanakan keuangan masa pensiun dan diperburuk dengan rendahnya tingkat literasi keuangan dibandingkan dengan negara lain.

Investasi Reksa Dana

Ya, investasi cerdas untuk masa pensiun banyak pilihannya, baik itu properti, emas ataupun reksa dana. Namun yang pasti, investasi harus mempertimbangkan inflasi yang bakal mengerus nilai asset, return yang tinggi, kenyaman dan keamanan. Dimana reksa dana bisa menjadi pilihan tepat. Apalagi, untuk berinvestasi di reksa dana tidak ada batasan umur. Yang penting adalah para pensiunan tersebut memahami produk reksa dana yang mereka beli termasuk risiko yang melekat pada produk tersebut.

Meski demikian, harus disadari bahwa mau pemahaman terhadap produk pasar modal sudah secanggih apapun, ada perbedaan besar antara orang yang di masa pensiunan dengan orang yang di masa produktif. Para pensiunan, meskipun punya jumlah uang yang cukup besar, tapi sudah tidak memperoleh pendapatan bulanan. Mungkin sebagian mendapat masih manfaat pensiun dari BPJS Kesehatan dan perusahaan tempatnya bekerja, tapi umumnya nilai ini tidak sebesar penghasilan ketika di masa produktif.

Tidak adanya penghasilan bulanan, menyebabkan toleransi orang terhadap risiko semakin rendah. Ibaratnya waktu masih produktif, ketika rugi orang masih bisa berpikir “tidak apa-apa, uang masih bisa dicari”. Tapi kalau sudah pensiun, pikiran seperti ini sulit ada karena itulah satu-satunya uang yang dimilikinya.

Untuk itu, bagi para pensiunan yang berminat untuk melakukan investasi, dana yang digunakan haruslah benar-benar tidak akan mengganggu kebutuhan masa tuanya. Untuk itu, dia harus mengetahui berapa dana pensiun yang dimilikinya baik yang dibayarkan secara sekaligus ataupun berkala, menghitung kebutuhan pensiun dan baru berinvestasi dari sisanya jika ada.

Maka menjawab kebutuhan investasi yang menjanjikan untuk masa pensiun, Danareksa Invesmnet Management (DIM) meluncurkan program Investasiku Masa Depanku (IMD). Program ini bertujuan untuk mempersiapkan pensiun dengan kemapanan finansial yang dikelola oleh Manajer Investasi Reksa Dana pertama di Indonesia. Untuk mengikuti program IMD ini sangat mudah. Pertama-tama investor) dapat melakukan registrasi online di website http://reksadana.danareksaonline.com. Setelah itu, investor sudah mulai bisa berinvestasi dimulai dari Rp 200,000, dana yang sangat terjangkau untuk persiapan dana pensiun.

Untuk program ini DIM juga bekerjasama dengan Bank Central Asia (BCA) untuk transaksi autocollection, sehingga proses transfer bulanan dapat dilakukan secara otomatis. Prihatmo Hari Mulyanto, Direktur Utama Danareksa Investment Management mengatakan, sudah saatnya mulai merencanakan persiapan dana pensiun dengan matang. Karena bila hanya mengandalkan fasilitas pensiun dari kantor tidak akan cukup untuk membiayai kehidupan di masa tua.”Jadi jelas sekali ya, untuk masa pensiun nanti, kita harus mempersiapkan investasi secara mandiri dan reksa dana adalah pilihan yang tepat,”ungkapnya. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…