Umur 4 Tahun jadi Usia Tepat untuk Belajar Balistung

Pakar neurosains dari Komunitas Neuronesia Amir Zuhdi mengatakan usia empat tahun ke atas adalah waktu tepat bagi anak untuk belajar baca tulis hitung (balistung). "Di bawah empat tahun akan mempengaruhi perkembangan otak anak," kata Amir dalam seminar neurosains di Jakarta, pekan kemarin.

Anak berusia empat tahun ke bawah belum tepat untuk belajar baca tulis hitung karena "fasilitas" otak belum sempurna. "Yang ada orang tua malah emosi karena anak lamban dalam menangkap informasi," kata Amir. Menurut dia, pada usia nol hingga 13 tahun, anak paling tepat diajari mengenali emosi dirinya.

Melatih kontrol diri, kesabaran, kerja sama, empati dan karakter baik lainnya, lebih mudah dilatih dan tertanam kuat dalam otak anak dari pada kegiatan baca tulis hitung. "Kematangan emosi menjadi fondasi kuat untuk kesuksesan anak pada masa datang," katanya. Orang tua sebaiknya memberikan stimulasi rasional, sedangkan aktivitas fisik semakin menyehatkan otak anak.

Anak yang berotak sehat memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup, cerdas dalam menentukan pilihan dan santun dalam berinteraksi sosial. Pengasuhan anak yang baik hendaknya berbasis perkembangan otak karena otak anak berkembang bertahap. Pengasuhan yang baik menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak.

Pada otak terdapat sirkuit saraf otak yang mengatur sistem pengasuhan. Sirkuit tersebut bernama "otak pengasuhan" yang terdiri dari Sistem Limbic, Cortex PreFrontal, Lobus Parietalis, Lobus Temporalis, Lobus Temporalis, Lobus Occipithalis, dam Cerebellum serta Batang Otak.

Masing-masing "otak pengasuhan" itu berkembang secara bertahap dan mengasuh sesuai dengan perkembangan otak anak. "Anak yang berusia nol sampai 13 tahun, harus diasuh pada pengasuhan emosi. Anak seusia tersebut telah mengenal berbagai jenis emosi seperti marah, sedih, cemas, gembira, dan cinta. ," jelas dia. Orang tua, lanjut dia, harus memahami cara dasar penanganan emosi yang muncul pada anak. Jika tidak, ketidakmampuan mengelola emosi akan mengganggu prestasi hidup anak.

Namun begitu, cukup banyak pula anak yang umurnya sudah lebih dari cukup untuk dapat membaca tetapi tak bisa membaca. Jika Anda mempunyai anak yang mengalami disleksia (susah membaca), ada sebuah cara mudah untuk membantunya. Penelitian yang dilakukan di Italia menunjukkan bahwa memperlebar jarak antarhuruf dalam sebuah kata bisa meningkatkan kecepatan dan akurasi membaca mereka

Kemajuan teknologi telah memungkinkan cara ini dilakukan terhadap buku elektronik, sehingga memungkinkan dilakukannya manipulasi teks. Demikian diungkapkan para ahli. Para ilmuwan dari University of Padua di Italia menganalisis 34 anak berkebangsaan Italia dan 40 anak berkebangsaan Prancis yang mengalami disleksia dan berusia antara delapan hingga 14 tahun.

Mereka menemukan bahwa memperlebar jarak antarhuruf bisa membantu para siswa tersebut 20 persen lebih baik dalam akurasi membaca teks. “Kami terkejut dengan bermanfaatnya jarak antarhuruf,” kata ketua peneliti, Marco Zorzi, profesor psikologi dan kecerdasan artifisial, seperti dikutipHealth Day.

“Kenaikan rata-rata dalam kecepatan membaca setara dengan yang diobservasi selama satu tahun dan mengurangi separuh kesalahan saat berbicara untuk dirinya sendiri,” ujar Zorzi. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnalPNAS. Disleksia merupakan ketidakmampuan yang berbasis bahasa, yang disebabkan oleh kesulitan belajar mengenali kata-kata tertulis. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi lima persen anak-anak usia sekolah.

Begitu kata para peneliti. Di antara bentuk disleksia ini adalah anak-anak yang membutuhkan waktu satu tahun untuk membaca huruf atau angka tertentu, sementara anak lain hanya membutuhkan waktu dua hari.

Manipulasi jarak (spasi) didasarkan pada fenomena yang dikenal sebagai “visual cwording”, yakni sebuah huruf lebih sulit diidentifikasi ketika posisinya berdekatan dan dikelilingi oleh huruf-huruf lain. Kondisi tersebut biasanya berpengaruh pada orang dengan disleksia karena mengenal huruf merupakan basis dalam membaca.

BERITA TERKAIT

Literasi Digital Sejak Dini, Perhatikan Screen Time Anak

  Tanamkan Literasi Digital Sejak Dini, Perhatikan Screen Time Anak NERACA Sidoarjo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital,…

SW Indonesia Dorong Mahasiswa Akutansi TSM Jadi Akuntan Kelas Dunia

  SW Indonesia Dorong Mahasiswa Akutansi TSM Jadi Akuntan Kelas Dunia NERACA Jakarta - SW INDONESIA mendorong mahasiswa akuntansi Sekolah…

Fasilitasi Anak Berolahraga untuk Cegah Perundungan

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengatakan pencegahan perilaku perundungan (bullying) dapat dilakukan, salah satunya dengan memfasilitasi anak untuk berolahraga. "Kenapa terjadi…

BERITA LAINNYA DI

Literasi Digital Sejak Dini, Perhatikan Screen Time Anak

  Tanamkan Literasi Digital Sejak Dini, Perhatikan Screen Time Anak NERACA Sidoarjo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital,…

SW Indonesia Dorong Mahasiswa Akutansi TSM Jadi Akuntan Kelas Dunia

  SW Indonesia Dorong Mahasiswa Akutansi TSM Jadi Akuntan Kelas Dunia NERACA Jakarta - SW INDONESIA mendorong mahasiswa akuntansi Sekolah…

Fasilitasi Anak Berolahraga untuk Cegah Perundungan

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengatakan pencegahan perilaku perundungan (bullying) dapat dilakukan, salah satunya dengan memfasilitasi anak untuk berolahraga. "Kenapa terjadi…