Ramai-Ramai Ubah Haluan

 

Oleh: Ambara Purusottama

School of Business and Economics Prasetiya Mulya

 

Pemerintah Jepang melalui BoJ (Bank of Japan) belum lama ini mengeluarkan kebijakan ekonomi yang tidak biasa. BoJ akan memberlakukan kebijakan suku bunga negatif mulai Februari. Kebijakan ini merupakan lanjutan kebijakan dana murah atau yang lebih dikenal quantitative easing(QE) yang telah diterapkan lebih dulu. Langkah ini dinilai cukup mengejutkan banyak pihak. Kebijakan ini semakin menyeret perekonomian global ke dalam lingkaran ketidakpastian.

Jepang bukanlah negara satu-satunya yang menerapkan kebijakan ekonomi tidak biasa. Beberapa negara sudah melakukan terlebih dahulu. Kebijakan tak biasa tersebut awalnya diterapkan oleh AS yang selanjutnya diikuti oleh Eropa namun tidak sama persis dengan yang diterapkan Jepang. Tiongkok dan Vietnam pun melakukan hal serupa namun menjurus radikal dengan memotong nilai mata uangnya. Manuver kebijakan ini diharapkan dapat membawa angin segar bagi negara matahari terbit.

Tujuan utama penerapan suku bunga negatif untuk menstimulasi ekonomi negeri bunga sakura. Suku bunga -0.1% diharapkan mampu menggairahkan investasi dan konsumsi yang selama ini menjadi masalah utama negara tesebut. Rendahnya inflasi di Jepang menjadi salah satu alas an dalam pengambilan keputusan. Fakta menyebutkan pada akhir Desember lalu inflasi Jepang hanya berkisar 0.1% dimana angka tersebut jauh di bawah target yang ditetapkan sebelumnya oleh BoJ.

Demografi Jepang ditengarai menjadi salah satu penyebab utama mandeknya perekonomian.Jepang saat ini sedang menghadapi permasalahan jumlah penduduk usia tua yang meledak sedangkan jumlah angkatan kerja semakin ramping. Secara alami, perilaku usia tua akan sangat berbeda dibandingkan dengan usia muda. Usia tua memiliki kecenderungan lebih berhati-hati dalam penggunaan uang dibandingkan usia muda. Hal ini menyebabkan kecenderungan perilaku masyarakat yang lebih memilih menempatkan uangnya di bank dan sedikit yang dikonsumsi.

Kebijakan yang diambil akan membuat pemerintah Jepang menghadapi berbagai tantangan. Peredaran arus dana akan sulit untuk dikendalikan. Bisa saja arus dana yang sejatinya dapat menstimulasi ekonomi domestik justru berbalik arah dan keluar dari Jepang, sama seperti yang terjadi di AS. Padahal permasalahan ekonomi yang dihadapi Jepang tidak sama dengan yang dihadapi AS ataupun Eropa. Efektivitas kebijakan terhadap permasalahan yang dihadapi Jepang akan menjadi episode menarik untuk dinanti.

Bagi Indonesia dampak kebijakan ini seperti dua sisi mata uang. Indonesia berpeluang mendapatkan angin segar apabila kebijakan moneter yang diambil BoJ tidak diikuti oleh perbaikan struktural di negaranya. Artinya, masih ada kemungkinan dana tersebut bias mampir ke negara lain. Meskipun banyak yang pesimis dana tersebut mampir ke Indonesia namun pemerintah harus tetap siap jika sewaktu-waktu terjadi. Sekecil apapun peluang yang muncul harus mampu dimanfaatkan. Perbaikan struktural yang sedang dilakukan Pemerintah Indonesia saat ini merupakan cerminan menyambut kebijakan BoJ yang sudah mulai berjalan.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…