Bangun Pabrik Es dan Produksi Garam - Kemenperin Terus Pacu Produktivitas Nelayan

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian terus meningkatkan penyediaan fasilitas produksi bagi nelayan di Indonesia. Setelah membangun 12 pabrik es di beberapa daerah, Kemenperin akan membangun sarana yang sama di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

“Dari sekian banyak kebutuhan fasilitas pendukung, dua di antaranya adalah pabrik es dan industri garam yang menyokong pengawetan hasil laut mereka,” kata Menperin Saleh Husin usai menerima Walikota Kupang, Jonas Salean di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi, Selasa.

Pembangunan pabrik es juga diintegrasikan dengan lokasi aktivitas nelayan seperti berdekatan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pengelola bisa dilakukan oleh koperasi, TPI atau kelompok usaha bersama (KUB) setempat.

Sejak 2007 hingga 2015, Kemenperin telah memberikan bantuan mesin peralatan es balok berkapasitas 10 ton per hari. Lokasinya tersebar di 12 daerah yaitu di Pasaman Barat, Pariaman (Sumbar), Sampang, Pamekasan (Madura), Kota Bengkulu, Lampung Selatan, Tuban, Lamongan, Minahasa Selatan, Ambon, Baubau (Sultra), dan Donggala (Sulteng). “Pasokan es balok ini berdampak langsung pada kualitas tangkapan. Bahkan Presiden Joko Widodo memberi perhatian pada pemenuhan kebutuhan cold storage ini,” ujar Menteri Saleh.

Potensi lestari sumber daya ikan laut Teluk Kupang hampir mencapai 20 ribu ton per tahun. Kupang juga menjadi pusat konsentrasi nelayan dari berbagai daerah seperti Sulawesi, Jawa, Madura dan NTB. “Kami berharap pabrik es dapat mendukung cold storage sehingga jangka waktu pengawetan ikan lebih lama dan untuk memasok nelayan saat melaut,” jelas Walikota Kupang Jonas Salean.

Selain pabrik es, di Kupang juga akan dikembangkan industri garam lebih lanjut. Lahan yang tersedia seluas 1,5 hektare dan telah memproduksi garam 70 ton per hektare. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, menurut Jonas, garam juga digunakan pada pengawetan ikan tangkapan nelayan. 

Kemenperin siap memadukan produksi es balok dengan teknologi penggaraman. “Dari produksi garam, produk sampingannya dapat digunakan untuk meningkatkan titik beku es balok. Dari biasanya hanya -4 derajat celsius bisa menjadi -10 derajat,” kata Direktur IKM Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Ditjen IKM Kemenperin, Sudarto.

Kementerian Perindustrian mengintegrasikan pengawetan ikan nelayan dalam satu area, sehingga tidak hanya menggunakan es balok, pengawetan juga dilakukan menggunakan garam.”Kebutuhan nelayan untuk pengawetan itu ada dua, es balok dan garam. Es itu mengawetkan ikan ketika nelayan di laut dan ketika di darat diawetkan dengan garam,” kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto dilansir dari Antara.

Untuk itu, Kemenperin akan membuat lahan pengolahan garam yang berdampingan dengan pabrik es balok di dekat penangkapan ikan. Sudarto, pemilik paten ID P0033348 tentang pembuatan garam menggunakan media isolator menyampaikan, selain sebagai pengawet ikan, lahan garam yang dibangun juga bermanfaat untuk memperpanjang titik beku es balok. “Jadi, air bitten (untuk pencucian garam) jika dicampur pada cairan es balok, titik bekunya meningkat dari minus 4 derajat celcius menjadi minus 10 derajat celcius,” ujar Sudarto.

Sehingga, lanjutnya, es balok tersebut membeku lebih lama dari sebelumnya, yang dapat memperpanjang masa pengawetan ikan saat nelayan melaut selama tiga atau empat hari. Dengan titik beku di level ini, imbuhnya, maka es mampu digunakan lebih lama terutama saat digunakan melaut oleh nelayan. Dia memperkirakan es dapat bertahan hingga 10 hari, sedangkan es yang diproduksi secara konvesional hanya sanggup bertahan 2-3 hari sebelum mulai mencair.

Kementerian Perindustrian mengajak investor besar pengolah rumput laut di Tiongkok untuk menanamkan modalnya di Indonesia. “Kami sudah bicara dengan mereka di Tiongkok, meskipun keputusan ada ditangan mereka,” kata Panggah.

Menurut Panggah, terdapat tiga perusahaan besar yang mengolah rumput laut menjadi berbagai macam makanan di Tiongkok. Ketiga perusahaan tersebut, menurut Panggah, memiliki bidang penelitian dan pengembangan dibidang rumput laut yang sangat maju, sehingga jika berinvestasi di Indonesia, bisa sangat bermanfaat untuk industri dalam negeri. “Buat mereka, setiap produk makanan yang diolah itu komposisi rumput lautnya berbeda-beda. Jadi, secara umum tidak bisa digeneralisir di produk makanan,” ucap Panggah.

Selain itu, Panggah menambahkan, investasi baru juga berpotensi mendongkrak penyerapan rumput laut yang pasokannya berlimpah di Indonesia. Menurutnya, hingga saat ini, baru 30 persen dari sekitar 120 ribu ton rumput laut yang diproduksi di Indonesia menjadi makanan, kosmetik atau produk yang memiliki nilai tambah lainnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…