Obat Pereda Nyeri Tidak Tepat Untuk Atasi Sakit Lutut

Obat pereda nyeri sering dipilih untuk meredakan rasa sakit pada lutut. Efeknya cepat. Sekali konsumsi, nyeri pun hilang.Namun ternyata, penggunaan obat pereda nyeri bukan cara tepat untuk mengatasi rasa sakit pada lutut. Sebab, obat itu tidak menyembuhkan. Pereda nyeri bahkan bisa membuat sakit lutut makin parah karena terus dibiarkan.

Selain itu, ahli bedah ortopedik dan CEO Centre for Orthopaedic Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura Jeffrey Chew mengatakan, obat anti-sakit juga akan memberikan efek samping yang negatif ketika digunakan dalam jangka panjang. "Anti-sakit ini akan memengaruhi ginjal dan lambung. Tidak bisa dikonsumsi selama enam minggu berturut-turut," kata Jeffrey dalam acara konferensi pers yang diadakan oleh Parkway Hospital Singapore di Jakarta.

Apalagi jika obat pereda nyeri itu mengandung steroid. Jeffrey menjelaskan, steroid memiliki efek samping membuat rambut rontok dan kulit menipis. Wajah jadi terlihat lebam dan mengganggu tulang.

Tidak hanya pada obat, kandungan steroid pada jamu juga menimbulkan efek yang sama. Karena itu Jeffrey menganjurkan, obat dan jamu yang dikonsumsi penderita nyeri lutut sebaiknya dipilih lebih cermat.

Di samping steroid, penggunaan obat anti-sakit yang mengandung glukosamin juga dikatakan memiliki efek samping yang tidak baik. Terlebih untuk para penderita diabetes. Sebab, glukosamin dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. "Kalau setelah enam bulan tidak mengalami perubahan lebih baik disetop saja, khususnya untuk penderita diabetes," ujar Jeffrey.

Alih-alih percaya langsung pada obat, Jeffrey menganjurkan nyeri lutut yang datang tiba-tiba atau nyeri kronik, segera diperiksakan ke dokter. Penanganan yang tepat lebih membantu penyembuhan nyeri.

Ketika berhadapan dengan dokter, pasien akan diminta menceritakan derajat nyeri lutut, fleksibilitas lutut, fungsi dan mobilitas umum. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik dan X-ray. Itu untuk mendiagnosis ada atau tidaknya masalah pada lutut ketika terjadi nyeri.

Ketika ditemukan masalah seperti kerusakan tulang rawan, pasien akan diberikan rekomendasi obat. Jika belum bisa disembuhkan, pengobatan dengan menggunakan suntikan steroid, suntikan gel, atau suntikan plasma akan direkomendasikan.

Berbeda dengan obat atau jamu steroid, kata Jeffrey, suntikan steroid lebih aman. Tapi tetap saja, tidak bisa dipakai berulang kali. Biasanya itu hanya boleh dilakukan tiga kali seumur hidup.

Sementara suntikan synvics atau gel bisa digunakan terus menerus. Fungsinya seperti oli pada lutut dan bisa bertahan bertahun-tahun. Meski dinilai paling bagus, suntikan gel tersebut berbahan dasar dari jengger ayam. Sehingga orang yang alergi terhadap ayam tidak bisa menggunakannya.

Sedangkan untuk suntikan plasma, Jeffrey mengatakan, hanya pasien tertentu yang bisa melakukannya. Sebab teknik itu membutuhkan sel dari dalam tubuh si pasien sendiri.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…