Perlu Terobosan Genjot Serapan Anggaran

NERACA

Jakarta---Penyerapan anggaran pada Kementerian dan Lembaga (K/L) dinilai masih mengecewakan. Sehingga membuat kinerja K/L tak terlihat pada kuartal III 2011. Karena itu kementerian dan lembaga tak usah mengumbar berbagai macam alasan rendahnya penyerapan anggaran. ”Dengan segala macam alasan, ini (penyerapan rendah) tidak boleh terjadi,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa kepada wartawan di Jakarta,18/10

 

Hatta malah prihatin realisasi penyerapan anggaran hingga kuartal III 2011 jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2010.  Mestinya penyerapan anggaran ini harus lebih digenjot. Sehingga harus ada solusi agar penyerapan tersebut meningkat. Alasannya, rendahnya tingkat penyerapan anggaran membuat daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi akan berkurang. “Pejabat di lingkungan kementerian/lembaga harus berani mencari cara lain untuk lebih meningkatkan kinerja penyerapan anggaran di masing-masing institusi,” terangnya

 

Lebih jauh kata Ketua umum PAN, Presiden SBY sudah menginstruksikan dibentuk satu desk khusus untuk melaporkan hambatan-hambatan yang selama ini menjadi penyebab rendahnya kinerja penyerapan anggaran pemerintah pusat. Karena itu harus dicari cara lain guna mengoptimalkan kinerja penyerapan agar lebih baik di tahun depan. ”Belanja modal kecil, keseluruhan diluar perkiraan. Jangan sampai terulang. Kalau ada yang menghambat, diperbaiki” tegas dia.

 

Seperti diketahui, hingga mendekati akhir tahun anggaran, realisasi penyerapan belanja modal masih sangat rendah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, penyerapan anggaran belanja modal baru Rp43,4 triliun atau 31% dari total pagu Rp140,9 triliun di APBNP.  “Realisasi belanja modal per 30 September masih memble (rendah), sebesar Rp43,4 triliun atau 31% dari pagu Rp140,9 triliun,” ungkap Direktur Jenderal Perbendaharaan  Agus Suprijanto beberapa waktu lalu.

 

Dilihat dari sisi komponen belanjanya, realisasi belanja modal tanah baru sebesar 22,1%  belanja modal gedung atau bangunan 24,9% dan belanja modal peralatan dan mesin 30,3%. Lalu untuk belanja modal jalan dan jembatan sebesar 44% dan belanja modal irigasi 48,5%.

 

Sedangkan untuk belanja subsidi, besaran anggaran yang telah dikucurkan pemerintah hingga 30 September mencapai Rp140,4 triliun atau sekitar 59,2% dari pagu Rp187,62 triliun. Agus menjelaskan, realisasi subsidi energi sebesar Rp124,5 triliun atau 63,8% dan subsidi non energi Rp15,9 triliun atau sebesar 38%.

 

Rendahnya penyerapan belanja modal, mendorong realisasi surplus anggaran yang masih cukup besar atau mencapai Rp46,7 triliun. Data terakhir hingga 30 September, pemerintah pusat telah membelanjakan anggaran sebesar Rp482,9 triliun atau 53,2% dari total pagu.

 

Sementara, realisasi penerimaan perpajakan per 30 September 2011 sebesar Rp611,2 triliun atau 69,6%. Penerimaan bukan pajak sebesar Rp207,4 triliun atau 72,4%. Realisasi ini diklaim masih sesuai jalur. **cahyo

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…