Echo Laundry Services - Membangun Brand Image dan Tampil Beda

Kiprah Eko Prianto lewat kibaran bendera Echo Laundry Services di bisnis laundry memang masih terbilang baru, sejak Agustus 2015. “Sebetulnya saya sudah melirik bisnis ini sejak tahun 2005, ketika itu bisnis laundry kiloan baru marak, khususnya di daerah-daerah yang dekat dekat kampus”, kenang Sajana Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta (2000-2005) itu.

Eko bercerita, dirinya mulai belajar serius mengenai bisnis laundry ini sejak tahun 2014. Dimana mulai mengikuti kursus-kursus dan pelatihan tentang teknik pencucian, dan juga mulai bergabung dengan asosiasi/perkumpulan pengusaha laundry untuk menimba ilmu. “Setelah saya rasa cukup, baru pada Agustus 2015, saya mulai membuka Echo Laundry Services”, aku dia.

Meski sebagai pemain baru di bisnis laundry, namun strategi bisnisnya patut diacungi jempol. Simak saja strategi marketingnya dalam membangun brand image. “Coba kita kita lihat laundry-laundry, khususnya laundry kiloan di sekitar kita. Biasanya laundry kiloan, desain tempatnya ya begitu-begitu saja. Cuma ‘sekotak’, mesin-mesin, pakaian kotor dan bersih terlihat berserakan, bagian penerimaan (front office) menjadi satu dengan bagian produksi. Melihat kondisi seperti itulah, saya ingin Echo Laundry Services beda dengan laundry kiloan kebanyakan. Makanya, saya cukup menghabiskan banyak biaya untuk sewa dan renovasi tempat”, ungkap Eko.

Pria kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1981 itu menambahkan, strategi itu dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan calon konsumen, khususnya konsumen premium (cuci satuan) untuk bisa mencuci di Echo Laundry Services. “Dan Alhamdulillah, terbukti sampai dengan saat ini, perbandingan antara cuci kiloan dan satuan (premium) di Echo Laundry 40:60, 40% kiloan dan 60% satuan”, tukas Eko dengan bangga.

Bahkan, kata Eko, untuk menjaga konsumen yang telah ada, Echo Laundry Services yang berlokasi di bilangan Caringin, Bekasi itu, membuat program member, atau keanggotaan. Keuntungan yang ditawarkan dari keanggotaan ini bagi konsumen adalah pemberian diskon untuk jasa Echo Laundry. “Ada tiga jenis member yang saya tawarkan, yaitu Silver, Gold, dan Platinum. Yang membedakan adalah jumlah depositnya. Semakin besar deposit, maka semakin besar diskon yang didapat oleh member”, jelas Eko.

Bicara tentang hitung-hitungan modal, bagi Eko, tentunya kembali lagi pada masing-masing orang, mau seperti apa laundrynya nanti? Khusus untuk Echo Laundry Services, modal awal yang dikeluarkan kurang lebih sekitar Rp.230jt. Dari Jumlah tersebut, komposisi alokasi dana terbesar terdapat pada sewa dan renovasi tempat usaha, sekitar 70%. Sisanya, untuk pembelian mesin dan peralatan serta perlengkapan pendukung sebesar 30%. “Perlengkapan antara lain mesin cuci, mesin pengering, boiller setrika uap, meja setrika, komputer, printer, dan lain sebagainya”, kata Eko.

Menurut Eko, dengan jumlah karyawan dua orang, dan melihat hasil dari omset yang diraih selama lima bulan terakhir ini, estimasi waktu yang diperlukan untuk BEP kurang lebih 24 bulan (2 tahun). “Kami membidik pasar menengah ke atas, utamanya di kelas menengah sebetulnya. Karena saya rasa segmen inilah yang masih belum terjamah optimal. Bagi konsumen kelas atas, tentunya mereka akan mempercayakan pencucian pakaiannya di laundry-laundry premium. Bagi masyarakat kelas bawah, tentunya akan banyak memanfaatkan laundry kiloan”, papar Eko yang juga merupakan salah satu pengurus di Himpunan Pengusaha Laundry Indonesia (HIPLI).

Nah, Echo Laundry ambil yang di tengah. Artinya, konsumen yang baru mapan, yang merasa terlalu mahal untuk laundry premium, dan merasa sayang apabila pakaiannya masuk laundry kiloan. “Pemilihan lokasi sebetulnya sangat terkait erat dengan pangsa pasar yang dituju. Jadi ya, memang lokasi menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam bisnis Laundry. Itulah sebabnya, mengapa alokasi dana awal saya sangat dominan di sewa dan renovasi tempat”, tandas Eko lagi.

Setelah bisnis laundrynya berjalan mulus, naluri bisnis Eko pun terus terasah. “Saya melihat peluang di bisnis laundry ini sangat bagus. Setelah saya terjun langsung, ternyata peluang usahanya bukan hanya pada jasa laundrynya. Tapi, bisa meluas kepada jasa penyediaan bahan perlengkapan laundry, dan juga pelatihan-pelatihan tentang laundry, baik dari sisi manajemen maupun teknis pencuciannya”, tukas Eko dengan pasti.

Lantas, bagaimana peran asosiasi bagi para pengusaha laundry? “Saya rasa sangat penting. Diharapkan dengan adanya asosiasi atau perhimpunan pengusaha laundry, dapat tercipta suatu regulasi atau keseragaman, minimal dari sisi harga jual. Pada prinsipnya seluruh asosiasi pengusaha laundry yang ada saat ini, saya lihat tujuannya baik. Saya pribadi masuk di beberapa asosiasi pengusaha laundry. Makin banyak banyak organisasi yang saya masuki, makin banyak teman dan pengalaman yang bisa saya dapatkan”, papar Eko.

Eko yang juga merupakan salah satu pengurus di Himpunan Pengusaha Laundry Indonesia (HIPLI) itu mengaku bahwa dibanding asosiasi lainnya, HIPLI lebih fleksibel dalam hal perekrutan anggota. “Program kerja lebih realistis dan praktis, bermanfaat bagi para anggotanya para pengusaha laundry”, pungkas dia.

 

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…