Jangan Mudah Terlena!

 

Oleh: Ambara Purusottama

Pengajar di Prasetiya Mulya Business School and Economics

 

Tidak sedikit yang memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan terbesar ekonomi dunia di masa yang akan datang. Prediksi ini bahkan tidak hanya datang dari domestik saja namun juga internasional. Prediksi ini memang memiliki dasar yang cukup kuat karena Indonesia memiliki berbagai potensi untuk menjadi negara ‘besar’. Jumlah penduduk, kondisi demografi, geografis dan ketersediaan sumber daya alam merupakan beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja berbagai prediksi yang muncul cenderung membuat kita terlena bukan malah sebaliknya dan membentuk pola pikir yang kurang baik. Akibatnya, selalu menganggap diri kita lebih ‘menarik’ dibandingkan dengan yang lain. Pola pikir seperti ini yang menyebabkan kita akan terus tertinggal.

Prediksi yang dilakukan cenderung melihat dari sisi permintaannya saja. Hingga saat ini kondisi tersebut masih belum banyak disadari oleh masyarakat kita. Jika hanya melihat dari sisi permintaan Indonesia memang merupakan salah satu yang terbesar. Tengok saja jumlah penduduk kita yang merupakan terbesar keempat setelah China, India dan AS. Belum lagi jumlah angkatan kerja yang sedang menuju bonus demografi. Dengan kata lain, jumlah usia kerja produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tua dimana kondisi ini akan semakin mendorong perekonomian. Peningkatan jumlah angkatan kerja dapat mendorong peningkatan output perekonomian. Dengan segala kelebihan yang dimiliki seharusnya kita mampu mencapai lebih dari yang ada saat ini.

Beberapa indikator perekonomian Indonesia dapat dijadikan acuan bahwa pengelolaan negara ini masih belum maksimal. Fakta menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong rendah dengan potensi yang dimiliki. Pertumbuhan ekonomi saat ini lebih ditopang oleh sektor konsumsi atau pengeluaran rumah tangga dengan proporsi dominan dengan lebih dari 50% dari total PDB. Ketergantungan terhadap konsumsi bukanlah sesuatu hal yang baik dalam jangka panjang. Disisi lain, sektor Investasi dan pengeluaran pemerintah memiliki proporsi lebih kecil dan cenderung mengalami perlambatan. Keadaan ini diperparah dengan neraca perdagangan Indonesia justru terus mengalami defisit. Perbaikan pada sektor investasi dan neraca perdangan harus menjadi fokus utama perbaikan di masa yang akan datang.

Menyikapi hal ini, pemerintah harus bertindak cepat dalam penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan potensi yang dimiliki. Titik berat reformasi yang dapat dilakukan pada sektor investasi adalah perbaikan iklim usaha. Perbaikan tersebut dapat dilakukan melalui kepastian hukum dan pemotongan jalur birokrasi. Program ini tentunya bertujuan untuk memberikan kepastian bagi investor dalam berinvestasi di Indonesia. Selanjutnya, strategi jitu pemerintah dalam memperbaiki neraca perdagangan dengan tidak lagi menitikberatkan pada barang komoditas melainkan produk yang memiliki daya saing dan berorientasi ekspor juga harus dikedepankan. Hal ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi.

Melihat persoalan yang terjadi hendaknya Pemerintah Indonesia dapat meniru peran pemerintah dibeberapa negara yang mampu memaksimalkan potensi meskipun memiliki banyak keterbatasan. Pertama, Korea Selatan yang merupakan satu-satunya negara dalam beberapa dekade terakhir yang mampu melepaskan diri dari jebakan kelas menengah. Teknologi berperan penting untuk melepaskan diri dari jebakan yang ada. Kedua, Singapura dengan luas wilayah yang bahkan tidak lebih besar dari Jakarta akan tetapi mampu menjelma menjadi salah satu raksasa ekonomi di Asia melalui kepastian hukum dan kemampuan manajerialnya. Peran vital pemerintah negara tersebut mampu dimaksimalkan demi kemajuan negaranya.

 

BERITA TERKAIT

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

BERITA LAINNYA DI

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…