Menristek Dikti - Alokasi Dana Riset Hanya 0,09 Persen dari PDB

Menristek Dikti

Alokasi Dana Riset Hanya 0,09 Persen dari PDB

NERACA
Surabaya --Menristek Dikti Mohamad Nasir mengatakan hanya 0,09 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang dialokasikan untuk biaya penelitian (riset).

"Jumlah dana riset di Indonesia hanya 0,09 persen dari PDB. Jika dibandingkan dengan Thailand, selisihnya 0,6%, sedangkan dengan Malaysia selisihnya 0,91 persen," kata dia.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir mengatakan hal tersebut pada seminar "Memperkuat Sinergi dan Integritasi Pencapaian Excelent University Untuk Keunggulan Bangsa," di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Sabtu (28/11).

Sebelumnya, Menristek Dikti menghadiri Sarasehan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa)."Lulusan perguruan tinggi di Indonesia harus kompeten agar dapat bersaing dengan lulusan dari negara lain, menyusul diterapkannya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEA) tahun depan," kata Nasir.

Kompetensi tersebut, menurut dia, harus dilakukan untuk lulusan yang bersifat profesi seperti akuntan, dokter, dokter gigi, insinyur dan masih banyak lainnya.

Disumbangkan APBN

Nasir menjelaskan 84 persen dari angka 0,09 persen itu disumbangkan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Padahal,  di negara maju riset selalu didukung oleh dunia industri.

"Peneliti Indonesia yang terdata sekitar 250 orang dari 1 juta penduduk. Ini berarti, jumlah peneliti tersebut tentu saja terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mendekati 240 juta jiwa," ujar dia.

Jumlah peneliti Indonesia yang terdaftar di LIPI, menurut dia, ada 8.000 orang dan 16.000 peneliti bekerja di perguruan tinggi, sementara peneliti di bawah naungan institusi swasta belum dipastikan jumlahnya.

"Harus ada komitmen antara peneliti dan perguruan tinggi supaya riset yang dihasilkan bisa mempunyai makna, dengan cara hilirisasi kepada industrialisasi, atau lebih bagus lagi bekerja sama dengan pemerintah setempat," ungkap dia.

Nasir mencontohkan Unair memiliki Fakultas Farmasi, di mana 92 persen obat-obatan dibeli dari luar negeri. Jika hal itu memicu dosen atau mahasiswa membuat riset, maka harga obat-obatan di Indonesia bisa ditekan.

"Jika kemudian dosen atau mahasiswa bisa memanfaatkan hasil bumi untuk menjadi bahan baku obat, maka hasilnya akan sangat bermanfaat dan bisa menekan harga obat-obatan yang dinilai sangat mahal," ujar dia.

Pada bidang pangan, lanjut dia, permasalahan Indonesia yang masih impor daging harus diubah dengan memanfaatkan para peneliti."Misalnya, dengan riset rekayasa genetika hewan untuk membudidayakan hewan-hewan," kata Nasir.

Menanggapi harapan Menristek Dikti, Rektor Universitas Airlangga Moh. Nasih menyatakan kampusnya siap menghasilkan riset yang bermanfaat bagi masyarakat."Kami juga siap menjadi pusat penelitian di Indonesia timur," tandas Rektor Unair. Mohar

 

BERITA TERKAIT

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

BERITA LAINNYA DI

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…