Dampak Besar Bisnis Go-Jek - Jadi Katup Penyelamat Himpitan Ekonomi

NERACA

Jakarta – Tahun 2015 menjadi tahun terberat bagi pelaku industri seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Alhasil dampak dari perlambatan ekonomi tersebut, memaksa para pelaku usaha harus putar otak agar tetap survive dan bila tidak harus gulung tikar. Saat ini, suka tidak suka sudah banyak pelaku usaha yang harus merumahkan sebagi pekerjanya lantaran kondisi ekonomi yang tidak bersahabat. Kini dampak itu semua, angka pengangguran di Indonesia ikut membengkak. Namun membengkaknya jumlah penggangguran berhasil diredam seiring tren bisins layanan transportrasi ojek berbagasi teknologi. Meskipun saat ini, tren tersebut mulai dirasakan berat seiring persaingat ketat antar pengemudi ojek hingga transportasi lainnya.

Yang pasti, kata Sasmito Hadi Wiboro Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), kehadiran bisnis ojek, seperti Go-Jek sanggup menekan angka pengangguran di saat krisis seperti sekarang. Para pekerja yang awalnya di sektor formal bergeser ke sektor informal dengan menjadi pengendara Go-Jek. Hal ini dirasakan besar menfaatkan bagi pekerja di sektor formal mengambil pekerjaan paruh waktu yang bisa menghasilkan pemasukan tambahan disaat himpitan ekonomi melanda.

Menurutnya, kehadiran PT Go-Jek Indonesia, sebuah perusahaan berbasis aplikasi untuk ojek, menjadi solusi orang-orang yang tidak bekerja atau yang mengalami nasib PHK. "Para korban PHK umumnya terjadi di sektor formal. Dan mereka lari ke sektor informal, seperti Go-Jek. Secara tidak langsung menyerap tenaga PHK untuk bekerja di sana,"ungkapnya.

BPS menyebut Go-Jek merupakan sektor informal kreatif. Usaha ini patut didukung karena dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Kesuksesan bisnis ojek online, seperti PT Go-Jek Indonesia yang kemudian di ikuti bisnis yang sama seperti Grabbike, LadyJek ataupun BlueJek tidak bisa lepas dari sentuhan tangan dingin Nadiem Makarim sebagai pendiri dan juga CEO Go-Jek. Bahkan saat ini, profesi ojek sudah tidak lagi dipandang sebelah mata.

Pria lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School ini mengungkapkan, bisnis transfortasi online bukanlah barang baru di Indonesia dan mungkin di Asia. Hanya saja, kala itu pemanfaatannya belum dilakukan optimal di Indonesia sehingga tidak terasa perubahannya.“Sebenarnya sudah banyak ide seperti Go-Jek, cuma kami kuatnya di eksekusi yang agresif,"ungkap Nadiem.

Permulaan Nadiem mendirikan Go-Jek karena saat itu dirinya suka nongkrong dengan Sopir ojek. Dari hasil suka nongkrong, dia mengetahui bahwa dari seharian, mayoritas waktu Sopir ojek dihabiskan untuk menunggu penumpang sehingga tidak produktif. Maka pada tahun 2010, dia menciptakan aplikasi mobile, yang bertujuan membantu Sopir ojek itu. Sopir ojek dibantu mendapatkan penumpang, warga yang membutuhkan Sopir ojek pun bisa mendapatkan kebutuhannya.

Go-Jek kini berkembang pesat setelah meluncurkan aplikasi di ponsel pada awal 2015. Setelah aplikasi tersebut meluncur, layanan Go-Jek berkembang pesat dari 1000 sopir ojeknya hingga mencapai 10 ribu dan aplikasi mobile Go-Jek juga sudah diunduh sebanyak 650.000 orang. Tidak hanya wilayah Jabodetabek, Go-Jek sudah melebarkan sayapnya hingga ke Bali, Bandung, dan Surabaya. Go-Jek kini bekerja sama dengan hampir 100 perusahaan yang menjadi pelanggan korporat.

Turun Langsung

Nadiem lebih suka menyebut PT Go-Jek Indonesia adalah perusahaan teknologi dan bukan perusahaan penyedia jasa ojek. Padahal, Go-Jek menawarkan jasa transportasi ojek yang cepat dan praktis. Dari aplikasi Go-Jek, user bisa langsung memesan ojek hanya dengan beberapa langkah mudah. Setelah itu, ojek akan datang menjemput ke tempat konsumen dan mengantarkan ke tempat yang dituju. Selain itu, Go-Jek juga melayani jasa antar barang dan atau kurir, jasa antar pesan makanan, hingga jasa shopping. Menurutnya, keberhasilan bisnis Go-Jek saat ini tidak lepas dari kegigihanya untuk membangun usaha dan proses panjang. Dirinya menuturkan, harus turun langsung ke jalanan Ibu Kota dan merayu langsung tukang ojek agar mau jadi mitra bisnisnya.”Awal untuk merekrutnya, kita langsung turun ke jalan. Jika ada supir ojek yang bersedia jadi driver Go-Jek, baru akan menjalani proses seleksi," kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, semua tukang ojek yang jadi mitra Go-Jek telah melalui serangkaian tes ketat. Bahkan, latar belakang tukang ojek pun jelas. Seleksi itu bertujuan, agar para supir ojek bisa bekerja dengan profesional. Menurut Nadiem, Go-Jek memang mengandalkan sistem keefisianan waktu. Namun, perusahaannya lebih menekankan nilai speed, innovation, dan social impact. Merayu tukang ojek untuk jadi mitra bisnis, boleh dibilang gampang-gampang susah. Sebab, para tukang ojek yang terkenal "independen" itu nantinya harus beroperasi sesuai standar perusahaan.

Berkah kegigihannya memulai usaha itu dan dampak ekonominya kepada orang lain, menjadikan Nadiem Makarim sebagai salah satu duta Mutiara Bangsa Berhasanah (MBB) milik BNI Syariah. Duta Mutiara Bangsa Berhasanah Sendiri merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan yang bagian dari program Hasanah Empowerment yang diharapkan dapat menciptakan 650 entrepreneur baru dari 14 duta MBB dengan penyaluran dana sebesar Rp 1 miliar. Dana itu bersumber dari zakat perusahaan BNI Syariah yang disalurkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (35%) dan modal kerja sebesar 65%.

Endang Rosawati, Head Corporate Secretary & Communication Division BNI Syariah mengatakan, mereka adalah sosok orang biasa yang berbuat luar biasa bagi kesejahteraan masyarakat di lingkungan masing-masing dan di pandang layak menjadi duta MBB untuk menebarkan virus kebaikan kepada orang lain.“BNI Syariah sebagai perusahaan perbankan syariah yang berhaluan bisnis, tidak hanya berkomitmen meningkatkan keuntungan perusahaan secara financial, namun juga mempunyai concern yang kuat untuk membantu kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan,”ungkapnya.

Karena itu, berbagai kegiatan CSR dilakukan BNI Syariah, diantaranya, memberi penghargaan kepada seseorang yang dianggap bermanfaat bagi lingkungannya melalui program Mutiara Bangsa Berhasanah. (bani)

 

BERITA TERKAIT

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…