Tingkatkan Otomatisai Mesin - Astra Otopart Investasikan Dana Rp 1 Triliun

NERACA

Bogor – Tahun depan, produsen suku cadang otomotif PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) akan lebih banyak menginvestasikan belanja modal untuk otomatisasi mesin produksi ketimbang untuk peningkatan kapasitas produksi. Hal ini dilakukan karena tahun depan pasar otomotif di prediksi masih lesu.

Direktur Keuangan Astra Otopart, Hugeng Gozali mengatakan, belanja modal tahun depan akan lebih di fokuskan pada kapabilitas untuk otomotisasi mesin.”Melalui otomatisasi mesin diharapkan ada peningkatan efisiensi proses produksi agar lebih cepat dan kualitas bagus,”ujarnya di Sentul Bogor, kemarin.

Disebutkan, dengan otomotisasi mesin tersebut akan terjadi efisiensi produksi 5%-10%. Kemudian belanja modal untuk otomisasi mesin ditaksir sebesar Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun. Dimana belanja modal tersebut merupakan bagian dari total belanja modal perseroan tahun depan yang dianggarkan sebesar Rp 2 triliun. Angka ini turun dari belanja modal tahun 2015 sebesar Rp 3 triliun.

Selain itu, kata Hugeng Gozali, kenaikan upah buruh di tahun depan diprediksi akan menekan laba perseroan hingga puluhan miliar. Pasalnya, pelemahan daya beli membuat anak usaha PT Astra International Tbk itu tak bisa menaikkan harga jual.“Kalau terjadi peningkatan upah buruh 17% seperti yang dialami di tahun 2015 dibanding 2014, maka komposisi upah buruh ke penjualan naik 1,5% dan ini akan menekan laba puluhan miliar. Di sisi lain, harga jual tidak bisa dinaikkan karena orang banyak yang menahan penggantian suku cadang," katanya.

Disebutkan, upah buruh mengambil porsi 10% dari nilai penjualan. Saat ini tercatat AUTO memiliki pegawai sebanyak 33.000 orang. Menyadari kenaikan upah buruh bakal menggerus margin, namun perseroan memastikan tidak akan menaikkan harga jual. Hingga kuartal III 2015, laba AUTO tercatat turun hingga 72% menjadi Rp 641 miliar dari periode yang sama sebelumnya Rp 179 miliar. Faktor penurunan salah satunya terjadi karena besarnya beban operasional. "Dalam empat tahun terakhir, beban operasional naik tajam. Kenaikan upah minimum di level produksi yakni 17% di tahun lalu, tahun depan 11,5%-15%. Kalau naik sangat tinggi diatas pertumbuhan ekonomi dan inflasi maka akan turunkan margin di sektor industri," paparnya.

Untuk itu, sebagai strategi menyikapinya, perseroan akan melakukan otomatisasi dan mengontrol biaya operasional. "Pengurangan jumlah buruh adalah langkah terakhir. Kita utamakan penghematan penggunaan material dan pengurangan jam produksi," ucap dia. (bani)

 



BERITA TERKAIT

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…