Investasi - Amerika Usul 11 Sektor Usaha Terbuka Bagi Asing

NERACA

Jakarta-Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake mengusulkan agar 11 sektor usaha yang diminati investor negeri Paman Sam bisa lebih terbuka bagi asing. Usulan tersebut disampaikan Dubes Blake kepada Kepala Badan Koordinasi Penananaman Modal (BKPM) Franky Sibarani saat mengunjungi Kantor BKPM di Jakarta, Selasa kemarin.

Sektor-sektor yang diusulkan untuk lebih terbuka di antaranya sector “e-commerce”, asuransi, energi, energi terbarukan, pembuatan film dan bioskop, telekomunikasi, manufaktur, farmasi, “distributorship”, penyimpanan dingin (cold storage) serta ritel elektronik dan alas kaki.

“Masukan yang disampaikan dilakukan berdasarkan beberapa landasan argumentasi baik potensi masing-masing sektor tersebut, maupun minat beberapa perusahaan AS terhadap sektor tersebut namun terhenti akibat peraturan regulasi saat ini,” tutur Franky sebagaimana dilansir Antara.

Dalam Perpres Nomor 39 Tahun 2014 mengenai panduan investasi, sektor-sektor yang diusulkan terbuka oleh AS tersebut sebagian besar memang tertutup untuk asing seperti “e-commerce”, pembuatan film dan bioskop serta ritel untuk elektronik dan alas kaki.

Sedangkan sektor lainnya seperti “distributorship” dan penyimpanan dingin dibatasi kepemilikan asingnya maksimal 33 persen. Franky mengatakan pihaknya akan membahas seluruh usulan terkait dengan Panduan Investasi dengan kementerian teknis terkait.

Ada pun pertemuan dengan Dubes Blake membahas beberapa usulan yang secara resmi disampaikan secara tertulis pada 30 Oktober 2015 oleh Kedubes AS. “Ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan 'focus group discussion' di BKPM pada 16 Oktober 2015,” ujarnya.

Lebih lanjut, Franky mengatakan pembahasan usulan revisi Daftar Investasi Negatif (DNI) itu akan dibagi menjadi tiga kelompok kementerian yang akan dilakukan 24 November 2015, 1 Desember 2015, dan 3 Desember 2015.

Selain persoalan Panduan Investasi, keduanya juga membicarakan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerja sama investasi Indonesia dan Amerika Serikat. Salah satu hal yang akan ditindaklanjuti oleh BKPM adalah kemungkinan pembukaan Desk Amerika Serikat di BKPM guna memfasilitasi minat-minat investor Amerika ke Indonesia.

Selain minat investasi dari Amerika, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi investasi Badan Usaha Milik Negara maupun swasta nasional di negara-negara ASEAN, termasuk Vietnam. Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan saat pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung di sela-sela mengikuti KTT ASEAN, Presiden Jokowi menyampaikan harapannya agar investasi pengusaha Indonesia ke negara tersebut meningkat dan mendapat dukungan dari pemerintah Vietnam.

“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memanfaatkan peluang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), mendorong perusahaan Indonesia, baik swasta dan BUMN untuk berkiprah di tingkat regional maupun global. Selain tetap menarik 'inward investment' (investasi ke dalam negeri) dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi,” katanya dikutip dari Antara.

BKPM memperkirakan nilai investasi Indonesia ke Vietnam mencapai sekitar 500 juta dolar AS dan secara akumulasi termasuk periode sebelum lima tahun terakhir, diperkirakan mencapai 2 miliar dolar AS. Franky menambahkan, pihaknya akan memanfaatkan kantor perwakilan di luar negeri yang dapat membantu mempertemukan perusahaan Indonesia dengan mitranya di luar negeri.

Contohnya, Kantor Perwakilan BKPM di Sydney yang membantu memfasilitasi investasi Japfa Comfeed (Santori) untuk membeli peternakan sapi di Australia sebesar 35 juta dolar AS. Lembaga itu, pada pekan lalu juga memfasilitasi penandatanganan nota kesepahaman antara Blackmores dan PT Kalbe Farma Tbk di sela-sela kunjungan Menteri Perdagangan dan Investasi Australia Andrew Robb di Indonesia.

“Fasilitasi juga dilakukan oleh kantor perwakilan BKPM lainnya, baik dari Singapura yang melingkupi ASEAN termasuk investasi yang dilakukan perusahaan Indonesia di Vietnam, Sydney, Jepang, Seoul, New York, London, Taipei, dan Abu Dhabi,” paparnya.

Berdasarkan data BKPM, terdapat 31 perusahaan Indonesia yang telah menanamkan modalnya di Vietnam, di berbagai sektor mulai dari semen, obat-obatan, properti, pengemasan, cat, makanan, industri kimia,”freight forwarding” (layanan jasa pengurusan transportasi untuk ekspor-impor) dan sektor lainnya.

“Dari 31 perusahaan tersebut, mayoritas swastas nasional yang sudah dikenal oleh masyarakat, demikian halnya dengan PT Semen Indonesia Tbk, salah satu produsen terbesar di ASEAN,” tambahnya.

Franky menuturkan, Indonesia sebagai negara dengan pendapatan per kapita di atas 3.500 dolar AS, bahkan mencapai hingga 9.000 dolar AS di Jakarta dan Surabaya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…