Pasar Obligasi Tidak Terancam Isu The Fed

NERACA

Jakarta- Rencana kenaikan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini tinggal menunggu waktu. Terkait kenaikan tersebut, diakui para pelaku pasar modal akan memberikan sentiment terhadap laju indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, namun tidak demikian terhadap pasar obligasi dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono, sentiment kenaikan suku bunga The Fed tidak akan membuat pasar obligasi terancam karena masih aka nada dana yang masuk dalam negeri, meskupun dampak The Fed tidak bisa ditampik sebagian dana dari pasar obligasi domestik akan kembali ke negeri asalnya, Amerika Serikat.”Pasar obligasi masih akan deras dana yang masuk ke Indonesia karena kupon obligasi dalam negeri yang masih menarik dan ekonomi Indonesia yang masih akan bergerak membaik,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Disebutkan, tren inflasi dari volatile food dan administered price pun akan membaik di 2016. Inflasi (YoY) di tahun ini akan mencapai lima persen. Jadi konstelasi pasar obligasi di tahun depan tidak akan terkena guncangan. ‎Adapun sentimen lain seperti imbas dari perlambatan ekonomi Tiongkok akan memengaruhi nilai ekspor komoditas Indonesia yang banyak dikirim ke Tiongkok.”"Pelemahan pasar pun sudah price in di transaksi yang sebelumnya," jelas Wahyu.

Tahun depan, pasar obligasi diyakini masih akan tumbuh positif atau ramai. Pasalnya, total Rp 186,99 triliun obligasi akan jatuh tempo tahun depan. Dari total tersebut, sekitar Rp 138,65 triliun merupakan obligasi pemerintah. Angka tersebut lebih besar dibandingkan obligasi pemerintah jatuh tempo pada 2017 yang sebesar Rp 77,39 triliun dan 2018 yang sebesar Rp 108,3 triliun.

Sedangkan sisanya merupakan obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun depan sebesar Rp 48,34 triliun. Nilai tersebut beda tipis dibandingkan obligasi korporasi jatuh tempo pada 2017 dan 2018 yang masing-masing sebesar Rp 58,72 triliun dan Rp 50,38 triliun.

Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus optimistis pasar obligasi tahun depan akan membaik ditopang oleh adanya kepastian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, the Fed pada Desember 2015 ini. Kebijakan tersebut diprediksi akan diikuti oleh turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate tahun depan. Namun di sisi lain, perlambatan ekonomi Tiongkok akan menjadi tantangan bagi pasar obligasi tahun depan. Kondisi tersebut berpotensi menekan penurunan ekspor Indonesia ke Tiongkok. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…