BI Perkirakan Inflasi 4,7% Akhir 2011

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kemungkinan tingkat inflasi pada akhir t2011 sekitar 4,7%-4,9%. Alasannya hasil kajian dan pengamatan BI yang menunjukkan ada trend penurunan  inflasi selama  2011. “Inflasi Oktober-November saya kira masih bisa dikelola dengan baik, paling agak naik di Desember tapi tidak akan terlalu besar. Makanya kita yakin inflasinya diperkirakan 4,9% tapi juga bisa 4,7%," kata  Direktur Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo kepada wartawan di Jakarta,16/10

 

Perry menambahkan tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 4,61% ditambah ekspektasi inflasi di Bulan Oktober dan November masih rendah, BI optimis target inflasi akhir tahun dapat mencapai target 5% plus minus 1%. “Kita optimis inflasi berasa pada kisaran yang sudah diperkirakan,”tegasnya.

 

Ditambah lagi dengan kebijakan BI menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin yang sudah memerhitungkan angka inflasi ke depan. Selain itu, kata Perry, BI juga memperkirakan angka inflasi pada 2012 hanya sebesar 4,9%. "Di 2012 nantinya berada di sekitar 4,9% sudah diperhitungkan 0,25% dari dampak inflasi dan rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)," terangnya

 

Kemungkinan tinglay inflasi di bawah 5% sebenarnya sudah dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu. Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan rendahnya tekanan inflasi pada September sebesar 0,27% makin meyakinkan jika inflasi sampai akhir tahun dapat berada di bawah 5%. Sementara inflasi tahun kalender Januari hingga September, berada pada kisaran 2,97%. "Kami semakin optimistis inflasi bisa ditekan di bawah lima persen," ujarnya

 

Seperti diketahui, tekanan inflasi, berasal dari beras sebesar 0,08%, cabai merah sebesar 0,08%. Emas, pada inflasi September 2011, hanya memberikan tekanan sebesar 0,05% dari IHK sebesar 0,27%. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,19% dari IHK sebesar 0,93%.  Sementara, sumbangan deflasi terjadi dari daging ayam sebesar 0,07%, telor ayam sebesar 0,04% dan ikan segar sebesar 0,02%.

 

Namun beberapa bulan lalu,. Menteri Keuangan Agus Martowardodjo mengatakan tidak mudah untuk menangani inflasi pada tahun 2012 dalam jangka waktu yang pendek. Pasalnya, unsur infrastruktur Indonesia juga mempersulit dalam pengendalian angka inflasi ini.

 

Bukan hanya itu, tambah Agus faktor ketidakpastian harga harga komoditi global juga merupakan masalah dalam pengendalian angka inflasi. "Jadi untuk itu kita belum bisa secara pengendalian, walaupun kita akan ada upaya maksimum dan berupaya dengan pemda dan BI untuk mengendalikan inflasi," ungkapnya

 

Lebih lanjut dia menambahkan ketidakpastian harga komiditi dunia termasuk harga minyak dunia akan menjadi fokus utama pemerintah untuk mengambil langkah antisipasi dalam pengendalian inflasi. "Kalau ada koreksi harganya menurun tentu akan bisa membuat upaya pengendalian inflasi lebih mudah di 2012," tambahnya.

 

Sementara untuk komponen inflasi, seperti administered price dan volatile foods dan juga core inflation, Agus mengharapakan agar ada ruang yang cukup untuk penyesuaian agar kenaikan salah satu komponen ini tidak mempengaruhi inflasi secara nasional.

 

"Kita mengharapkan ada ruang yang cukup sehingga tidak nanti dominasi utama hanya untuk core inflation dan sisanya untuk volatile food dan administered price. Karena kalau kita perlu ada ruang untuk penyesuaian administered price jangan sampai itu mempengaruhi inflasi kita secara nasional," pungkasnya. **cahyo

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…