Kebakaran Hutan Koreksi Ekspor Industri Pulp dan Kertas

NERACA

Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, kebakaran hutan yang terjadi akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, salah satu penyumbang devisa ekspor, industri pulp dan kertas merosot.

“Kebakaran ini berdampak pada industri pulp dan kertas. Target perekonomian saya ragu bisa 4,7 persen. Ekspornya juga bakal di bawah target,” ujarnya saat diskusi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta, kemarin. Turunnya ekspor, kata dia, diperparah dengan adanya boikot dari Singapura terhadap 12 produk kertas Indonesia. “Target ekspor kita dengan adanya kebakaran hutan akan sulit mencapai target,” tambahnya.

Dia juga menyayangkan, penyataan pemerintah yang mengatakan ada ratusan perusahaan yang menjadi tersangka. Tapi, sampai saat ini belum dibuka siapa saja pelakunya oleh pemerintah. Dengan kondisi yang tidak pasti ini, kata Faisal membuat persaingan perusahaan pulp dan kertas di lapangan saling menghancurkan dengan kampanye negatif menuding sebagai pelaku kebakaran hutan. “Ini kesempatan menghancurkan kompetitor perusahaan saingan. Orang jadi bertanya-tanya ini kena nggak ya, itu kena nggak ya,” jelasnya.

Karena itu, menurut dia, seharusnya terkait hukum jangan disebut jika belum pasti. Dia juga menyayangkan, masyarakat juga jadi tersangka kebakaran hutan. Padahal, mereka membakar hutan dibolehkan oleh undang-undang lingkungan hidup. “Ini pukul rata semua. Perusahaan yang baik kena juga. Padahal tidak bakar hutan,” lanjutnya.

Menurut Faisal, semakin besarnya kebakaran hutan karena pemerintahnya lelet memadamkannya. Pemerintah baru turun ketika sudah banyak. “Alasan mereka tunggu dari daerah tetapkan bencana. Masa kalau sudah lintas provinsi masih didiamkan. Apalagi lintas negara,” tukasnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha hutan Indonesia  Purwadi mengatakan, akibat kebakaran hutan ini pasokan kayu hutan tanaman industri (HTI) kuartal III turun 29 persen menjadi 6,56 juta meter kubik (M3) dibanding kuartal 2 9,26 juta M3. Pasokan yang berkurang berasal dari daerah bencana kebakaran hutan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Akibat terhambatnya kegiatan operasional ini, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dari jumlah 1 juta tenaga kerj langsung dan tidak langsung. Termasuk terhentinya kegiatan oleh mitra kerja HTI. “Devisa ekspor pulp dan kertas turun dari saat ini 5,6 miliar dolar AS per tahun,” jelasnya.

Kondisi ini, juga berdampak kepercayaan perbankan akibat publikasi masif yang menuding HTI sebagai pelaku pembakaran hutan. “Harusnya mafia yang ditangkap, bukan kami perusahaan yang justru dirugikan juga,” tukasnya.

Pengamat kehutanan IPB Ricky Avenzora mengatakan, kebakaran hutan ini menyebabkan persaingan bisnis yang tidak sehat. “Belum tahu pelakunya udah ada ancaman pencabutan izin. Ini persaingan bisnisnya sudah sangat keras,” jelasnya. 

Menurut dia, yang harus dilakukan saat ini adalah tidak saling menyalahkan, tetapi mencari penyebabnya. Apalagi, kebakaran hutan ini loncat-loncat dan jaraknya sampai kiloan meter. “Ini jadi pertanyaan. Kalau loncatnya masih 100 meter - 200 meter masih masuk akal,” katanya.

Menurutnya, kebakaran ini memang terjadi hampir setiap tahun. Namun, untuk tahun ini diperparah dengan siklus 15 tahunan. Pada 1997-1998 juga pernah terjadi hal yang sama. “Yang jadi pertanyaan kenapa pemerintah tidak aware soal siklus ini. Kenapa tidak ada yang teriak,” sambungnya.

Karena itu, dia berharap, pemerintah berhati-hati dalam menyelesaikan masalah kebakaran ini jangan sampai malah menghancurkan industri kertas, pulp dan sawit.

Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta Yan Partawidjaja mengatakan, penyelesaian,kebakaran hutan ini harus dilakukan lintas sektoral. Supaya bisa jalan.

Sebelumnya, Asia Pulp And Paper (APP) datangkan dua pesawat Beriev Be-200 Altair untuk melakukan pemadaman kebakaran hutan di Sumatera Selatan. APP bersinergi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mendatangkan dua unit pesawat Beriev Be-200 Altair. Pesawat Be-200 adalah pesawat amfibi multifungsi yang mampu melakukan pemadaman kebakaran dari udara. 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…