Industri Mebel dan Kerajinan Dalam Negeri Bisa Tertekan - AMKRI Tegas Menolak Wacana Ekspor Bahan Baku Rotan

NERACA

Jakarta – Sampai saat ini masih ada pihak-pihak yang menginginkan dibukanya ekspor bahan baku rotan dengan berbagai alasan, seperti rendahnya daya serap di dalam negeri. Mereka menginginkan ekspor bahan baku rotan karena menganggap lebih praktis dan menguntungkan dengan mengekspor bahan baku ketimbang ekspor barang jadi berupa mebel dan kerajinan. Mereka mendesak agar Kementerian Perdagangan merevisi Permendag No. 35 Tahun 2011 tentang ketentuan ekspor rotan.

Sekertaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia, Abdul Sobur mengatakan dengan tegas menolak adanya pembukaan kran ekspor bahan baku rotan mentah, karena bertentangan dengan program pemerintah hilirisasi dan akan menghancurkan industri mebel dan kerajinan dalam negeri.

“Industri mebel dan kerajinan rotan membutuhkan jaminan pasokan bahan baku dalam jangka panjang dan lestari. Untuk itu, AMKRI tetap mendukung diberlakukannya Permendag No, 35/M-DAG/PER/11/2011 yang diterbitkan pada bulan November 2011 tentang ketentuan ekspor rotan, dimana didalamnya mengatur adanya larangan ekspor rotan dalam bentuk rotan mentah dan rotan setengah jadi (poles, kulit dan fitrit),” kata Sobur kepada wartawan, Kamis (22/10).

Menurut Sobur mengingat industri mebel dan kerajinan rotan didalam negeri sangat membutuhkan bahan baku untuk semua jenis rotan. Disamping itu, seluruh sumber daya alam yang dimiliki harus diolah didalam negeri guna meningkatkan nilai tambah yang sebesar-besarnya.

“Kebijakan pemerintah menutup ekspor rotan dalam bentuk bahan baku dan mewajibkan untuk diolah lebih lanjut didalam negeri sesuai UU No. 3 Tahun 2014 adalah sangat tepat, mengingat Indonesia telah memiliki dan mampu mengolah jenis bahan baku tersebut demi kesejahteraan masyarakat banyak. Disamping itu, semua jenis rotan yang ada dapat dimanfaatkan oleh industri mebel dan kerajinan rotan didalam negeri menjadi produk barang jadi,” paparnya.

Lebih lanjut Sobur mengatakan dengan diterbitkannya Permendag No. 35 tahun 2011 industri mebel dan kerajinan rotan di dalam negeri mulai bergairah yang sebelumnya mengalami kelesuan, hal ini terlihat dari perkembangan ekspor produk rotan olahan yang sangat signifikan setelah diterbitkannya kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan, yaitu ekspor tahun 2011 hanya sebesar US$ 117,22 juta dan pada tahun 2014 ekspor mebel dan kerajinan rotan meningkat menjadi US$ 264, 9 juta atau naik 126 %.

“Berkenaan dengan hal tersebut, AMKRI akan selalu mengingatkan pemerintah agar kebijakan yang melarang semua ekspor dalam bentuk bahan baku termasuk rotan tetap dipertahankan, sehingga industri dalam negeri dapat berkembang dan terlindungi,” tegasnya.

Sobur mengatakan mengacu pada matrik pengembangan industri mebel dan kerajinan nasional mengenai pengamanan bahan baku sebagai jaminan penunjang utama terjadinya pertumbuhan industri, yang digagas AMKRI, maka adanya rencana membuka kembali keran ekspor bahan baku rotan harus kita cegah karena bahan baku tersebut pada akhirnya akan diekspor habis-habisan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

“Ekspor bahan baku sangat bertentangan dengan program hilirisasi yang telah dicanangkan pemerintah. Di sisi lain, saat ini indaustri mebel dan kerajinan rotan masih dalam tahap recovery. Seperti kita ketahui bersama, adanya kebijakan ekspor bahan baku rotan beberapa tahun lalu, telah membuat China dan Vietnam merebut market share Indonesia,” kata Sobur.

Menurut Sobur, kedua negara tersebut tampil menjadi kompetitor Indonesia dan telah mampu menjual produk barang jadi rotan dengan harga yang lebih murah. Potensi market China yang besarpun (sebesar pasar Amerika Serikat dan Eropa) tidak dapat dipenetrasi Indonesia karena China memasok kebutuhan dari hasil industrinya sendiri.

“Akibat keluarnya kebijakan pemerintah yang membuka ekspor bahan baku telah menghapus Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, dari peta sentra industri mebel dan kerajinan rotan nasional. Kelangkaan bahan baku ini juga telah menyebabkan para pengusaha industri rotan di Jepara, Jawa Tengah, Tengerang Banten, Lampung, Palembang, sentra-sentra industri rotan di Surabaya, dan beberapa sentra industri mebel di beberapa wilayah dalam skala kecil mengalami kesulitan memperoleh bahan baku,”kata dia.

Indonesia adalah negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia. Sekitar 85% bahan baku rotan dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh negara lain. Dengan demikian, kita memiliki domination value yang sangat luar biasa sebagai pelopor industri barang jadi rotan yang seharusnya berkembang menjadi negara penghasil produk barang jadi rotan terbesar dan terbaik di dunia.

Idealnya, para stakeholder memiliki visi yang sama dalam menangani industri padat karya ini, yaitu dengan mewujudkan industri ini tumbuh dan berkembang secara sehat dan berdaya saing kuat melalui pemenuhan bahan baku secara cukup dan berkesinambungan serta menghindari terjadinya potensi pelemahan kemampuan industri secara global.

AMKRI mendukung program Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan industri barang jadi rotan di sentra-sentra penghasil bahan baku rotan di seluruh Indonesia. Jauh lebih baik menumbuhkembangkan barang jadi rotan nasional daripada mendukung berkembangnya industri barang jadi rotan di negara pesaing Indonesia dengan mengekspor bahan baku rotan yang berakibat melemahkan industri barang jadi rotan Indonesia dimana market share rotan Indonesia direbut oleh negara kompetitor.

Perlu disadari, menurut data AMRKI, terdapat beberapa kegagalan dalam kebijakan membuka kran ekspor bahan baku rotan yang diberlakukan pada tahun 2005.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…