Pernyataan The Fed Bantu Penguatan Dolar

 

NERACA

 

Jakarta - Komentar dari wakil ketua Federal Reserve bahwa ia mengharapkan suku bunga AS naik tahun ini mendorong dolar naik terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang Asia pada Senin, setelah mengalami kerugian besar minggu lalu.

Greenback telah mengalami tekanan jual berat karena data di awal bulan menunjukkan pertumbuhan lapangan pekerjaan melambat pada September, meningkatkan kekhawatiran tentang pemulihan di ekonomi nomor satu dunia itu.

Dan, rilis risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada minggu lalu menunjukkan para anggota dewan menunda kenaikan suku bunga karena kekhawatiran tentang prospek global.

Prospek kenaikan biaya pinjaman akan ditempatkan kembali ke 2016 yang telah membantu memicu pasar global reli bulan ini, dengan mata uang negara-negara berkembang menjadi pemenang besar -- rupiah Indonesia pekan lalu melonjak sekitar delapan persen dan ringgit Malaysia melonjak hampir tujuh persen.

Namun, pada Minggu Wakil Ketua The Fed Stanley Fischer mengatakan bank sentral mengharapkan untuk tetap pada rencana mengetatkan kebijakan moneternya pada akhir tahun, meskipun ia menambahkan bahwa rencana itu merupakan "harapan, bukan komitmen".

Dia menambahkan bahwa "keduanya, waktu kenaikan tingkat suku bunga pertama dan setiap penyesuaian berikutnya terhadap target suku bunga federal fund akan sangat bergantung pada perkembangan masa depan dalam perekonomian".

Sementara komentar-komentarnya, di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional di Lima, tidak mengindikasikan The Fed akan menaikkan suku, mereka menunjukkan para pembuat kebijakan terus mempertimbangkannya.

Volatilitas ke depan Greenback naik 0,23 persen terhadap ringgit Malaysia di perdagangan sore Asia pada Senin, sementara itu naik 0,10 persen terhadap rupiah Indonesia dan 0,28 persen terhadap dolar Singapura.

Unit AS turun terhadap dolar Australia dan won Korea Selatan.

Pasar negara-negara berkembang di seluruh dunia telah terpukul tahun ini karena ekspektasi The Fed akan memperketat biaya pinjamannya, menyebabkan para investor menarik uang tunai mereka kembali ke Amerika Serikat mencari imbal hasil yang lebih tinggi dan lebih aman.

"Kelihatannya seolah-olah mereka sedang meninggalkan pilihan terbuka untuk kenaikan suku bunga tahun ini, tapi pada saat yang sama mereka tidak berkomitmen untuk keduanya," Janu Chan, ekonom senior St. George Bank di Sydney mengatakan kepada Bloomberg News.

"Apapun yang terjadi, Anda akan mendapatkan sedikit volatilitas dalam mata uang untuk beberapa bulan ke depan." Namun, terhadap mata uang utama dolar turun tipis.

Dalam perdagangan sore, euro berada di 1,1378 dolar dari 1,1359 dolar di New York pada perdagangan Jumat sore. Dolar juga turun menjadi 120,20 yen Jepang dari 120,27 yen. Euro berada di 136,75 yen terhadap 136,62 yen.

"Harapan pasar yang berlaku adalah semakin mengarah ke tidak ada kenaikan suku bunga tahun ini, meskipun pandangan The Fed bahwa peningkatan suku bunga 2015 masih bisa terjadi," Bernard Aw, penyiasat pasar di IG Markets Singapura, mengatakan kepada AFP.

Dan, Nomura Securities memperkirakan kenaikan suku bunga pada Maret dalam komentar pasarnya.Para investor mengawasi rilis data penting minggu ini dari Amerika Serikat dan Tiongkok yang akan memberikan ide lebih baik tentang keadaan ekonomi dunia dan rencana kebijakan The Fed.

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…