PHK vs Rupiah

 

Oleh: Firdaus Baderi

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

 

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang melanda dunia tak pelak menimbulkan kekhawatiran pengusaha dalam negeri. Apalagi, ekonomi Indonesia juga melambat dan rentan terkena dampak global. 

 

Menyimak berita CNN, Royal Dutch Shell melaporkan akan memangkas 6.500 orang untuk memotong biaya operasional. Perusahaan Inggris lainnya, Centrica, juga akan menempuh PHK terhadap 6.000 orang, karena perusahaan tersebut mengurangi produksi minyak dan gas.

 

Tidak hanya itu. Pengangguran di Amerika Serikat bertambah lagi setelah Citigroup mem-PHK 50.000 karyawanannya. Krisis finansial menyebabkan salah satu bank terbesar di dunia itu terus mengalami kerugian dan ini adalah kali kedua Citigroup melakukan pemutusan hubungan kerja dengan jumlah yang lebih besar.

 

Lalu, di Beijing, Lenovo berencana memutus hubungan kerja 3.200 karyawannya pada semester II-2015, menyusul anjloknya laba bersih hingga 51%. Perusahaan pembuat perangkat komputer nomor satu ini memiliki tantangan berat dalam menjual smartphone, PC, dan tablet di seluruh dunia.

 

Di Inggris, Standard Chartered akan mem-PHK sekitar 1.000 tenaga seniornya di seluruh dunia sebagai upaya mempertahankan efisiensi di tengah kelesuan ekonomi global saat ini.

 Ini menggambarkan kondisi ekonomi semakin memburuk dan mengancam menimbulkan badai PHK di berbagai negara termasuk Indonesia.

Hingga akhir September 2015 Kementerian Tenaga Kerja mencatat 42.449 orang mengalami PHK. Bahkan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mencatat 62.321 kasus serupa. BPJS Ketenagakerjaan menginformasikan telah membayar jaminan hari tua (JHT) kepada 26.000 orang akibat PHK.

Jelas, apabila tidak ada intervensi dari pemerintah untuk membantu dunia usaha yang terdampak oleh meningkatnya beban produksi, akibat depresiasi nilai tukar rupiah dan penurunan daya beli masyarakat. Indikator lainnya yang patut diwaspadai, banyak perusahaan yang sudah mengurangi jam kerja karyawan dan tidak memperpanjang kontrak outsourcing demi kepentingan efisiensi perusahaan.

Semua ini penyebabnya adalah, terpuruknya kurs  rupiah terhadap dolar AS yang makin dalam bahkan menyentuh Rp 14.000 per US$. Kondisi ini jelas membuat sejumlah perusahaan besar di daerah dan kota besar kewalahan menanggung beban cost of production yang cukup tinggi.

Bagaimana tidak kelimpungan, dari akibat kelesuan ekonomi penjualan mereka turun drastis, seiring dengan penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dollar, yang ditambah dengan kenaikan BBM, Listrik dan Gas Elpiji. Penurunan omset industri terus terjadi sejak Januari hingga kini. Bila dipukul rata,  besarnya penurunan mencapai 60%!  Nah, sebagian besar pengusaha, satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan perusahaan adalah rasionalisasi karyawan alias PHK.

Sektor industri, seperti industri tekstil, otomotif, sepatu, dan elektronik adalah industri yang paling terpukul oleh kelesuan ekonomi. Karena pertumbuhan usahanya ditentukan oleh daya beli masyarakat, disamping mereka juga tidak sanggup lagi menahan beban biaya yang begitu besar akibat kebijakan pemerintah yang belum fokus untuk mencegah badai PHK.

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…