Dampak Penurunan Harga Avtur - Harga Saham Garuda Mulai Terbang Tinggi

NERACA

Jakarta – Pro dan kontra kebijakan Presiden Joko Widodo yang bakal menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditengah anjloknya harga minyak dunia, rupanya disikapi positif bagi pelaku usaha dan termasuk perusahaan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Pasalnya, dibalik melemahnya harga minyak dunia memberikan imbas pada penurunan harga avtur dunia. Apalagi Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengumumkan, harga avtur domestik turun 15% dan harga avtur internasional turun 5,33% atau sekitar US$ 10 sen. Hal ini sangat beralasan, besarnya biaya bisnis penerbangan berasal dari avtur dan perawatan.

Dengan langkah pemerintah itu, pelaku pasar pun menyambut positif terhadap penurunan harga avtur. Hal itu berdampak terhadap kenaikan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).Berdasarkan data RTI pukul 14.17 WIB, saham PT Garuda Indonesia Tbk naik 7,62% ke level Rp 339 per saham. Saham PT Garuda Indonesia Tbk sempat sentuh level tertinggi Rp 360 dan terendah Rp 320 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 5.307 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 40,6 miliar.

Analis PT BNI Securities, Thennesia Debora mengatakan, penguatan saham PT Garuda Indonesia Tbk ditopang dari rilis paket kebijakan ekonomi jilid III. Dalam paket itu menyebutkan penurunan harga avtur sehingga direspons positif oleh pelaku pasar. Thennesia menuturkan, biaya bobot operasional PT Garuda Indonesia Tbk untuk bahan bakar mencapai 30 %-40%.”Pemerintah menurunkan harga avtur membuat sentimen positif untuk PT Garuda Indonesia Tbk. Penguatan saham PT Garuda Indonesia Tbk pada hari ini lebih kepada respons pelaku pasar," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, Thennesia mengatakan, manajemen Garuda juga berupaya untuk memperluas penerbangan ke wilayah regional seperti China dan Timur Tengah. Dengan ekspansi itu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah penumpang di tengah ekonomi Indonesia melambat. Hal senada dikatakan Analis PT MNC Securities, Sharlita Malique. Ia menilai, harga avtur dan solar turun berpengaruh kepada kenaikan harga saham PT Garuda Indonesia Tbk.

Tak hanya itu, penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadi indikator kenaikan saham Garuda. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah bergerak di kisaran 13.809 per dolar AS pada Kamis 8 Oktober 2015 dari posisi Rabu 7 Oktober 2015 di kisaran 14.065 per dolar AS. "Perseroan memiliki banyak utang dalam dolar AS cukup banyak. Rupiah menguat ini dapat mengurangi biayanya Garuda," kata Sharlita.

Dalam laporan keuangan hingga Juni 2015, perseroan mencatatkan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 1,14 miliar dari periode 31 Desember 2014 sebesar US$ 1,21 miliar. Sedangkan liabilitas jangka panjang mencapai US$ 1,17 miliar pada 30 Juni 2015. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…