PENGUATAN RUPIAH AKIBAT SENTIMEN AMERIKA SERIKAT - Cadangan Devisa Turun US$3,6M

Jakarta -Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Iman Sugema menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai level Rp11.000 per US$ adalah mimpi di siang bolong. Sementara penguatan rupiah dalam pekan ini ternyata berdampak tergerusnya cadangan devisa hingga U$3,6 miliar selama periode Agustus-September 2015.

NERACA

Pengamat ekonomi itu mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap USD hanya akan mampu dicapai dengan mengurangi defisit migas. Adapun cara mengurangi defisit migas adalah dengan cara mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) serta menggantinya ke Bahan Bakar Gas (BBG).

"Jangan berpikir ke Rp11.000 per US$ atau Rp9.000 per US$. Jangan mimpi. Kecuali ada konversi baru bisa. Rp11.000 per US$ itu mimpi di siang bolong," ujarnya  di  Jakarta, Rabu (7/10).

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta  kemarin, bergerak menguat sebesar 414 poin menjadi Rp13.827 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.241 per dolar AS.

Menurut analis asing, kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Selasa (Rabu, pagi WIB), karena data ekonomi suram negara itu menurunkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga tahun ini.

Defisit perdagangan internasional AS dalam barang dan jasa naik menjadi US$48,3 miliar pada Agustus dari revisi US$41,8 miliar pada Juli, Departemen Perdagangan AS melaporkan pekan ini.

Perkiraan terbaru mencatat pertumbuhan terbesar dalam defisit perdagangan AS dalam lima bulan terakhir, melemparkan keraguan pada prospek kenaikan suku bunga The Fed tahun ini.

Tidak hanya itu. Kurs rupiah dalam dua hari ini naik secara signifikan terhadap US$ juga terjadi setelah aksi jual besar-besaran di pasar modal ataupun pasar uang melanda berbagai negara berkembang atau emerging markets. Kondisi ini telah membuka peluang terjadinya rebound di pasar negara tersebut, utamanya di Indonesia, Meksiko, dan Malaysia.

Sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10),  atas pertimbangan tersebut, perwakilan dari hedge fund yang berbasis di California, AS, Franklin Templeton, berani bertaruh untuk membeli aset-aset di tiga negara berkembang, yakni Indonesia, Meksiko, dan Malaysia.

Kuras Cadangan Devisa

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia akhir September 2015 sebesar US$101,7 miliar, merosot US$3,6 miliar dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Agustus 2015 yang US$105,3 miliar.

Perkembangan tersebut disebabkan penggunaan cadev dalam rangka pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara  dalam keterangan resminya, Rabu (7/10).

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir September 2015 masih cukup membiayai 7 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Selain mempercepat konversi, lanjut Iman, BI selaku otoritas moneter juga diminta untuk menjaga nilai tukar rupiah dengan cara menjaga surplus neraca perdagangan yang merupakan fundamental dari nilai tukar rupiah.

"BI salah strategi, kalau BI sekarang oke ya enggak terlalu begitu-begitu amat pelemahannya, tapi secara fundamental kita melemah," ujarnya.

Selain itu, dirinya meminta agar DPR)lebih keras untuk mendorong BI memperkuat nilai tukar rupiah. Pasalnya, BI mempunyai tanggung jawab ke DPR bukan kepada pemerintah.

"BI kan tidak bertanggung jawab ke Presiden. BI tanggung jawabnya ke DPR. Jadi yang harusnya ngoceh itu DPR," ujarnya.

Istana mengklaim penguatan rupiah beberapa hari terakhir akibat respons positif pasar terhadap pengumuman paket kebijakan ekonomi. Paket kebijakan tersebut berisi deregulasi investasi atau perampingan izin invetasi di Tanah Air.

"Rupiah mengalami penguatan yang sangat signifikan, indeks juga menguat. Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah pemerintah direspons pasar sangat positif," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Istana Negara, kemarin.

Hal serupa disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution. "Orang melihat kebijakan-kebijakan yang diambil. Orang melihat macem-macem bahwa ini pemerintah serius ini, baik. Itu membuat orang lebih optimis," ujarnya.

Menurut dia, rupiah menguat hingga ke level Rp13.770 per US$ lantaran sentimen positif pasar terhadap kebijakan pemerintah. Di samping batalnya kenaikan Fed Rate dan harga komoditas dunia yang mulai merangkak naik.

Momentum penguatan rupiah sejak beberapa hari ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik. BI diimbau dapat mengintervensi pasar valuta asing (valas).

"Ini dilakukan agar rupiah semakin kuat dan tidak kembali ke jalur pelemahan sehingga bisa di bawah Rp14.000 per US$," tutur ‎Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, Rabu.

Menurut dia, faktor paket kebijakan ekonomi tahap tiga yang akan segera diumumkan belum menjadi penyokong penguatan rupiah. Bahkan, faktor eksternal, diakuinya malah menjadi pendukung kokohnya rupiah.

"Penguatan rupiah karena eksternal, bukan internal. Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan selanjutnya, ‎kalau (paket ekonomi jilid III) jadi obat, maka direspons positif nantinya oleh investor," tambah dia.

Namun demikian, lanjut dia, ada indikasi paket kebijakan ekonomi tahap tiga turut membantu daya beli masyarakat kendati belum jelas arahnya. "Investor tidak berani membeli kucing dalam karung, walau ada indikasi paket itu membantu daya beli," ujar Lana.

Faktor eksternal, sebut Lana, terkait data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang tidak sesuai ekspektasi dan harapan. Sehingga menimbulkan pandangan bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada Oktober tahun ini.

Menurut dia, investor memiliki pandangan jika kenaikan fed fund rate masih terlalu kecil apabila dinaikkan pada Oktober tahun ini. Maka dari itu, kenaikan diharapkan akan terjadi pada Desember tahun ini.

"Kalau naik Desember paling 10 sampai 15 basis poin. Ini hanya menjaga kredibilitas The Fed, karena awal tahun mereka sudah bila ingin menaikkan suku bunga," ujarnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…