Diperburuk Anjloknya Nilai Rupiah - Obligasi Jatuh Tempo Capau Rp 48,3 Triliun

NERACA

Jakarta - Obligasi korporasi yang bakal jatuh tempo tahun depan akan mencapai Rp 48,3 triliun. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memproyeksikan obligasi yang bakal terbit tahun depan minimal senilai obligasi yang bakal jatu tempo.

Direktur IBPA, Wahyu Trenggono mengungkapkan, kemungkinan kecil perseroan akan melunasi obligasi jatuh tempo menggunakan kas internal. Apalagi saat ini kinerja keuangan perusahaan masih tertekan oleh kondisi global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Mau tidak mau korporasi akan menerbitkan ulang obligasi untuk membayar obligasi jatuh tempo. Apalagi jika kondisi ekonomi nasional masih buruk,” ungkap dia di Jakarta, kemarin.

Lebih lanjut dia mengatakan, tahun depan perusahaan memiliki tiga kemungkinan. Menurut Wahyu, pertama adalah ekspansi, kedua modal kerja dan ketiga membayar utang. Dua kemungkinan awal akan sulit dilakukan perusahaan menjelang pulihnya eknoomi nasional, pilihannya hanya nomor tiga.

Oleh sebab itu, perseroan tidak memiliki banyak pilihan selain kembali menerbitkan obligasi. Meskipun, yield obligasi korporasi dalam kondisi yang cukup tinggi. Hingga akhir September tahun ini, yield obligasi korporasi bertenor 1-4 tahun mencapai 11%, tenor 5-7 tahun 12,1% dan tenor 8-30 tahun sebesar 13,1%. Sementara berdasarkan rating, hingga akhir September yield untuk rating BBB tercatat sebesar 14,8%, rating A sebesar 12,7%, rating AA sebesar 11,7% dan rating AAA sebesar 11,2%.

Sementara itu, hingga September 2015 total obligasi korporasi yang telah diterbitkan tercatat senilai Rp 51,9 triliun. Jumlah tersebut lebih banyak dibandiingkan dengan realisasi penerbitan obligasi tahun lalu senilai Rp 47,1 triliun.

Di pasar sekunder, perdagangan obligasi korporasi pada September mengalami peningkatan volume menjadi sebesar Rp 18,7 triliun, meningkat month on month (MoM) sebesar 25% atau sebesar Rp 3,7 triliun. Sedangkan volume rata-rata perdagangan harian meningkat 19% MoM menjadi Rp 891 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 748 miliar.

Per September, total frekuensi perdagangan meningkat 14,4% MoM menjadi 1.866 kali pada September dibandingkan 1.631 pada bulan sebelumnya. Rata-rata transaksi harian obligasi korporasi meningkat 9% menjadi 89 kali per hari dari sebelumnya sebayak 82 kali per hari.

Wahyu mengatakan, berdasarkan kepemilikan, sebagian besar obligasi korporasi dimiliki oleh perusahaan dana pensiun domestik sebesar 27,5%, reksa dana lokal 20,8% dan bank lokal sebanyak 19,8%. Sementara itu bank asing mencatatkan kepemilikan atas obligasi korporasi sebanyak 3,4% dari total obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. (id/bani)

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…