Keberadaan Makelar Perpanjang Rantai Distribusi - Harga Gas Industri Bisa Dipangkas, Asal Permen No. 19/2009 Dihapus

NERACA

Bandung  - Director Executive Energy Watch, Mamit Setiawan mengungkapkan pemerintah menargetkan harga gas bumi untuk industri gas domestik dapat dipangkas menjadi USD5/mmbtu dimana harga gas bumi saat ini masih mencapai USD8/mmbtu.

Menurutnya,  hal ini akan terwujud jika pemerintah secepatnya menghapus Permen No.19 Tahun 2009. “Dalam Permen itu, banyak  treder yang hanya bermodalkan kertas, dibuat  nyaman. Karena trader tersebut legal. Jadi jika pemerintah memiliki target memangkas harga gas menjadi USD5/mmbtu, segera hapus Permen tersebut. Karena 40 persen dampak penghapusan akan berimbas pada harga gas,” tutur Mamit dalam diskusi “Membedah Harga Gas Untuk Industri” yang digelar Forum Wartawan Industri (Forwin),di Cipaku, Bandung, akhir pekan kemarin.

Mamit mengatakan, dalam jalur distribusi gas yang tertera dalam Permen No19/2009, terdapat 80 treder. Namun, treder yang memiliki jalur distribusi pipa hanya lebih sedkit. Treder bermodalkan kertas merupakan salah satu treder yang memiliki badan usaha niaga yang tidak memiliki punya jalur distribusi, tapi memiliki kuota. Artinya treder bermodalkan kertas tersebut bisa jual kuota. “Oleh sebab itu, ini salah satu penyebab harga gas sangat mahal. Sehingga diharuskan menghapus Permen 19/2009. Sehingga trader ini dihapuskan,” tuturnya.

Untuk saat ini, Mamit mengatakan begitu panjangnnya jalur distribusi gas membuat trader berada dalam setiap tahap jalur gas tersebut. Begitu panjangnnya rantai ini  transporter transmisi dan transporter distribusi pajangan sekali untuk sampai pada pengguna akhir.

“Jalur distribusi kita kan mulai dari produsen gas kemudian ada trader-trader, lalu masuk tahap trasporter transmisi ada trader-trader lagi, lalu masuk tahap tranporter distribusi ada lagi tradernya, baru sampai pengguna akhir,”tuturnya.

“Artinya apa, begitu banyak trader menjadi harga tidak efektif banyak. Yang mencari keuntungan,”sambungnnya.

Energy Watch mencatat, Indonesia masih memiliki cadangan gas bumi yang diprediksi habis dalam kurun waktu 60 tahun. Namun, cadangan gas tersebut tidak mampu dikembangkan dengan menemukan cadangan-cadangan baru bukan tidak mungkin pada 2030 gas bumi kita akan habis.

Mamit mengatakan produksi gas bumi saat ini mencapai 200 barel perhari.Namun seiring permintaan yang akan meningkat kedepannya, produksi tersebut pun bertambah. “Diprediksi 20 tahun kedepan gas bumi akan habis. Karena 20 kedepan produksi seiring permintaan gas akan meningkat sampai 2 juta barel per hari. Artinya jumlah cadangan gas kita yang seharusnya mampu sampai 60 tahun, ini akan habis,” tegasnya.

Berdasarkan data cadangan gas pada 2015  di Indonesia, memilik cadangan proven (tersedia) sebesar 104,71 tscf trilion square cubic feet (tscf).

Mamit menambahkan, pemerintah mesti mencari solusi bagimana memperdayakan cadangan gas semaksimal mungkin dan mengadakan secepatnya cadang-cadangan baru. Bukan tidak mungkin 20 tahun kedepan, jika memang cadang gas bumi habis, Indonesia akan lebih banyak importir. “Cadangan gas bumi kita akan menjadi cerita saat anak cucu kita nanti besar.Dimana dulu Indonesia memiliki gas bumi yang berlimpah, tapi sayangnnya tidak mampu dimanfaatkan,”tuturnya.

Di tempat berbeda, Menteri ESDM Sudirman Said mengakui, saat ini harga gas untuk industri dalam negeri jauh lebih mahal dari yang seharusnya. Penyebabnya karena ulah dari para trader gas yang tak punya infrastruktur gas namun menguasai alokasi gas dari produsen ke konsumen (industri). “Harga gas kita memang dinilai terlalu tinggi,” katanya.

Sudirman mengungkapkan, ada beberapa hal yang membuat harga gas ke industri mahal, pertama karena infrastruktur hilir gas bumi nasional jauh tertinggal. Sehingga untuk mengangkut gas bumi dari sumur gas ke industri sulit biaya yang dikeluarkan lebih mahal. Selain itu penyebab lain karena ulah trader gas yang tak memiliki modal seperti infrastruktur.

“Di masa lalu ada middle man yang terlalu akut (trader gas bermodal kertas). Maka banyak yang tidak punya infrastruktur dan uang tapi bisa dapat lisensi menjual gas,” ungkapnya.

Melihat kondisi tersebut, ia sudah melakukan beberapa langkah kebijakan di industri hilir gas, salah satunya dengan menertibkan trader-trader gas yang hanya bermodal kertas.

“Membangun infrastruktur itu pasti, baik dengan uang negara maupun mengundang investor ini sedang kita lakukan. Kedua, menertibkan trader gas, jadi yang selama ini cuma bermodalkan kertas itu sudah tidak ada lagi. Selain itu, mungkin patut menjadi pertimbangan adanya kesesuaian harga gas. Maka itu bila ada penurunan harga gas itu akan kami utamakan untuk mendorong industri,” tutupnya.

Seperti diketahui, keberadaan trader gas tak bermodal ini membuat harga gas jadi mahal, karena dengan memegang kuasa alokasi gas, trader gas ini hanya dagang alokasi atau menjual alokasi gas ke trader gas lainnya. Sehingga sampai ke industri bisa melewati 4-5 trader gas.

Untuk meningkatkan kegiatan industri nasional dan menciptakan daya saing yang sehat, pemerintah berencana menurunkan harga gas industri. Saat ini, harga gas industri dinilai terlalu mahal, sehingga produk lokal sulit bersaing dengan barang dari luar negeri.

Sudirman mengatakan, saat ini pemerintah masih mengkaji rencana tersebut. Berapa persen penurunannya, Sudirman enggan menjelaskan.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…