BPS Optimis Target Inflasi Tercapai

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, menilai target inflasi Bank Indonesia untuk 2015 sebesar empat plus minus satu persen akan tercapai mengingat inflasi dari Januari hingga September baru mencapai dua persen lebih. "Saya kira akan tercapai (target inflasi). Sekarang kan baru September. Akhir September 2,24 persen (ytd). Tinggal tiga bulan lagi, sedikit lagi," ujar Sasmito di Jakarta, Kamis.

Untuk Oktober sendiri, Sasmito menilai masih ada peluang terjadinya deflasi, namun melihat dampak dari pembangunan infrastruktur kemungkinan akan mendorong terjadinya inflasi tapi relatif kecil. "Sudah terlihat dari IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar) indeks konstruksinya sudah naik lumayan besar. Itu akan naik terus dan berdampak ke barang untuk rumah tangga seperti beli semen untuk rumah, kemungkinan itu yang buat sulit deflasi. Jadi saya kira akan inflasi tapi relatif kecil," kata Sasmito.

IHPB bahan bangunan/konstruksi pada September 2015 naik sebesar 0,15 persen terhadap bulan sebelumnya, antara lain disebabkan kenaikan harga komoditas tanah urug sebesar 5,03 persen, bak dan tangki 0,97 persen, pendingin ruangan 0,96 persen, perlengkapan listrik 0,74 persen, dan pasir 0,65 persen. Sementara itu, IHPB bahan baku, barang konsumsi, dan barang modal pada Agustus 2015 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen, 2,89 persen, dan 0,58 persen.

Sasmito menuturkan, dengan terkendalinya inflasi dan meningkatnya produktivitas, diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 akan lebih baik dari triwulan sebelumnya. "Logikanya iya (pertumbuhan naik). Inflasi kecil, gambaran produktivitas di pariwisata naik, konstruksi juga akan naik. Kalau demand-nya naik itu akan dorong sektor itu berkembang. Juga nilai tukar petani naik. Maka Q3 bisa lebih bagus dari Q2," ujar Sasmito.

Namun, Ketua BPS Suryamin menyebut ada dua syarat yang harus dipenuhi agar target inflasi bisa tercapai. Syarat pertama adalah pemantauan yang ketat oleh pemerintah, terutama pada bahan pangan yang vital bagi masyarakat, beras. "Beras jadi bagian penting, tapi kalau yang lain bahan-bahan yang lainnya ini masih melimpah tapi beras. Tapi pemerintah juga sedang melakukan pengontrolan," ujar Suryamin.

Syarat kedua adalah menjaga harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Suryamin mengatakan, harga BBM selalu menjadi faktor penentu inflasi yang besar. "Tidak menaikkan BBM karena BBM tadi hampir 4 persen juga, kalau ada (kenaikan) BBM bisa lain lagi. Dua itu saja kita optimis. Tapi tetap pemantauan yang seperti sekarang berjalan juga," ungkap Suryamin.

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…