NERACA
Bandung – Meski dari tahun ke tahunnya RS Al-Ikhsan Bandung yang milik Pemprov Jabar ini ditenggarai telah mengalami kemajuan pesat, bila dibanding dengan RS milik pemerintah lainnya, namun rupanya ada rasa keenggan untuk menyelesaiakan pelbagai persyaratan layaknya rumah sakit. Menurut sejumlah kalangan, mulai masyarakat hingga yang berprofesi dokter sekalipun, hingga kini periznan RS Al Ikhsan masih tarik ulur.
Penilaian miring terhadap management RS Al-Ikhsan tersebut, nampaknya semakin keras saja dan bervariasi. Ada yang mengatakan RS Al Ikhsan “penindas” apa pula yang menyebutkan tidak membantu bagi kalangan masyarakat kecil. Ini memang sebuah realita karena memang dirasakan masyarakat karena RS ini selalu menerapkan harga obat yang sangat mahal.
Apa pasal, karena suatu saat keluarga pasien melakukan re-cek ke apotik lain tentang harga obat, perbandingannya sangat jauh dan fantastis. Salah satu contoh, resep enam macam jenis obat untuk salah seorang pasien RS Al-Ikhsan, Indah PR. Jika membeli di Apotik Al- IKkhsan, bisa mencapai Rp. 470.000, sementara ketika dicoba dire-cek oleh keluarganya di apotik luar dengan jenis obat yang sama , ternyata harganya hanya Rp 106.000.
Yang dinilai agak mengherankan oleh keluarga pasien saat mereka terpaksa harus membeli obat di apotik luar, obat yang dibeli itu harus melalui proses pemeriksaan apoteker RS Al-Ikhsan terlebih dahulu dengan alasan untuk diteliti ke absahannya. Karuan saja, ulah oknum apoteker RS Al - Ikhsan ini, sempat mengundang reaksi keras dari keluarga pasien.
Pada awalnya, keluarga pasien RS Al-Ikhsan milik Pemprov Jabar ini, tidak merasa curiga karena dalih yang dilontarkan para pegawai apotik semata-mata untuk penelitian di laboratorium. Meski RS Al-Ikhsan telah memberikan pelayanan terbaiknya, namun jika mengeluarkan ketentuan tidak diperbolehkan membeli obat di luar dan harga yang dikenakan lebih dari 300%, akhirnya dikeluhkan juga.
Keluhan tentang ketentuan pembelian obat harus di apotik RS Al-Ikhsan, dan tidak diperkenankan membeli dari luar ini, sering disampaikan keluarga pasien, namun seakan oleh SDM di RS ini kurang mendapat tanggapan. Seakan-akan membludaknya pasien yang dirawat di RS Al-Ikhsan, sebagai anugrah untuk mendatangkan keuntungan.
Unsur Pemaksaan
Seperti yang diungkapkan keluarga pasien yang dirawat di RS Al-Ikhsan Bandung ini, banyak diantara mereka yang merasa keberatan dengan adanya pengenaan biaya dan obat yang mahal. “Bayangkan saja, bagi pasien yang dirawat dilarang untuk menebus atau membeli resep diluar Apotik Al Ikhsan. Seperti yang tertera pada selembar resep dokter “Hanya berlaku di RSUD Al IKHSAN” . Bukankah ini jelas-jelas terdapat unsur pemakasaan, selain bisa berbagai multi tafsir yang sangat luas lagi kesananya,” tutur salah satu keluarga pasien pada Neraca.
Yaitu tadi, salah satu keluarga pasien yang merasa keberatan tersebut, untuk pasien Indah PR. Mereka meresa keheranan, karena setiap membeli obat resep dokter Al Ikhsan dan ditebus di Apotek Al Ikhsan, harganya sangat mahal, antara Rp 300.000 hingga Rp 400.000 lebih untuk beberapa item obat.
Karena keluarga pasien Indah PR yang juga tetap ngotot ingin membeli obat di apotik luar RS Al-Ikhsan memang akhirnya dipersilakan membeli di luar naman dengan catatan obat yang dibeli itu kemudian harus dibawa ke Aptik RS Al-Ikhsan untuk diteliti.
“silakan bapak membeli di luar, tapi saya minta harus dibawa kesini (Apotik Al- Ihksan). Saya mau tahu, apa benar obat yang bawa beli itu obat paten luar atau Generik,” tutur karyawan Aptik RS Al-Ikhsan seperti yang diungkapkan keluarga pasien Indah PR pada Neraca.
NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…
NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…
NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…
NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…
NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…
NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…