Optimis Bisa Capai Rp 7 Triliun - BEI Sesumbar Target Transaksi Harian

NERACA

Jakarta – Meskipun tahun ini PT Bursa Efek Indonesia (BEI) banyak merevisi target jumlah emiten dan nilai transaksi saham harian seiring dengan lesunya kondisi pasar saham, namun tidak membuat pesimistis manajemen BEI untuk tetap menargetkan rencana bisnis yang lebih besar lagi di tahun depan. Hal ini sangat beralasan, karena keyakinan BEI bila pertumbuhan ekonomi 2016 akan tumbuh pesat.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio bilang, pihaknya menargetkan nilai transaksi saham tahun depan sebesar Rp 7 triliun.”Memang kita akan bicarakan Rp 6 triliun saat ini, tahun depan maunya kepala 7, karena ada 4 hal yang kita kerjakan. Menambah jumlah investor, memperkuat broker, tambah emiten yang bagus, memperbaiki dan menyempurnakan semua sistem infrastruktur di bursa,”ujarnya di Jakarta, Kamis (1/10).

Tahun ini Tito membidik masih sekitar 12-13 emiten baru masuk bursa. Sehingga totalnya jadi di atas 26 emiten baru. Disebutkan, ada beberapa perusahaan besar sudah bilang menyatakan go public dan akan listing di tahun depan. Tito berharap ketidakpastian ekonomi global bisa berakhir tahun ini. Dengan digenjotnya belanja anggaran oleh pemerintah maka akan memberi sentimen positif.”Problem China saya lihat sudah akan selesai. Saya lihat G20 bilang masalah yuan sudah tidak ada lagi, tinggal The Fed yang masih simpang siur," ungkapnya.

Dia menegaskan, ketidakpastian akan selesai di Oktober ini dan diharapkan pemerintah bisa merealisasikan belanja modal tahun ini. Secara psikologis di pasar, kata Tito, sentimen sudah mulai membaik. Nilai tukar rupiah juga sempat menguat terhadap dolar AS.

Selain itu, lanjut Tito, optimis target transaksi harian bisa mencapai Rp 7 triliun di 2016 dengan catatan adanya perubahan fraksi harga.”Target itu bisa berhasi, jika pengajuan perubahan fraksi harga saham disetujui OJK," ungkapnya.

Menurut Tito, perubahan harga saham sedang didiskusikan bersama OJK.‎ Fraksi harga yang sedang diusulkan akan memfasilitasi keinginan pelaku pasar (investor) dan Anggota Bursa (AB)."Investor minta jangan terlalu lebar, beda fraksi harga‎nya, karena akan lebih spekulatif," urainya.

Sementara itu, Direktur Relience Securitas, Anak Agung Gde Arinta Kameswara menambahkan, fraksi harga yang sudah diajukan ke OJK bakal memberi rangsangan bagi peningkatan transaksi harian bursa."Satu poin perubahan, investor sudah untung,"kata Anak Agung.‎

Sebelumnya, para broker saham atau perusahaan sekuritas mendesak Bursa Efek Indonesia untuk mengubah ketentuan fraksi harga saham. Aturan fraksi saham saat ini dinilai tidak memberikan keuntungan yang maksimal baik kepada broker maupun investor saham.

Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Budi Frensidy pernah bilang, BEI selaku otoritas saham perlu mengkaji ulang aturan soal fraksi harga. Ada baiknya, fraksi harga dikembalikan menggunakan ketentuan yang lama. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…