Dampak Depresiasi Rupiah - Indosat Kaji Kembali Koversi Utang Valas

NERACA

Jakarta – Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memaksa sebagian pelaku usaha untuk mengakaji kembali rencana bisnisnya tahun ini. Hal inipulalah yang dilakukan PT Indosat Tbk (ISAT) yang menunda rencana perseroan melakukan konversi utang valuta asing (valas) ke rupiah. "Kami mengkhawatirkan nilai rupiah turun ke Rp15.000 kemudian ke Rp16.000, ini yang menjadi alasan kita mundur rencana konversi utang valas ke rupiah" kata Presiden Direktur Indosat, Alexander Rusli di Jakarta, kemarin.

Dia mengungkapkan, perseroan saat ini utang valasnya sudah mencapai 50% dari total kewajiban sehingga berpotensi terdapat risiko selisih nilai tukar maka Indosat sempat merencanakan perubahan komposisi menjadi 20% utang dalam bentuk valas. Oleh karena itu, perseroan berencana untuk meningkatkan penghimpunan dana dalam bentuk rupiah.

Namun, lanjut Rusli, saat ini depresiasi rupiah justru terjadi secara gradual dan masih dalam tren melemah. Ketidakpastian potensi pembalikan arah menguat pada rupiah telah memaksa Indosat untuk menunda rencana konversi tersebut."Kami sedang menunggu sebab kalau ditukar sekarang akan terjadi kerugian saat itu juga," tuturnya.

Sebelumnya, ISAT berencana untuk mengonversi utang valas sekitar US$ 200 pada tahun ini. Dimana angka itu belum final, tergantung nilai rupiah. Selain itu, kata Alexander Rusli, perseroan menargetkan penyerapan belanja modal sekitar Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun tahun ini. Tahun depan, akan berhemat dengan menganggarkan belanja modal antara Rp 6 triliun hingga Rp 7 triliun.

Nantinya, dana belanja modal akan digunakan untuk ekspansi modernisasi jaringan, khususnya jaringan 4G-LTE. ISAT ingin belanja modal lebih efisien untuk meminimalkan beban di tengah situasi yang tak menentu. Maklum, sebagian besar pengeluaran ISAT berbentuk valuta asing. Sedangkan pendapatannya dalam rupiah. Tentu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar makin memberatkan beban ISAT. Seluruh belanja modal akan berasal dari kas. Perseroan ini menahan diri dari penambahan utang baru. "Pinjaman baru hanya akan dilakukan dalam hal refinancing atau membayar utang," kata Alex.

Dirinya memprediksi, belanja modal tahun depan bisa lebih rendah, mengingat ekspansi modernisasi jaringan sudah banyak yang selesai. "Kami ingin belanja modal kecil tetapi mendapatkan pertumbuhan yang besar," imbuhnya. Tahun depan, ISAT menargetkan bisa mengantongi pertumbuhan pendapatan sebesar 6% sampai 7% dibanding tahun ini, sama dengan pertumbuhan industri. ISAT juga masih akan berupaya mengkonversi utang berdenominasi dollar menjadi rupiah untuk meminimalisir kerugian kurs.

Sampai Agustus 2015, jumlah utang dollar ISAT mencapai US$ 515 juta dari total Rp 22,6 triliun. Namun, saat ini proses konversi utang masih harus menunggu penguatan rupiah dan perbaikan kondisi ekonomi. "Karena kalau dipaksakan, malah bisa tambah rugi, jadi harus dilakukan bertahap," ujarnya.

Indosat sendiri telah melakukan refinancing untuk melunasi utang obligasi sekitar US$ 650 juta, yang jatuh tempo tahun 2020. Pada semester pertama tahun ini, utang dollar ISAT mencapai 54,8% dari total utang. ISAT juga melakukan lindung nilai atau hedging. ISAT mengamankan 52,24% dari total pinjaman bank dan obligasi berdenominasi valuta asing dengan hedging. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…