Manfaatkan Keterbatasan Lahan - Tren Mixed Use Are Jadi Hunian Idaman

NERACA

Jakarta- Perlambatan ekonomi dan terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, memberikan dampak signifikan terhadap bisnis properti dalam negeri yang mengalami pertumbuhan stagnan. Ditengah kondisi ekonomi yang belum kondusif, para pelaku bisnis properti dituntut untuk lebih efisien dalam menjalankan bisnisnya, disamping tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Saat ini, cara hidup masyarakat perkotaan yang ingin lebih praktis menjadi inspirasi para pelaku industri properti untuk tetap menghadirkan hunian yang mixed use area.

Hal ini sangat beralasan, tingginya aktifitas bisnis dan perdagangan di perkotaan membuat kemacetan semakin merajalela. Oleh karena itu, pengembangan properti dalam bentuk campuran menjadi rujukan pengembangan untuk memberikan tingkat produktifitas yang tinggi dengan menggabungkan hunian, belanja, dan bisnis dalam jangkauan walking distance. Pengembangan properti saat ini lebih mengarah pada mixed-use development sebagai sebuah tuntutan dalam perkembangan suatu kota. Keunggulan jenis pengembangan ini lebih pada sinergi antar peruntukan yang ada di dalamnya, dimana dalam pengembangan mixed-use terdapat minimal dua atau lebih jenis peruntukan yang saling berhubungan dalam sebuah massa bangunan yang saling terhubung.

Sebenarnya bentuk mixed-use development yang paling ‘kuno’ adalah sebuah ruko (rumah toko) atau rukan (rumah kantor) yang menggabungkan hunian dengan komersial. Kemudian berkembang dengan menggabungkan ruko/rukan dengan apartemen di atasnya seperti konsep-konsep yang dipelopori oleh Sinarmas Land dengan brand ITC-nya. Semakin jauh lagi mulai banyak bervariasi mixed-use development yang ada.

Sebutan untuk pengembangan mixed-use sering disamaartikan dengan superblock yang sebenarnya berbeda dalam konteks jumlah massa bangunan dan luas area pengembangan. Umumnya superblock dikembangkan di atas lahan lebih dari 10 ha dengan kavling-kavling bangunan yang saling terpisah. Ada juga yang menyebut superblok sebagai sebuah CBD (Central Business District) kecil. Berbeda dengan mixed-use development yang merupakan gabungan peruntukan namun dengan massa bangunan yang menjadi satu kesatuan. Karenanya dalam sebuah superblock dimungkinkan terdapat beberapa mixed-use development.

Ali Tranghanda, pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW) mengatakan, tinggal di sebuah superblok, para penghuni  dapat memenuhi kebutuhan hidupnya mobilisasi ke tempat yang jauh dapat dikurangi secara signifikan. “Hal ini membuat kualitas hidup lebih baik, efisien, dan tentu saja hemat waktu, uang, dan energi,”ujarnya.

Superblok mulai populer pada awal dan pertengahan abad ke-20. Konsep ini muncul dari ide-ide modernis dalam arsitektur dan perencanaan kota. Perencanaan arsitektur di era tersebut didasarkan pada perbandingan jarak dan waktu tempuh menggunakan mobil, berjalan kaki, dan sepeda. Gagasan awal superblok dikemukakan oleh seorang arsitek dan urbanis asal Perancis, Le Corbusier pada 1924. Konsep tersebut dituangkan dalam sebuah proyek Ville Radieuse atau Radiant City.

Di Indonesia, konsep superblok mulai dikembangkan pada medio 1990-an dan dalam perkembangan pengembangan mixed-use dan superblok tidak hanya di Jakarta, melainkan melebar ke daerah-daerah penyangga Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Peluang Bagi Pengembang

Menjawab potensi pasar yang cukup menjanjikan, PT Synthesis Development sebagai pengembang sejumlah proyek properti komersial di Jakarta memperkenalkan proyek barunya kepada publik. Proyek property komersial itu adalah Synthesis Square yang dikembangkan di lokasi bekas Hero Supermarket di Jl Gatot Subroto, Jakarta.”Kami memperkenalkan area Synthesis Square yang telah mengalami rejuvenation (peremajaan) sebagai kawasan mixed use terbaru di Jl gatot Subroto. Karena orang yang lewat sini tahunya masih Gedung Hero,” ujar Julius J. Waraouw, Managing Director Synthesis Square.

Synthesis Square yang dikembangkan di area 1,6 ha terdiri atas dua gedung perkantoran dan dua tower apartemen. “Gedung lama yang bekas kantor Hero kita modernisasi dan tetap sebagai perkantoran. Apartemen akan dibangun di sebelahnya setinggi 32 lantai sementara gedung yang di bagian depan yang persis di Jalan Gatot Subroto akan di-demolish dan dibangun gedung baru setinggi 36 lantai untuk perkantoran,” imbuhnya.

Tower-tower di Synthesis Square dibangun terpisah sehingga penghuni apartemen dan orang-orang yang berkantor tetap merasa nyaman dan privasinya terjaga. Tower bagian depan akan dilengkapi area food & beverage (F&B). Apartemen yang dikembangkan membidik pasar premium. Jumlah huniannya sebanyak 188 unit seharga Rp3 – 5 miliaran (Rp40 jutaan/m2). Kapitalisasi apartemennya diperkirakan  mencapai Rp1 triliun. Desainnya mengusung langgam modern minimalis dengan sentuhan etnik untuk mempertahankan khazanah heritage Indonesia.

Hal inipun diakui Victor Irawan, Commissioner PT Prioritas Land Indonesia, pengembangan mixed use banyak diminati konsumen karena kawasan tersebut lebih cepat berkembang dan perkembangannya terencana. “Tren pembangunan properti mixed use seakan terus melesat. Hampir semua pengembang besar kini tengah menggarap proyek properti mixed use,“ungkapnya.

Oleh karena itu, menurutnya, bukan hal yang aneh lagi bila dijumpai apartemen, trade mall, perkantoran dan hotel yang menyatu dalam satu lokasi. Semua itu dipicu oleh adanya permintaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tersedia lengkap. Selain itu, juga dapat ditempuh dalam waktu singkat, tak perlu pergi jauh-jauh. (bani)

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…