Sektor 'Mamin' Masih Jadi Unggulan

Beberapa bulan belakangan ini, perekonomian Indonesia sedang mengalami keterpurukan luar biasa. Akibatnya, beberapa pengusaha dari berbagai usaha banyak yang kualahan menghadapi kenyataan hingga akhirnya perusahaan mereka terpaksa gulung tikar. Namun, meskipun perekonomian Indonesia sedang mengalami kesulitan. Ada satu sektor usaha yang mampu menjadi “bintang penerang di malam hari”, apalagi kalau bukan sektor Food & Beverage (F&B) alias usaha di sektor kuliner. Bisnis di sektor ini dipercaya masih sangat menjanjikan.

Alasannya simple, pertama makanan merupakan kebutuhan primer manusia. Sehingga mau tidak mau sebelum semua kebutuah lainnya terpenuhi kebutuhan akan makanan selalu berada di atas kebutuhan lainnya. Seperti diungkapkan salah satu pelaku pebisnis kuliner, Toar Christoper, dirinya percaya kalau bisnis di sektor makanan tak akan lekang di makan usia, dan tidak akan luntur terhantam krisis. “Untuk prospek bisnis kuliner sendiri hingga saat ini masih sangat bagus, mungkin hingga beberapa tahun ke depan masih sangat bagus. Sebabnya, sektor kuliner merupakan salah satu sektor yang dapat memenuhi kebutuhan pokok seseorang,” kata dia.

Meski demikian, di saat ekonomi mengalami perlambatan seperti saat ini. Para pengusaha kuliner harus rela menekan margin keuntungannya. Karena tentu saja daya beli masyarakat pasti akan menurun akibat kesulitan ekonomi yang mendera . Yang pasti, secara over all bisnis kuliner tidak akan mati, dan akan terus bertahan hingga waktu lama. “Kondisi ekonomi sekarang memang memaksa membuat kami (pengusaha kuliner) harus rela menekan margin keuntungan, karena daya beli masyarakat juga menurun,” tegas pria pemilik restoran Sushi Joobu melalui sambungan telepon dengan tim redaksi Harian Ekonomi Neraca.

Lantas, bagaimana mensiasatinya. Untuk hal yang satu ini, tentunya pengusaha kuliner harus dapat mencari sumber (bahan makanan) yang termurah dan terus berpromosi. Promosi di sini, tentu saja bukan dengan promosi besar-besaran di berbagai media, yang jelas pengusaha harus gencar melakukan promosi secara efisien dan minim biaya.

“Saat ini belum ada kenaikan harga menu. Untuk penyesuaian harga nanti akan dilakukan apabila sudah mendesak, tetapi saat ini kita punya sumber murah, tetapi kalau nanti bahan dasar pembuat makanan naik sampai lebih dari 10% baru aka nada penyesuaian harga. Sebelum itu, saya tidak akan menaikkan harga menu,” tegas dia.

Benar saja, upaya pria yang akrab di sapa Bang Itoph itu (tidak menaikan harga menu) terbukti ampuh. Meski situasi ekonomi sedang sulit. Pengunjung yang datang ke restoran miliknya tidak mengalami penurunan secara signifikan. Tetapi diakuinya, keuntungan yang didapat memang tidak sebesar beberapa bulan sebelumnya, dimana harga-harga masih lebih murah ketimbang saat ini. “Penurunan pengunjung mungkin ada, tetapi tidak banyak. Tetapi yang jelas ya itu tadi, keuntungan yang diperoleh lebih sedikit. Makanya, kita berharap agar perekonomian Indonesia bisa bangkit seperti sebelumnya,” jawab Itoph.

Masih survive-nya sektor kuliner dimasa-masa kritis seperti saat ini, tidak dialami sektor lainnya. Hal ini seperti diutarakan Muhammad Idrus, usahanya yang bergerak di pertukaran mata uang asing (money changer) kini turut mengalami goncangan. Betapa tidak, dia (money changer) harus membayar dengan nilai lebih banyak ketimbang menjual sebelum nilai dolar naik. “Bagi yang punya dolar mungkin untung karena bisa menjual dolarnya diangka tinggi, tapi bagi money changer tidak demikian,” kata pria yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Pedanag Valuta Asing (APVA).

Idrus pun setuju, jika ingin membuka usaha sebaiknya pemilik modal memilih usaha yang mampu bertahan meski krisis menjelang. Usaha yang tidak ada matinya, dimana pilihan utamanya ada pada usaha di sektor F&B alias sektor kuliner. Meski demikian, dia belum mau terjun ke dalamnya. “Nanti lah, saya kan belum punya ilmunya. Tetapi memang begitu adanya, sektor F&B menjadi sektor yang sangat potensial untuk digarap,sebab sektor ini berkaitan dengan kebutuhan manusia,” tegas dia. (ahm)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…