Imbas Lesunya Pasar Properti - Arwana Citra Mulia Juga Menelan Pil Pahit

NERACA

Jakarta – Lesunya pasar properti tahun ini seiring dengan perlambatan ekonomi dunia, memberikan dampak langsung terhadap turunannya. Pasalnya, tidak hanya industri semen yang memangkas target pertumbuhan bisnis dan hal yang sama juga dialami industri keramik, seperti yang dialami PT Arwana Citra Mulia Tbk.

Tengok saja, di semester pertama tahun ini pendapatan perseroan terkoreksi 21,32% menjadi Rp 635,35 miliar dibandingkan priode yang sama tahun lalu. Selain itu, produsen keramik ini juga membukukan laba bersih di semester pertama turun 64,49% menjadi Rp 52,91 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Menurut Wilbert, Research Associate Sinarmas Sekuritas, perlambatan sektor properti masih menjadi tantangan besar bagi penjualan industri keramik tahun ini, termasuk ARNA. Kondisi semakin berat, tatkala nilai tukar rupiah terus terkapar di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, Bahan baku keramik ARNA, seperti pelapis bagian atas, bergantung dari impor. Walhasil, terkaparnya nilai tukar rupiah menyebabkan biaya produksi terkerek dan mengancam laba perusahaan.

Sementara, Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, ARNA memiliki keunggulan dari segi pemakaian gas yang lebih efisien. Ini lantaran pemakaian mesin produksi baru. Selain itu lokasi pabrik yang tersebar di beberapa daerah menyebabkan biaya distribusi dapat lebih mini. “Apalagi, ARNA mulai mengincar kota-kota menengah dan kecil,” ujar Kiswoyo.

Manajemen ARNA sendiri kini tengah menanti terwujudnya program sejuta rumah pemerintah. Wilbert memandang, program ini bisa memoles kinerja ARNA lebih berkilau, lantaran perseroan lebih banyak menyasar segmen menengah bawah, yang menjadi pasar program sejuta rumah.

Kalau tak ada aral melintang ARNA akan mengoperasikan pabrik kelima di Mojokerto, Jawa Timur. Kapasitas produksi pabrik ini 8 juta per meter persegi (m²) keramik per tahun. Dana investasi pabrik ini Rp 300 miliar. Sebelumnya ARNA memiliki empat pabrik yang nongkrong di Tangerang, Serang, Gresik dan Palembang. Dengan tambahan pabrik baru tersebut total kapasitas produksi ARNA akan menjadi 57,7 juta m² per tahun. Wilbert memandang positif aksi korporasi tersebut.

Pabrik baru ARNA akan memproduksi keramik berkualitas lebih tinggi atau segmen lebih ke atas. “Margin produk ini lebih besar ketimbang produk original,” terangnya. Memang, tahun ini penjualan keramik diprediksi masih melambat. Di jangka panjang, produk tersebut dapat menunjang pendapatan.

Menurut Kiswoyo, penambahan pabrik menguak peluang ARNA menyelami pasar keramik segmen menengah-atas. Namun, ia memprediksi, kinerja penjualan ARNA tahun ini masih melambat . Kiswoyo merekomendasikan beli saham ARNA di harga wajar Rp 600 per saham. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…