Dua Kutub Ekstrem Ideologi Ekonomi

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Industri dan Perdagangan

 

Indonesia saat ini mengalami goncangan kuat ekonomi dalam negerinya akibat pengaruh eksternal, yaitu “krisis ekonomi global”. Rupiah yang ada di tangan kita nyaris tidak bernilai lagi karena melemah hampir 13% terhadap mata uang dolar AS yg nilai lagi menguat. Sementara itu, IHSG juga jeblok yang diperda gangkan di bursa yang angkanya saat ini berada pada posisi sekitar 4.200-an.

Jika kita bertanya dan jawaban atas pertanyaan disampaikan oleh kelompok aliran penganut doktrin ekonomi konstitusi atau biasa disebut oleh pengikutnya sebagai penganut aliran sosialisme pasar  atau pasar sosial, akan berbeda jawabannya jika kita tanyakan kepada mereka para penganut ekonomi liberal.

Sekedar untuk pengetahuan, dua kutub ekstrem ideologi ekonomi tersebut apa saja pandangannya yang mereka sampaikan ke ruang publik. Bagian Pertama, tokoh-tokoh semacam Mubyarto (alm), Edi Swasono, Dawan Raharjo, Rizal Ramli, dan Ichsanuddin Noorsy adalah para pengikut aliran idealis/sistem sosialisme pasar atau sering mengatakan sebagai pandangan ekonomi konstitusi.

Secara garis besar mereka mengatakan bahwa keterlibatan Indonesia dalam agenda perdagangan bebas harus dibatasi agar tidak mematikan produksi dalam negeri, dan menyebabkan pasar dalam negeri justru dikuasai oleh bangsa atau negara lain.

Kemudian ketergantungan ekonomi Indonesia ke luar negeri seperti AS atau Tiongkok harus dihentikan agar kemandirian ekonomi dapat ditegakkan. Kebijakan devisa negara tidak boleh dibiarkan terlalu terbuka dan demikian pula dengan kebijakan moneter tidak boleh dibiarkan mengambang (floating) seperti sekarang.

Lalu, persaingan memang baik, tetapi jika terjadi di antara para pelaku usaha yang tidak sama kondisinya, dalam situasi pasar yang tidak seimbang justru akan merugikan rakyat miskin. Kemudian BUMN harus dijadikan pilar penting dan bahkan mesin pertumbuhan ekonomi. Juga, koperasi harus benar-benar dikembangkan sebagai soko guru dalam kegiatan ekonomi rakyat.

Kedua, tokoh-tokoh seperti Wijoyo Nitisastro (alm), Boediono, Sri Mulyani, Chatib Basri, Sri Adiningsih dan lain-lain, mereka adalah biasa dijuluki para pengikut ideologi ekonomi liberal atau neolib. Pandangan mereka secara umum antara lain globalisasi ekonomi merupakan satu keniscayaan.

Karena itu, hubungan ekonomi dewasa ini tidak bisa lagi dipandang dengan kacamata teori dependensi versus independensi, melainkan sudah berkembang jauh dalam hubungan saling bergantung satu sama lain atau interdependen. Keterlibatan Indonesia dalam perdagangan bebas juga sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa ditolak. Kalau keterlibatan Indonesia dalam agenda perdagangan bebas tersebut dihentikan, pasti akan berdampak lebih buruk daripada meneruskannya dengan perbaikan-perbaikan yang kritis.

Itulah gambaran sekilas tentang ideologi ekonomi yang saat ini menonjol dan menjadi perdebatan dalam diskursus tentang politik ekonomi di dalam negeri hingga dewasa ini. Pada kenyataan yang terjadi pasca krisis ekonomi tahun 1998, ekonomi Indonesia sudah sangat liberal.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…