Komoditas Akselerator Pertumbuhan

 

Oleh : Tumpal Sihombing

Chief Research Officer

Rifan Financindo Berjangka

 

Statistik pertumbuhan 2014 berdasarkan sektor menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto(PDB) Manufaktur memberikan kontribusi terbesar bagi PDB, hampir setengah PDB yaitu sebesar 48%. PDB Konstruksi 21% danPDB Pertambangan 18%. Sayangnya yang justru dibanga-banggakan sebagai negara agraris ternyata PDBAgrikultur nya masih berada pada posisi 4, menyumbang hanya 8% dari figur total PDB 2014.

Kita paham bahwa Indonesia adalah negara agraris bermaritim luas. Yang terjadi saat ini, yang harusnya terefektif dan menjadi prioritas nomor satu dalam agenda perekonomianmalah berada di posisi anak bawang dalam skala prioritas pengembangan sektor-sektor perekonomian.

Pemerintah getol menyatakan ingin memperkuat fundamental perekonomian. Itu bagusnamun ranah fundamental apa harus yang diperkuat?Pemerintah harus memperhatikan 2(dua) fakta di perekonomian Indonesia kini.

Pertama: Indonesia berpotensi besar dalam agronomi (perekonomian berbasis agrikultural/komoditas); Kedua : agenda penguatan ekonomi di sektor manufaktur hanya akan meningkatkan dominasi kontribusi 2(dua) sektor pertama terhadap PDB serta perlambatan ekonomi. Boleh jadi tak fatal, namun Pemerintah selama ini ternyata telah melakukan sesuatu yang tak sesuai antara prosesnya dengan objektifnya. Jika ingin mengubah kondisi berjalan, lansir corrective action plan yang efektif mengubah proses/kondisi berjalan bertahap. Jika tidak,pilihannya adalah mengubah objektifyang ada sesuai dengan yang baru.Pelaku pasar membutuhkan konsistensi sikap di sisi Pemerintah dalam hal kebijakan dan implementasi.

Terkait depresiasi Rupiah, Wapres Kalla baru-baru ini menyatakan ada yang “rusak” dengan makroekonomi karena tingginya import content. Sayangnya Pemerintah justru lebih sering menyatakan bahwa fundamental perekonomian masih kuat. Sikap inkonsisten ini sebaiknya jangan diulangi lagi. Praktek perdagangan berbasis import content RI telah berlangsung selama 2-3 dasawarsa terakhir.Namun kini pilihan kebijakan di sisi Pemerintah adalah “menghimbau pasar agar tak panik daripada mengungkapkan kondisi sebenarnya yang bisa memancing kepanikan yang cepat menular.“Ini bak makan buah simalakama.

Solusinya, ciptakan dan terapkan opsi baru! Di tingkat pasar opsi taktis yang dibutuhkan adalah mitigasi risiko pelemahan ekonomi berlanjut/semakin parah. Artinya jika pemerintah meningkatkan peran serta otoritas bursa komoditas di sistem perekonomian, maka agronomi harus menjadi fokus ekonomi, dan bursa komoditas harus mendapatkan perhatian ekstra dari Pemerintah. Lagi, sumbangsih sektor yang selama ini menjadi biang kerok ekonomi biaya tinggi harus berkurang.

Dalam perekonomian kini yang sedang melambat, mengurangi belanja dan alokasi eksesif di sektor dominan (manufaktur/konstruksi)bisa mengurangi masalah ekonomi biaya tinggi yang ada tanpa mengurangi volume konsumsi rumah tangga. “If we focus on something, it magnifies.” Apabila fokus di komoditas, agribisnis terpicu, dan petani pun terbantu.Pembangunan ekonomi pun menjadi lebih sesuai dengan kondisi, objektif sertra kompetensi insan di bumi Nusantara.

 

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…